Cerita Danjen Kopassus 3 Hari Tak Makan saat Mendaki Everest, Makan Muntah dan Alami Kejadian Aneh
Sabtu, 04 Februari 2023 - 06:40 WIB
Meski Iwan menyadari, mendaki Mount Everest setinggi 8.884 meter dari permukaan laut sama dengan bertaruh nyawa. Namun, hal itu tidak menjadi penghalang, baginya tugas merupakan sebuah kehormatan yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. “Saat itu saya tidak tahu Mount Everest, cuaca seperti apa. Yang penting ini tugas,” ucapnya.
Mengemban tugas tersebut, Iwan kemudian berlatih di Mako Kopassus Cijantung, Gunung Gede Pangrango, Bogor, Jawa Barat selama tiga bulan. Waktu yang relatif singkat untuk mendaki gunung es yang berada di perbatasan Nepal dan Tibet.
“Mendaki Mount Everest butuh latihan selama 3 sampai 5 tahun, itu harus pernah mendaki gunung ketinggian 3.000, 4.000, beberapa gunung es, ketinggian 6.000, 7.000 terakhir 8.000 Mount Everest. sedangkan kita dari negara tropis, belum berpengalaman, dan belum pernah lihat es,” ucapnya.
Selama latihan tersebut, Iwan Setiawan bersama timnya tidur di atas gunung dan bangun pukul 04.00 WIB selanjutnya lari dari Gunung Gede ke Pangrango setiap hari. Namun dibandingkan dengan Mount Everest tidak ada apa-apanya.
”Memang ada saran dari pendaki sipil, latihan di Jaya Wijaya karena masih dingin. Tetapi Pak Prabowo tidak boleh karena waktu itu baru ada penyanderaan Mapenduma. Kita langsung latihan di sana saja di medan sebenarnya,” ujarnya.
Setelah berlatih tiga bulan di Indonesia, pada 18 Desember Iwan dan tim berangkat ke Nepal untuk berlatih lagi di dua gunung bersalju, yakni Gunung Paldor dan Gunung Island Peak.
”Kita di drop di suatu ketinggian, tapi baru berjalan saya muntah-muntah, saya tidak bisa lanjut karena hipoksia. Penyebabnya karena beda ketinggian dari Indonesia langsung ke Himalaya. Jadi saya tidak bisa, saya tumbang,” tuturnya.
Dalam kondisi tidak berdaya, salah seorang pelatih bernama Anatolo Boukreev yang mendampinginya memberikan dua opsi yakni, tinggal selama dua hari lalu menyusul kalau bisa atau pulang.
Mengemban tugas tersebut, Iwan kemudian berlatih di Mako Kopassus Cijantung, Gunung Gede Pangrango, Bogor, Jawa Barat selama tiga bulan. Waktu yang relatif singkat untuk mendaki gunung es yang berada di perbatasan Nepal dan Tibet.
“Mendaki Mount Everest butuh latihan selama 3 sampai 5 tahun, itu harus pernah mendaki gunung ketinggian 3.000, 4.000, beberapa gunung es, ketinggian 6.000, 7.000 terakhir 8.000 Mount Everest. sedangkan kita dari negara tropis, belum berpengalaman, dan belum pernah lihat es,” ucapnya.
Baca Juga
Selama latihan tersebut, Iwan Setiawan bersama timnya tidur di atas gunung dan bangun pukul 04.00 WIB selanjutnya lari dari Gunung Gede ke Pangrango setiap hari. Namun dibandingkan dengan Mount Everest tidak ada apa-apanya.
”Memang ada saran dari pendaki sipil, latihan di Jaya Wijaya karena masih dingin. Tetapi Pak Prabowo tidak boleh karena waktu itu baru ada penyanderaan Mapenduma. Kita langsung latihan di sana saja di medan sebenarnya,” ujarnya.
Setelah berlatih tiga bulan di Indonesia, pada 18 Desember Iwan dan tim berangkat ke Nepal untuk berlatih lagi di dua gunung bersalju, yakni Gunung Paldor dan Gunung Island Peak.
”Kita di drop di suatu ketinggian, tapi baru berjalan saya muntah-muntah, saya tidak bisa lanjut karena hipoksia. Penyebabnya karena beda ketinggian dari Indonesia langsung ke Himalaya. Jadi saya tidak bisa, saya tumbang,” tuturnya.
Dalam kondisi tidak berdaya, salah seorang pelatih bernama Anatolo Boukreev yang mendampinginya memberikan dua opsi yakni, tinggal selama dua hari lalu menyusul kalau bisa atau pulang.
tulis komentar anda