Purnawirawan Jenderal Polisi Bintang 3 Pernah Menjabat Kadensus 88, Nomor 3 Lumpuhkan Gembong Teroris Dr Azhari

Jum'at, 17 Februari 2023 - 10:42 WIB
Sejumlah teroris Jamaah Islamiah (JI) berjalan dengan pengawalan ketat Densus 88 anti teror saat tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (18/3/2021). FOTO/SINDOnews/YORRI FARLI
JAKARTA - Sejumlah purnawirawan jenderal polisi bintang 3 pernah menjabat sebagai Ka densus 88 Antiteror Polri. Salah satunya mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa karena berhasil melumpuhkan gembong teroris Dr Azhari.

Detasemen Khusus 88 atau lebih populer disebut Densus 88 merupakan satuan khusus kontraterorisme yang dimiliki Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Kelahiran Densus 88 diawali Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Terorisme untuk menangani maraknya teror bom waktu itu. Inpres ini kemudian ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 dan 2 Tahun 2002 sebagai paket kebijakan nasional pemberantasan terorisme.

Pembentukan Densus 88 didasarkan Skep Kapolri No 30/VI/2003 tertanggal 20 Juni 2003 yang merupakan peleburan Satuan Tugas Bom Polri dan Direktorat VI Antiteror Polri. Surat keputusan Kapolri itu juga sebagai tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. UU ini memberikan kewenangan melakukan penangkapan dengan bukti awal yang dapat berasal dari laporan intelijen manapun, selama 7 x 24 jam.

Densus 88 berisi anggota kepolisian yang terlatih untuk menangani segala macam teror, termasuk teror bom. Satuan berlambang burung hantu ini semula dipimpin seorang jenderal bintang 1 tapi sejak 2017 Kadensus 88 adalah perwira polisi bintang 2. Selepas jadi Kadensus 88, beberapa di antaranya memiliki karier cemerlang hingga menembus jenderal bintang 3, bahkan jenderal bintang 4, sebelumnya akhirnya pensiun.

Berikut ini tiga purnawirawan jenderal bintang 3 yang pernah menjabat Kadensus 88:



1. Komjen Pol (Purn) Drs Gregorius Mere



FOTO/DOK.BNN

Nama Gregorius Mere atau lebih dikenal Gories Mere sangat lekat dengan Densus 88. Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1976 ini disebut sebagai perintis satuan berlambang burung hantu itu.

Nama besar Gories Mere dalam pemberantasan terorisme dimulai ketika ditunjuk menjadi ketua tim penyidik penanganan kasus Bom Bali 2002. Serangkaian teror bom ini menewaskan 203 orang dan 209 lainnya luka-luka. Polri berhasil menangkap 28 orang pelaku teror yang dikenal sebagai bom Bali I tersebut.

Setelah tak menjabat sebagai Kadensus 88, Gories Mere dimutasi menjadi Direktur IV Narkoba Bareskrim Polri. Perwira polisi kelahiran Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), 17 November 1954 itu kemudian mendapat promosi menjadi Wakil Kepala Bareskrim pada 2005. Gories Mere berhasil meraih pangkat bintang tiga alias Komjen setelah ditunjuk menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) pada 2009.

Gories Mere pernah beberapa kali menjadi target pembunuhan. Ia mendapat paket bom buku yang dikirim ke kantor BNN pada 2011. Beruntung, bom berhasil dijinakkan tim Gegana dengan cara diledakkan di basement kantor BNN. Di saat hampir bersamaan, bom buku juga dikirim ke tokoh lain, seperti Ulil Abshar Abdalla, Yapto Suryosumarno, dan Ahmad Dhani.

Tak hanya itu, Gories Mere yang menjabat Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan juga menjadi salah satu target pembunuhan pada kerusuhan 22 Mei 2019. Tiga target pembunuhan lainnya adalah Wiranto, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Budi Gunawan.

"Betul (jadi target pembunuhan). Pak Wiranto (Menko Polhukam), Pak Luhut (Menko Kemaritiman), yang ketiga Kepala BIN (Budi Gunawan), keempat Pak Gories Mere," kata Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian di Gedung Kemenko Polhukam, Jakarta pada 28 Mei 2019 silam.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More