PPP Tak Bisa Dorong PDIP Gabung Koalisi Besar, Ini Penyebabnya
Jum'at, 14 April 2023 - 19:58 WIB
"Kalau PDIP majukan capresnya tanpa koalisi, potensi kekalahannya cenderung besar. Untungnya lebih ke internal PDIP, yaitu konsolidasi menguat, dinasti politik dapat dipertahankan," ujar Robi kepada SINDOnews, Kamis (13/4/2023).
Jika PDIP memutuskan akan berkoalisi, lanjut Robi, pilihannya hanya dua. "Gabung dengan Koalisi Besar atau memecah Koalisi Besar menjadi 'Koalisi Sedang'. Menarik kembali KIB (Koalisi Indonesia Bersatu), atau memecah sebagian KIB. Dan itu potensial terjadi," kata Robi yang juga Dosen FISIP Unas.
Robi mengatakan, ketimbang maju sendiri dan kalah lalu menjadi oposisi, PDIP cenderung ingin mempertahankan kekuasaan saat ini, bahkan kalau perlu memperluasnya. Masalahnya, kalau bergabung dengan Koalisi Besar, gengsi politik PDIP menjadi turun karena kemungkinan hanya dapat pos cawapres. Jadi, potensinya PDIP cenderung melakukan langkah koalisi dengan memecah Koalisi Besar tersebut.
"Maka, PDIP cenderung akan majukan capresnya dengan menggandeng wakil dari parpol Islam seperti PPP. Artinya, PDIP akan memecah Koalisi Besar. Langkah ini lebih dekat kemungkinannya. PDIP untung secara internal dan dinasti, mitranya juga untung gengsi dan peluang politik ke depannya dengan posisi cawapres. Masalahnya adalah soal dana pemenangannya."
Namun, persoalan dana ini bisa teratasi jika Sandiaga Salahuddin Uno jadi hijrah dari Partai Gerindra ke PPP. "Ada kemungkinan PDIP koalisi dengan PPP. Antara Puan-Sandi atau Ganjar-Sandi. Kalau kepentingannya dinasti, maka formasinya Puan-Sandi. Meski itu hal yang tidak populis, saya melihat kecenderungan tersebut lebih kuat," kata Robi.
Jika PDIP memutuskan akan berkoalisi, lanjut Robi, pilihannya hanya dua. "Gabung dengan Koalisi Besar atau memecah Koalisi Besar menjadi 'Koalisi Sedang'. Menarik kembali KIB (Koalisi Indonesia Bersatu), atau memecah sebagian KIB. Dan itu potensial terjadi," kata Robi yang juga Dosen FISIP Unas.
Robi mengatakan, ketimbang maju sendiri dan kalah lalu menjadi oposisi, PDIP cenderung ingin mempertahankan kekuasaan saat ini, bahkan kalau perlu memperluasnya. Masalahnya, kalau bergabung dengan Koalisi Besar, gengsi politik PDIP menjadi turun karena kemungkinan hanya dapat pos cawapres. Jadi, potensinya PDIP cenderung melakukan langkah koalisi dengan memecah Koalisi Besar tersebut.
"Maka, PDIP cenderung akan majukan capresnya dengan menggandeng wakil dari parpol Islam seperti PPP. Artinya, PDIP akan memecah Koalisi Besar. Langkah ini lebih dekat kemungkinannya. PDIP untung secara internal dan dinasti, mitranya juga untung gengsi dan peluang politik ke depannya dengan posisi cawapres. Masalahnya adalah soal dana pemenangannya."
Namun, persoalan dana ini bisa teratasi jika Sandiaga Salahuddin Uno jadi hijrah dari Partai Gerindra ke PPP. "Ada kemungkinan PDIP koalisi dengan PPP. Antara Puan-Sandi atau Ganjar-Sandi. Kalau kepentingannya dinasti, maka formasinya Puan-Sandi. Meski itu hal yang tidak populis, saya melihat kecenderungan tersebut lebih kuat," kata Robi.
(zik)
tulis komentar anda