Energi Baru Pemuda Muhammadiyah
Rabu, 01 Februari 2023 - 16:41 WIB
Momemtum Muktamar XVIII Pemuda Muhammadiyah dengan mengangkat tema Pemuda Negarawan Harmoni Memajukan Indonesia di Balikpapan Kalimantan Timur pada 21-24 Februari 2023 mendatang merupakan momentum yang tepat bagi seluruh kader dan simpatisan Pemuda Muhammadiyah di seluruh Tanah Air untuk merefleksikan kembali visi perjuangan dan agenda-agenda nyata yang bisa menjawab persoalan yang dihadapi kader maupun tantangan Indonesia saat ini dan di masa mendatang.
Dalam pandangan penulis, untuk menghadirkan “Pemuda Negarawan Harmoni Memajukan Indonesia”, Pemuda Muhammadiyah perlu memompa energi pergaulan yang melintas batas. Menguatkan energi kemandirian ekonomi, energi peneguhan Islam wasathiyyah, menghadirkan energi kebersamaan untuk saling asah, asih, asuh bukan sekedar slogan.
Selanjutnya menguatkan energi akademik, serta berkontribusi pada isu-isu krusial umat dan bangsa Indonesia. Di antaranya adalah masalah di bidang energi terbarukan yang selama ini hampir jarang dibicarakan oleh gerakan pemuda. Inilah yang penulis sebut sebagai Energi Baru Pemuda Muhammadiyah.
Energi Pergaulan yang Melintas Batas
Di antara karakteristik organisasi modernis dan progresif seperti Pemuda Muhammadiyah adalah sikap inklusifitasnya. Termasuk dalam membangun interaksi dan pergaulan yang melintas batas-batas perbedaan agama, suku, ras, golongan dan bahkan perbedaan latar belakang politik.
Sebagaimana Kiai Dahlan, yang mampu bergaul melintas batas. Beliau bergaul dengan tokoh-tokoh Boedi Oetomo, membangun interaksi dengan tokoh-tokoh yang berpandangan sosialis seperti Simaun, dan bahkan bekerjasama dengan dokter-dokter Belanda yang jelas-jelas Kristen dalam mengelola rumah sakit (PKO). Pergaulan Kiai Dahlan yang luas tersebut dalam pandangan Prof Haedar Nasir, menunjukkan karakter kuat dari Kiai Dahlan sebagai sosok yang mau dan mampu bergaul dengan siapapun dan kelompok manapun.
Spirit pergaulan yang ingklusif ini merupakan salah satu warisan Kiai Dahlan yang harus terus dirawat dan dimaknai dalam konteks kehidupan saat ini oleh seluruh kader Pemuda Muhammadiyah. Pergaulan yang melintas batas sudah menjadi watak organisasi modernis Muhammadiyah.
Ini dipertegas dalam 10 sifat Muhammadiyah, di antaranya kader Muhammadiyah harus “Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah (poin 2)”. Kemudian “Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah SWT (poin 9).”
Karena itu, kader Pemuda Muhammadiyah saat ini dan di masa yang akan datang tidak perlu merasa canggung dan berdosa jika membangun pergaulan yang melintas batas. Sepanjang itu semua dalam bingkai wata'awanu Alal birri wattaqwa, wala ta'awanu Alal Ismi Wal Udwan (saling bekerjasama dalam kebaikan bukan hal-hal yang mungkar). Dalam pandangan penulis, untuk menjadi “Pemuda Negarawan” sebagaimana tema Muktamar di atas, maka energi memperluas dan memperkuat jaringan pergaulan merupakan suatu keniscayaan.
Energi Peneguhan Islam Wasathiyyah
Dalam pandangan penulis, untuk menghadirkan “Pemuda Negarawan Harmoni Memajukan Indonesia”, Pemuda Muhammadiyah perlu memompa energi pergaulan yang melintas batas. Menguatkan energi kemandirian ekonomi, energi peneguhan Islam wasathiyyah, menghadirkan energi kebersamaan untuk saling asah, asih, asuh bukan sekedar slogan.
Selanjutnya menguatkan energi akademik, serta berkontribusi pada isu-isu krusial umat dan bangsa Indonesia. Di antaranya adalah masalah di bidang energi terbarukan yang selama ini hampir jarang dibicarakan oleh gerakan pemuda. Inilah yang penulis sebut sebagai Energi Baru Pemuda Muhammadiyah.
Energi Pergaulan yang Melintas Batas
Di antara karakteristik organisasi modernis dan progresif seperti Pemuda Muhammadiyah adalah sikap inklusifitasnya. Termasuk dalam membangun interaksi dan pergaulan yang melintas batas-batas perbedaan agama, suku, ras, golongan dan bahkan perbedaan latar belakang politik.
Sebagaimana Kiai Dahlan, yang mampu bergaul melintas batas. Beliau bergaul dengan tokoh-tokoh Boedi Oetomo, membangun interaksi dengan tokoh-tokoh yang berpandangan sosialis seperti Simaun, dan bahkan bekerjasama dengan dokter-dokter Belanda yang jelas-jelas Kristen dalam mengelola rumah sakit (PKO). Pergaulan Kiai Dahlan yang luas tersebut dalam pandangan Prof Haedar Nasir, menunjukkan karakter kuat dari Kiai Dahlan sebagai sosok yang mau dan mampu bergaul dengan siapapun dan kelompok manapun.
Spirit pergaulan yang ingklusif ini merupakan salah satu warisan Kiai Dahlan yang harus terus dirawat dan dimaknai dalam konteks kehidupan saat ini oleh seluruh kader Pemuda Muhammadiyah. Pergaulan yang melintas batas sudah menjadi watak organisasi modernis Muhammadiyah.
Ini dipertegas dalam 10 sifat Muhammadiyah, di antaranya kader Muhammadiyah harus “Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah (poin 2)”. Kemudian “Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah SWT (poin 9).”
Karena itu, kader Pemuda Muhammadiyah saat ini dan di masa yang akan datang tidak perlu merasa canggung dan berdosa jika membangun pergaulan yang melintas batas. Sepanjang itu semua dalam bingkai wata'awanu Alal birri wattaqwa, wala ta'awanu Alal Ismi Wal Udwan (saling bekerjasama dalam kebaikan bukan hal-hal yang mungkar). Dalam pandangan penulis, untuk menjadi “Pemuda Negarawan” sebagaimana tema Muktamar di atas, maka energi memperluas dan memperkuat jaringan pergaulan merupakan suatu keniscayaan.
Energi Peneguhan Islam Wasathiyyah
tulis komentar anda