BNPB: Masyarakat Luwu Utara Butuh Air Bersih, Obat dan Makanan Siap Saji

Kamis, 16 Juli 2020 - 07:47 WIB
BNPB menyebut, korban jiwa akibat banjir bandang di Luwu Utara mencapai 21 orang. Masyarakat membutuhkan air bersih, obat-obatan, dan makanan siap saji. Foto/SINDOnews
JAKARTA - Korban jiwa akibat banjir bandang di Luwu Utara mencapai 21 orang. Masyarakat membutuhkan air bersih, obat-obatan, dan makanan siap saji.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan Tim SAR gabungan masih mencari korban yang hilang. Berdasarkan informasi yang dihimpun hingga Rabu, 15 Juli 2020, ada dua orang masih dicari. “Dampak bencana teridentifikasi di enam kecamatan, yakni Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebuntta Selatan, Malangke, dan Malangke Barat. Lebih dari 15.000 warga berhasil diselamatkan oleh petugas di lapangan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (16/7/2020).

Raditya mengungkapkan sejumlah korban luka menjalani perawatan di beberapa rumah sakit. Banjir bandang ini mengakibatkan 156 kartu keluarga (KK) atau 655 orang mengungsi dan 4.202 KK (15.994 orang) terdampak. Adapun kerugian material, antara lain, 4.930 unit rumah terendam, 10 unit rumah hanyut, 213 rumah tertimbun pasir bercampur lumpur, dan 1 kantor Koramil terendam lumpur setinggi 1 meter. Banjir juga memutuskan jembatan antar desa dan jalan lintas provinsi tertimbun lumpur setinggi 1 hingga 4 meter. (Baca juga: Banjir Bandang Susulan Bisa Terjadi Luwu Utara, Masyarakat Harus Waspada)



Raditya menerangkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan sejumlah instansi telah melakukan upaya penanganan darurat, seperti evakuasi, pencarian korban, mengkaji kebutuhan, penanganan penyintas, dan mendirikan pos komando.

Disamping itu, tim sudah menurunkan alat berat sebanyak 4 unit untuk membersihkan lumpur di Kecamatan Masamba. Enam unit eskavator dikerahkan di Kecamatan Baebunta. Banjir bandang ini membuat sejumlah fasilitas publik rusak. Perusahaan Listrik Negara (PLN) sedang bekerja keras untuk memperbaiki jaringan listrik. Untuk telekomunikasi hanya provider XL yang dapat digunakan. (Baca juga: Begini Analisa Awal Penyebab Banjir Bandang di Masamba)

Raditya menjelaskan tim mengalami kesulitan dalam mengakses lokasi terdampak. Jalur antara pos komando dan daerah-daerah yang diterjang banjir tertimbun lumpur sehingga tim harus berputar sejauh 10 kilometer. Berdasarkan analisis sementara BPBD Luwu Utara, banjir ini dipicu oleh intensitas hujan yang tinggi selama dua hari terakhir. Debit air hujan mengakibatkan sungai Masamba, Rongkang, dan Rada meluap.

Bencana di tengah pandemi Covid-19 tentu mengkhawatirkan karena masyarakat akan sulit menjalankan protokol kesehatan. Kabar baiknya, Luwu Utara termasuk wilayah dengan kategori risiko rendah atau zona kuning. “BNPB mengimbau pemerintah daerah untuk waspada dan cermat dalam prosedur penanganan warga terdampak pascabanjir, khususnya di tengah pandemi Covid-19,” katanya.
(cip)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More