Energi Baru Pemuda Muhammadiyah
Rabu, 01 Februari 2023 - 16:41 WIB
Wasathiyyah Islam atau moderasi beragama dalam terminologi yang digunakan kementerian agama merupakan karakter dasar ajaran Islam itu sendiri. Karena itu pula menjadi karakter dari Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang setiap aktivitasnya berpegang pada Al-Quran dan Hadits.
Pada Mukamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta 2022, Muhammadiyah kembali menegaskan jati dirinya sebagai gerakan Islam Berkemajuan yang diantara pilar-nya adalah Ummatan Wasathan (umat tengahan), yang mengandung makna unggul dan tegak. Dalam dokumen Risalah Islam berkemajuan Muhammadiyah disebutkan bahwa Islam itu sendiri sesungguhnya adalah agama wasathiyyah (tengahan), yang menolak ekstremisme dalam beragama baik dalam bentuk sikap berlebihan (ghuluww) maupun sikap pengabaian (tafrith).
Dalam pandangan Muhammadiyah, wasathiyyah menuntut sikap seimbang (tawazun) antara kehidupan individu dan masyarakat, lahir dan batin, serta duniawi dan ukhrawi. Karena Islam adalah agama wasathiyah, maka ia harus menjadi ciri yang menonjol dalam berpikir dan bersikap umat Islam, warga Muhammadiyah, dan terutama kader Pemuda Muhammadiyah.
Wasathiyah dalam pandangan Muhammadiyah dapat diwujudkan dalam sikap sosial. Pertama, tegas dalam pendirian, luas dalam wawasan, dan luwes dalam sikap. Kedua, menghargai perbedaan pandangan atau pendapat.
Ketiga, menolak pengkafiran terhadap sesama muslim. Keempat, memajukan dan menggembirakan masyarakat. Kelima, memahami realitas dan prioritas. Keenam, menghindari fanatisme berlebihan terhadap kelompok atau paham keagamaan tertentu. Ketujuh, memudahkan pelaksanaan ajaran agama.
Sebagai anak panah dakwah Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah harus terus meneguhkan jati dirinya sebagai penggerak dakwah wasathiyyah Islam di Indonesia. Mengingat pemuda atau generasi Z saat ini dianggap sebagai kelompok yang rentan terinfiltrasi pemikiran ekstremisme, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri atau dalam istilah lain ultra-konservatisme dan ultra- liberalisme dalam beragama.
Dalam pandangan penulis, ke depan, Pemuda Muhammadiyah harus menguatkan energi dakwah Islam wasathiyyah-nya. Baik melalui pendekatan kultural maupun struktural melalui program-program dari tingkat pusat hingga daerah dan cabang di seluruh Tanah Air.
Energi Kebersamaan
Sebagai organisasi kader, kekuatan Pemuda Muhammadiyah sebagai organisasi modernis ada pada energi kebersamaannya. Kebersamaan di sini tidak berarti harus sama dalam pilihan politik, dalam berprofesi, bahkan dalam pemikiran.
Kader Pemuda Muhammadiyah yang datang dari berbagai profesi dan latar belakang pilihan politik yang berbeda adalah potensi kekuatan untuk dakwah Pemuda Muhammadiyah itu sendiri. Justru karena alasan perbedaan itulah kebersamaan dirajut. Selama ini terkesan kata “kebersamaan” bersifat simbolis semata.
Pada Mukamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta 2022, Muhammadiyah kembali menegaskan jati dirinya sebagai gerakan Islam Berkemajuan yang diantara pilar-nya adalah Ummatan Wasathan (umat tengahan), yang mengandung makna unggul dan tegak. Dalam dokumen Risalah Islam berkemajuan Muhammadiyah disebutkan bahwa Islam itu sendiri sesungguhnya adalah agama wasathiyyah (tengahan), yang menolak ekstremisme dalam beragama baik dalam bentuk sikap berlebihan (ghuluww) maupun sikap pengabaian (tafrith).
Dalam pandangan Muhammadiyah, wasathiyyah menuntut sikap seimbang (tawazun) antara kehidupan individu dan masyarakat, lahir dan batin, serta duniawi dan ukhrawi. Karena Islam adalah agama wasathiyah, maka ia harus menjadi ciri yang menonjol dalam berpikir dan bersikap umat Islam, warga Muhammadiyah, dan terutama kader Pemuda Muhammadiyah.
Wasathiyah dalam pandangan Muhammadiyah dapat diwujudkan dalam sikap sosial. Pertama, tegas dalam pendirian, luas dalam wawasan, dan luwes dalam sikap. Kedua, menghargai perbedaan pandangan atau pendapat.
Ketiga, menolak pengkafiran terhadap sesama muslim. Keempat, memajukan dan menggembirakan masyarakat. Kelima, memahami realitas dan prioritas. Keenam, menghindari fanatisme berlebihan terhadap kelompok atau paham keagamaan tertentu. Ketujuh, memudahkan pelaksanaan ajaran agama.
Sebagai anak panah dakwah Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah harus terus meneguhkan jati dirinya sebagai penggerak dakwah wasathiyyah Islam di Indonesia. Mengingat pemuda atau generasi Z saat ini dianggap sebagai kelompok yang rentan terinfiltrasi pemikiran ekstremisme, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri atau dalam istilah lain ultra-konservatisme dan ultra- liberalisme dalam beragama.
Dalam pandangan penulis, ke depan, Pemuda Muhammadiyah harus menguatkan energi dakwah Islam wasathiyyah-nya. Baik melalui pendekatan kultural maupun struktural melalui program-program dari tingkat pusat hingga daerah dan cabang di seluruh Tanah Air.
Energi Kebersamaan
Sebagai organisasi kader, kekuatan Pemuda Muhammadiyah sebagai organisasi modernis ada pada energi kebersamaannya. Kebersamaan di sini tidak berarti harus sama dalam pilihan politik, dalam berprofesi, bahkan dalam pemikiran.
Kader Pemuda Muhammadiyah yang datang dari berbagai profesi dan latar belakang pilihan politik yang berbeda adalah potensi kekuatan untuk dakwah Pemuda Muhammadiyah itu sendiri. Justru karena alasan perbedaan itulah kebersamaan dirajut. Selama ini terkesan kata “kebersamaan” bersifat simbolis semata.
Lihat Juga :
tulis komentar anda