Koreksi dan Solusi Masalah Pangan

Kamis, 12 Maret 2015 - 10:35 WIB
Koreksi dan Solusi Masalah Pangan
Koreksi dan Solusi Masalah Pangan
A A A
PUTRA DEWANGGA CANDRA SETA
Mahasiswa Jurusan Fisika,
FMIPA; Kepala Departemen Kominfo Himasika,
Institut Teknologi Surabaya

Sektor pertanian merupakan salah satu isu penting bagi pemerintah untuk segera dibenahi. Presiden terpilih Joko Widodo sendiri berjanji akan melakukan perbaikan pada sektor ini agar Indonesia memiliki ketahanan pangan seperti yang ditargetkan.

Cukupkah yang pemerintah lakukan? Kenyataannya, akar permasalahan di negeri agraris ini bukan terletak pada produktivitas jumlah hasil pertanian. Jika kita melihat kepada 3 bagian yang ada pada sektor pertanian, yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi. Maka kita akan dihadapkan kepada masalah yang lebih sederhana yaitu infrastruktur penunjang dan pertanian kesesuaian harga pangan.

Sektor agraris bisa dikembangkan diberbagai wilayahdi Indonesia, namun yang menjadi kendala, yaitu infrastruktur yang masih sangat terbatas, baik infrastruktur alat-alat penunjang pertanian maupun infrastruktur pelabuhan dan distribusi untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan.

Sedangkan untuk membiayai pembangunan infrastruktur ini dengan pinjaman luar negeri, masih merasa sulit terlebih pemerintah akan sangat berhati-hati untuk melakukan pinjaman. Infrastruktur yang sangat vital adalah alat-alat penunjang pertanian. Di sinilah mahasiswa seharusnya dapat menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu tridarma perguruan tinggi yang harus dijunjung mahasiswa adalah penelitian.

Sebagai negara agraris, Indonesia sangat membutuhkan penelitian dan perancangan alat-alat untuk menunjang sektor agraris. Masih terlalu sedikit penelitian-penelitian atau penciptaan alat yang membantu disektor ini. Kiranya pemerintah perlu menggalakkan program untuk membiayai atau mengapresiasi segala penelitian atau penciptaan alat untuk membantu sektor agraris.

Selainitu, kesesuaian harga pangan juga turut serta untuk menjadi kendala di sektor agraris. Sampai hari ini terjadi perbedaan harga yang cukup tinggi antara harga produksi pertanian dengan harga jual di masyarakat (konsumsi) khususnya pada komoditas beras.

Harga beli beras dari petani saat ini antara Rp2.300-2.400/kg (ekuivalen dengan biaya produksi Rp1.850/kg), sedangkan harga jual di masyarakat berkisar antara Rp4.800-5.500/kg. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa bagian distribusi yang dikuasai oleh Bulog dan para tengkulak meraup keuntungan hampir sama dengan biaya produksi ( production cost) per kg beras.

Oleh karena itu, perlu ada keberanian dari pemerintah dalam hal ini Bulog untuk mengurangi keuntungan mereka. Selain itu, harus ada upaya pemerintah dalam melindungi petani dari jeratan tengkulak. Pemerintah harus menyediakan uang jaminan kepada para petani untuk menjamin petani jika mengalamikerugian.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6827 seconds (0.1#10.140)