Banser NU Merawat Kebhinekaan
Jum'at, 17 Februari 2023 - 19:21 WIB
Di tahun 2018, salah seorang cendikiawan asal Amerika Ronald Lukens-Bull menunjukkan ketertarikannya kepada Banser. Dia berargumen bahwa tidak ada organisasi kepemudaan yang memiliki sikap militansi setinggi Banser.
Atas dasar kecintaannya kepada NKRI, Banser mengesampingkan perbedaan antar agama dan bersedia membantu, menjaga, menunjukkan rasa hormat kepada umat agama lain. Sikap toleransi anggota Banser bisa dikatakan sebagai sifat toleransi level tertinggi.
Thomas (2017) mengungkapkan bahwa toleransi bukan hanya sekedar menerima perbedaan yang terjadi di antara kedua belah pihak. Toleransi adalah proses dimana kedua belah pihak bisa saling mengakui, terbuka, dan mengerti keberadaan perbedaan diantara mereka dan tidak mempersoalkan perbedaan tersebut. Ada prinsip resiprositas sebagai aturan emas.
Hal unik lain dari Banser yang jarang diketahui orang lain adalah alasan di balik kerelaan menjaga tempat peribadatan agama lain. Salah satu anggota Banser telah menyampaikan bahwa menjaga gereja saat perayaan Natal sebagai panggilan hati. Bukan hanya kegiatan yang dilakukan untuk menggugurkan kewajiban yang diberikan oleh Polri.
Bahkan, tanpa adanya amanah tersebut, Banser tetap akan membantu umat kristiani atau umat agama lain yang sedang merayakan hari raya mereka semaksimal mugkin. Saat dipertegas lagi, Banser mengungkapkan bahwa kesediaan membantu umat Kristiani saat mereka menjalani Natal karena landasan nasionalisme untuk menjaga kebhinekaan.
Mereka menganggap bahwa umat Kristiani atau umat lainnya adalah saudara sebangsa yang terikat dalam hubungan kemanusiaan. Imam Ali ra menguingatkan, “saudaramu yang tidak seiman adalah saudara dalam kemanusiaan”.
Bukan hanya kepada umat kristiani, rasa ikhlas membantu sesama umat juga ditunjukkan Banser kepada umat agama lain. Misalnya, pada peringatan hari raya Nyepi tahun 2021. Tercatat 170 anggota pemuda Ansor dan Banser yang rela kehujanan demi mengamankan jalan dan pura saat persembahyangan rangkaian Hari Raya Suci Nyepi di Bali.
Pesan keharmonisan tergambar dengan jelas dalam peristiwa ini. Anggota Banser turut membantu atas dasar kemanusiaan, saudara sebangsa, dan tanpa melihat perbedaan agama.
Singkatnya, Banser memberikan bantuan dengan ikhlas, tanpa mengharap imbalan, apalagi bayaran. Semuanya didasarkan pada keikhlasan, membantu sesama warga negara Indonesia, dan mencoba menjalin harmonisasi antar umat beragama dengan sikap toleran menghormati perbedaan.
Untuk menyimpulkan, sepak terjang Banser sudah dikenal tidak hanya di Indonesia, tapi juga oleh dunia internasional. Jika Banser mampu menghargai dan menghormati umat beragama lain demi menjaga keutuhan NKRI, maka sudah selayaknya seluruh masyarakat Indonesia juga mampu melakukan hal serupa. Maju terus Banser NU merawat kebhinekaan.
Atas dasar kecintaannya kepada NKRI, Banser mengesampingkan perbedaan antar agama dan bersedia membantu, menjaga, menunjukkan rasa hormat kepada umat agama lain. Sikap toleransi anggota Banser bisa dikatakan sebagai sifat toleransi level tertinggi.
Thomas (2017) mengungkapkan bahwa toleransi bukan hanya sekedar menerima perbedaan yang terjadi di antara kedua belah pihak. Toleransi adalah proses dimana kedua belah pihak bisa saling mengakui, terbuka, dan mengerti keberadaan perbedaan diantara mereka dan tidak mempersoalkan perbedaan tersebut. Ada prinsip resiprositas sebagai aturan emas.
Hal unik lain dari Banser yang jarang diketahui orang lain adalah alasan di balik kerelaan menjaga tempat peribadatan agama lain. Salah satu anggota Banser telah menyampaikan bahwa menjaga gereja saat perayaan Natal sebagai panggilan hati. Bukan hanya kegiatan yang dilakukan untuk menggugurkan kewajiban yang diberikan oleh Polri.
Bahkan, tanpa adanya amanah tersebut, Banser tetap akan membantu umat kristiani atau umat agama lain yang sedang merayakan hari raya mereka semaksimal mugkin. Saat dipertegas lagi, Banser mengungkapkan bahwa kesediaan membantu umat Kristiani saat mereka menjalani Natal karena landasan nasionalisme untuk menjaga kebhinekaan.
Mereka menganggap bahwa umat Kristiani atau umat lainnya adalah saudara sebangsa yang terikat dalam hubungan kemanusiaan. Imam Ali ra menguingatkan, “saudaramu yang tidak seiman adalah saudara dalam kemanusiaan”.
Bukan hanya kepada umat kristiani, rasa ikhlas membantu sesama umat juga ditunjukkan Banser kepada umat agama lain. Misalnya, pada peringatan hari raya Nyepi tahun 2021. Tercatat 170 anggota pemuda Ansor dan Banser yang rela kehujanan demi mengamankan jalan dan pura saat persembahyangan rangkaian Hari Raya Suci Nyepi di Bali.
Pesan keharmonisan tergambar dengan jelas dalam peristiwa ini. Anggota Banser turut membantu atas dasar kemanusiaan, saudara sebangsa, dan tanpa melihat perbedaan agama.
Singkatnya, Banser memberikan bantuan dengan ikhlas, tanpa mengharap imbalan, apalagi bayaran. Semuanya didasarkan pada keikhlasan, membantu sesama warga negara Indonesia, dan mencoba menjalin harmonisasi antar umat beragama dengan sikap toleran menghormati perbedaan.
Untuk menyimpulkan, sepak terjang Banser sudah dikenal tidak hanya di Indonesia, tapi juga oleh dunia internasional. Jika Banser mampu menghargai dan menghormati umat beragama lain demi menjaga keutuhan NKRI, maka sudah selayaknya seluruh masyarakat Indonesia juga mampu melakukan hal serupa. Maju terus Banser NU merawat kebhinekaan.
tulis komentar anda