Agraris Jangan Hanya Tinggal Nama
A
A
A
Miftahul Jannah
Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Indonesia
Ketika masih kecil, orangorang di sekitar kita selalu mengatakan bahwa kita sangat beruntung berada di Indonesia. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat subur.
Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh di sini. Seiring berjalannya waktu, pemikiran anak kecil yang dahulu cenderung mengikuti apa yang dikatakan oleh guru dan orang tua perlahan mulai berubah dan berkembang. Negara agraris? Bagaimana bisa dikatakan negara agraris jika tanahnya tidak lagi mampu memberi makan mulut- mulut yang hidup di atasnya? Bagaimana dengan kedaulatan pangan Indonesia sebagai negara agraris? Indonesia sendiri masih bergantung terhadap impor bahan makanan ke negara lain, dan impor ini cenderung meningkat.
Tren impor bahan pangan yang cenderung meningkat ini seakan mencoreng nama Indonesia sebagai negara agraris. Akan tetapi, kita tidak boleh selamanya menyalahkan keadaan. Harus ada solusi untuk mengembalikan kedaulatan pangan Indonesia sebagai negara agraris. Salah satu alternatif untuk mewujudkan kedaulatan pangan adalah dengan menggalakkan komunitas berkebun yang tergabung dalam Indonesia Berkebun.
Komunitas berkebun dapat dilakukan dalam skala desa, kota, atau bahkan kampus (universitas). Kegiatan yang dilakukan seperti menanam, merawat, memanen dan memberikan edukasi mengenai tanaman pangan dengan cara yang kreatif ke sekolah-sekolah dan ke warga. Dengan adanya komunitas ini, masyarakat diharapkan mandiri pangan dan tidak bergantung pada harga sayuran yang tidak stabil.
Tanaman sayur-sayuran seperti bayam, kacang panjang, hingga cabai merah dapat ditanam sendiri oleh masyarakat. Selain itu, mereka juga diberi pendidikan akan cara menanam, merawat tanaman, hingga memanen yang baik dengan memanfaatkan lahan yang ada di sekitar mereka, atau juga secara hidroponik. Hasil dari berkebun itu dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan keluarga atau untuk dijual.
Dalam jangka panjang, melalui komunitas berkebun ini, masalah impor pangan dapat diatasi. Komunitas berkebun ini merupakan alternatif solusi yang multifungsi dan mudah untuk dilakukan dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan dan kedaulatan Indonesia sebagai negara agraris. Multifungsi karena dengan adanya komunitas berkebun, rumah tangga yang menjadi anggota komunitas ini bisa mandiri secara pangan.
Mereka dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri dengan hasil yang mereka tanam. Selain itu, masalah pupuk kimia bersubsidi juga bisa diatasi, karena dalam komunitas berkebun, diajarkan bagaimana cara membuat dan memanfaatkan pupuk organik untuk tanaman.
Dengan demikian, ketergantungan akan pupukbersubsididapatdikurangi. Danyangterpentingadalah, melalui komunitas berkebun, secara perlahan masalah pangan Indonesia dapat diatasi, sehingga Indonesia dapat berdaulat secara pangan dan posisi kita sebagai negara agraris tidak hanya tinggal nama.
Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Indonesia
Ketika masih kecil, orangorang di sekitar kita selalu mengatakan bahwa kita sangat beruntung berada di Indonesia. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat subur.
Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh di sini. Seiring berjalannya waktu, pemikiran anak kecil yang dahulu cenderung mengikuti apa yang dikatakan oleh guru dan orang tua perlahan mulai berubah dan berkembang. Negara agraris? Bagaimana bisa dikatakan negara agraris jika tanahnya tidak lagi mampu memberi makan mulut- mulut yang hidup di atasnya? Bagaimana dengan kedaulatan pangan Indonesia sebagai negara agraris? Indonesia sendiri masih bergantung terhadap impor bahan makanan ke negara lain, dan impor ini cenderung meningkat.
Tren impor bahan pangan yang cenderung meningkat ini seakan mencoreng nama Indonesia sebagai negara agraris. Akan tetapi, kita tidak boleh selamanya menyalahkan keadaan. Harus ada solusi untuk mengembalikan kedaulatan pangan Indonesia sebagai negara agraris. Salah satu alternatif untuk mewujudkan kedaulatan pangan adalah dengan menggalakkan komunitas berkebun yang tergabung dalam Indonesia Berkebun.
Komunitas berkebun dapat dilakukan dalam skala desa, kota, atau bahkan kampus (universitas). Kegiatan yang dilakukan seperti menanam, merawat, memanen dan memberikan edukasi mengenai tanaman pangan dengan cara yang kreatif ke sekolah-sekolah dan ke warga. Dengan adanya komunitas ini, masyarakat diharapkan mandiri pangan dan tidak bergantung pada harga sayuran yang tidak stabil.
Tanaman sayur-sayuran seperti bayam, kacang panjang, hingga cabai merah dapat ditanam sendiri oleh masyarakat. Selain itu, mereka juga diberi pendidikan akan cara menanam, merawat tanaman, hingga memanen yang baik dengan memanfaatkan lahan yang ada di sekitar mereka, atau juga secara hidroponik. Hasil dari berkebun itu dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan keluarga atau untuk dijual.
Dalam jangka panjang, melalui komunitas berkebun ini, masalah impor pangan dapat diatasi. Komunitas berkebun ini merupakan alternatif solusi yang multifungsi dan mudah untuk dilakukan dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan dan kedaulatan Indonesia sebagai negara agraris. Multifungsi karena dengan adanya komunitas berkebun, rumah tangga yang menjadi anggota komunitas ini bisa mandiri secara pangan.
Mereka dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri dengan hasil yang mereka tanam. Selain itu, masalah pupuk kimia bersubsidi juga bisa diatasi, karena dalam komunitas berkebun, diajarkan bagaimana cara membuat dan memanfaatkan pupuk organik untuk tanaman.
Dengan demikian, ketergantungan akan pupukbersubsididapatdikurangi. Danyangterpentingadalah, melalui komunitas berkebun, secara perlahan masalah pangan Indonesia dapat diatasi, sehingga Indonesia dapat berdaulat secara pangan dan posisi kita sebagai negara agraris tidak hanya tinggal nama.
(ars)