Jalan Kaki di Trotoar  

Senin, 23 Januari 2023 - 11:58 WIB
Tantan Hermansah. FOTO/DOK KORAN SINDO
Tantan Hermansah

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Bayangkan kita keluar rumah,dengan tujuan tempat kerja atau sekolah,atau berbelanja kebutuhan sehari-hari. Lalu di perjalanan kita mendapati trotoar yang indah dengan tinggi 20-25 cm di atas permukaan jalan. Di bagian alas trotoar itu tersusun mozaik bermotif batuan yang enak dipandang.

Di samping trotoar terdapat banyak pot bunga kecil menghiasi keindahan trotoar yang sedang dilalui. Dari bawah trotoar itu terdengar air mengalir, melengkapi alunan alam nan harmoni. Air yang mengalir syahdu menjadi penanda bahwa gorong-gorong di bawah trotoar itu berfungsi baik, tidak mampet.



Sesekali dalam perjalanan itu kita bertemu tetangga maupun teman yang sedang melakukan hal yang sama. Ada yang pergi ke kantor maupun kegiatan lain. Sambil bertegur sapa, tervisualisasi dalam keadaan riang gembira, di antara mereka banyak tawa karena berbahagia.Meskipun agak jauh, perjalanan macam itu tidak akan terasa melelahkan. Selain banyak teman, jalanan juga cukup teduh karena dinaungi pohon-pohon yang daunnya lebar, melindungi dari paparan sinar matahari.

Menikmati keindahan suasana ini tidak hanya selalu pagi hari,saat mentari hangat menyinari.Di malam hari, jalan di trotoar tak kalah indah karena dihiasi lampu warna-warni. Sungguh kesan tersendiri sebelum akhirnya tiba di rumah untuk mengistirahatkan diri.

Cerita di atas tentu saja diharapkan bukan hanya imajinasi.Selayaknya itu terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Tetapi, realitasnya sungguh tidak demikian.Karena para pejalan kaki bukan prioritas di negeri ini.Lihat saja ruang untuk para pejalan kaki ini, jika dipetakan masalahnya demikian banyak dan kompleks.

Mulai dari lebar trotoar yang sangat minim, banyaksarana jalan kaki yang akhirnya hilang,entah dijadikan tempat jualan atau dijadikan tempat pintu masuk ke sebuah rumah atau tempat usaha,atau mengalah karena terkena pelebaran.

Hak pejalan kaki di negeri ini sudah banyak dianeksasi untuk kepentingan yang bukan haknya.Maka, wajar apabila kemudian publik meresponsnya dengan beragam aksi. Paling menyedihkan dari semua itu adalah pemahaman dan pemaknaan terhadap ruang para pejalan kaki itu di masyarakat yang kini melenceng jauh.Pemaknaan dan pemahaman yang terjadi di publik adalah tidak adanya hak pejalan kaki di republik ini.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More