Eksekusi Mary Jane Dibatalkan Ketika Berjalan ke Lapangan Tembak

Kamis, 30 April 2015 - 02:07 WIB
Eksekusi Mary Jane Dibatalkan...
Eksekusi Mary Jane Dibatalkan Ketika Berjalan ke Lapangan Tembak
A A A
CILACAP - Marites Veloso dan adiknya Darling Veloso hanya terdiam pasrah ketika mendengar suara tembakan menyalak satu kali dari arah Lapangan Tembak Limus Buntu, Nusakambangan, tempat sembilan terpidana mati dieksekusi. Waktu menunjukkan sekitar pukul 00.05 WIB, Rabu 29 April 2015 dini hari.

Dermaga Sodong, tempat Marites dan Darling berada berada sekitar satu kilometer dari lapangan tembak. Mendengar suara tembakan, menguatkan hati bahwa sang adik yang merupakan salah satu terpidana, Mary Jane Fiesta Veloso sudah pergi selama-lamanya.

Namun, ketika hendak bersiap-siap membawa pulang jenazah Mary Jane, keduanya didatangi seseorang dan diberi tahu, "Mary Jane want to talk with you."

Keduanya langsung kaget dan seolah tak percaya dengan informasi tersebut. Sebab, apa yang mereka dengar tersebut berarti penting bagi mereka: Mary Jane masih hidup.

Itulah sepenggal kisah detik-detik ketika eksekusi terhadap Mary Jane dibatalkan seperti dituturkan Harrold, rohaniawan yang mendampingi Mary Jane menjelang eksekusi kepada Komisioner Komnas Perempuan Andriana Venny Aryani. Saat eksekusi dilakukan rohaniawan diperbolehkan mendampingi sampai ke lapangan tembak yang merupakan ring 1.

"Mereka di ring 2, tidak boleh ke ring 1. Ketika mereka mendengar suara tembakan door, mereka sudah berpikir Mary Jane sudah enggak ada. Tiba-tiba Mary Jane ada. Jadi bagaimana dibayangkan. Bagi mereka itu seperti sebuah miracle. Ekspresi mereka tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata," kata Venny kepada SINDO di Cilacap, Rabu 29 April 2015.

Dari cerita Harorld, Mary Jane diberi tahu jika eksekusinya dibatalkan ketika sedang dalam perjalanan menuju lapangan tembak dari sel isolasinya di Lapas Besi. Saat itu ada telepon instruksi dari Jakarta kepada jaksa eksekutor untuk membatalkan eksekusi terhadap Mary Jane. "Jadi di menit-menit akhir baru dikasih tahu," kata Venny.

Penundaan eksekusi tersebut kemudian diberitahukan salah satu kuasa hukum yang mendampingi Marites dan Darling, Ismail kepada ibu, ayah, mantan suami dan dua anak Mary Jane yang dini hari itu sedang dalam perjalanan ke Jakarta. Keluarga itu pun larut dalam keharuan dan kegembiraan yang bercampur.

Bahkan, dua anak Mary Jane yang ikut dalam mobil dalam perjalanan ke Jakarta langsung loncat-loncat karena senang mendengar ibunya batal dieksekusi. "Mereka loncat-loncat girang di dalam mobil sampai mobil harus menepi dulu untuk menenangkan mereka," kata Venny.

"Mereka jam 9 dari Cilacap berangkat ke Jakarta untuk menunggu jenazah Mary Jane di Kantor Kedubes Filipina. Jadi dua saudara perempuan Mary Jane saja yang ke Nusakambangan karena oleh Kedubes dianggap yang paling kuat secara mental," ungkap Venny.

Setelah mendengar kabar penundaan eksekusi tersebut, keluarga Mary Jane akhirnya tidak jadi ke Kantor Kedubes dan kembali ke Cilacap untuk bertemu Mary Jane. Namun, sesampainya di Cilacap mereka mendapat informasi jika Mary Jane sudah dibawa kembali ke Lapas Wirogunan, Sleman.

"Mereka sudah pesan berapa kamar, terus langsung dibatalkan dan melanjutkan ke Jogja. Mereka juga sudah pesan tiket tanggal 30 untuk ke pulang ke Filipina sekaligus membawa jenazah Mary Jane," imbuh Venny.

Venny menambahkan, penundaan eksekusi Mary Jane juga membawa kebahagiaan bagi aktivis perlindungan buruh migran dan aktivis antihukuman mati yang bersama-sama mengadvokasi dan mendampingi Mary Jane.

"Tadinya kami putus asa. Ini jadi penyemangat kembali. Dan kita tidak hanya bergembira untuk Mary Jane, tapi juga masih sedih dengan delapan orang yang tetap dieksekusi," imbuhnya.

Sementara itu, pengurus kematian Gereja Kristen Jawa (GKJ) Cilacap Suhendro Putro mengungkapkan, seluruh terpidana mati dalam kondisi tersenyum saat dimandikan. "Saat meninggal kondisi wajah mereka tersenyum," katanya.

Selain bertugas menyiapkan peti mati untuk seluruh terpidana mati, Suhendro bertugas memandikan jenazah para terpidana beragama Nasrani bersama 11 orang lainnya. "Kami memandikan satu jam setelah eksekusi dilakukan. Luka tembak terlihat di bagian dada, jumlahnya satu," ucapnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1764 seconds (0.1#10.140)