Di Balik Sakit Hati
A
A
A
Yasmin Jamilah
Duta Bahasa Pelajar Jawa Barat 2013
Dalam KBBI edisi keempat dituliskan: hati n Anat bagian perut yang me rah kehitam-hitaman warnanya, terletak di sebelah kanan perut besar, gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu.
Adapun sakit diartikan: berasa tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderi ta sesuatu. Kalau Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud bo leh memberikan peng harga an untuk frase yang paling sering dicatut orang-orang berbagai golongan, frase ‘sa kit hati’ akan ke luar sebagai pemenangnya.
Kata sakit hati ada di mana-mana disebutkan para remaja yang sedang patah hati, dijadikan tema buku literatur dan film yang legendaris, hingga di jadikan jargon yang digunakan untuk mendongkrak be berapa mo mentum yang korelatif dengan urusan percintaan. Kata sakit hati juga muncul dalam ber bagai bentuk yang unik dan kreatif. Ada banyak sekali pertanyaan menarik di balik pe nyebutan kata sakit hati sebagai kom pe nsasi perasaan nyeri yang didapat seseorang kala meng hadapi kekecewaan.
Secara struktur bahasa, penggunaan frase ‘sakit hati’ membawa ambiguitas yang bisa diter jemahkan dari beberapa sudut pandang. Penggunaan frase ‘sakit hati’ bisa dipandang secara harfiah maupun secara me ta - fo rik. Hati sebagai salah satu organ pencernaan memang berisiko mendapatkan berbagai m a c a m disfungsi atau penyakit seperti he pa titis atau sirosis. Jika diartikan secara harfiah, sa kit hati berarti mengalami dis fungsi pada hati.
Namun, jika diartikan secara metaforik, sakit hati berart i semacam sensasi sesak di dada saat mengalami pe ra saan kecewa, takut, mau pun marah. Frase ‘sa kit hati’ pada nyatanya lebih sering diarti kan secara metaforik. Orang biasa menyebut sakit hati untuk mengompensasi per asaan sakit di dada, bu ka n nya berkata sakit hati untuk meng asosiasikan salah satu dis fungsi hati. Menarik sekali untuk menelaah bagaimana fr ase ini bisa berkembang dan me lihat korelasi serta penjelasan nya secara ilmiah.
Hasil riset membuktikan bah wa sensasi sakit pada dada saat mengalami kekecewaan itu memiliki dua komponen, yaitu komponen sensorik dan komponen afektif. Komponen sensorik mem beri informasi mendasar me nge nai sakit yang di rasakan, sementara komponen afek tif memberi informasi yang sifatnya kualitatif, seperti inter pre - tasi terhadap rasa sakit itu sen diri.
Naomi Essen berg, seorang psikolog dari Uni versity of Ca li fornia Los Angeles, Amerika Se rikat, me nge mukakan bahwa otak manusia memiliki beberapa bagian yang aktif selama rasa sakit di rasakan anterior cingulate cortex sebagai bagian otak yang memberi alarm terhadap rasa sakit serta right ventral prefrontal cortex sebagai bagian otak yang mengatur jalannya rasa sakit tersebut.
Akan tetapi, perasaan sakit yang dirasakan itu tidak ada kaitannya dengan organ pernapasan yang terletak pada dada. Se mua perasaan sakit itu berasal dari otak, yang memberikan berbagai stimulus pada kelenjar endokrin untuk menghentikan pemberian hormon yang memicu datangnya perasaan senang.
Saat berada dalam si tuasi yang mengecewakan, otak akan memerintahkan stimu lus pada kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon kor tisol, yang merupakan hor - mon pemacu stress. Hormon kor tisol jika disekresikan secara berlebihan akan memicu otak untuk mengirim darah terlalu banyak pada otot, yang ber - ujung pada rasa lelah dan letih. Efek inilah yang nantinya membuat kepala sakit, leher pegal, dan sensasi menyakitkan pada dada. Jadi, perasaan sakit hati ini sama sekali tidak berkaitan dengan terjadinya disfungsi pada sistem pernapasan.
Riset yang dilakukan Essenberg ini rasanya cukup menjelaskan bagaimana seseorang me rasakan sensasi sakit pada dada saat mengalami ke kecewaan. Walau terdengar sepele, ternyata rasa ‘sakit hati’ ini berpotensi membawa semacam kom plikasi yang sifatnya fatal. Pada tahun 2012, Marjorie Landis dan James Landis, sepasang suami istri yang sudah menikah selama 65 tahun, meninggal hanya dalam selang waktu 88 menit.
Tim dokter dari John Hopkins University yang menyelidiki kasus ini kelak melaporkan sebuah kesimpulan bahwa perasaan kecewa (yang kerap diasosiasikan dengan sakit hati) membawa efek yang me matikan untuk kondisi jantung, kondisi yang merenggut nyawa Marjorie Landis dan James Landis.
Menyenangkan rasanya mengetahui makna di balik arti frase ‘sakit hati’, frase populer yang kerap terdengar seharihari. Walaupun frase ‘sakit hati’ tidak bisa diartikan secara harfiah, namun bisa dikatakan frase yang kerap mendominasi per cakapan sehari-hari ini memiliki arti tertentu dalam sains.
Duta Bahasa Pelajar Jawa Barat 2013
Dalam KBBI edisi keempat dituliskan: hati n Anat bagian perut yang me rah kehitam-hitaman warnanya, terletak di sebelah kanan perut besar, gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu.
Adapun sakit diartikan: berasa tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderi ta sesuatu. Kalau Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud bo leh memberikan peng harga an untuk frase yang paling sering dicatut orang-orang berbagai golongan, frase ‘sa kit hati’ akan ke luar sebagai pemenangnya.
Kata sakit hati ada di mana-mana disebutkan para remaja yang sedang patah hati, dijadikan tema buku literatur dan film yang legendaris, hingga di jadikan jargon yang digunakan untuk mendongkrak be berapa mo mentum yang korelatif dengan urusan percintaan. Kata sakit hati juga muncul dalam ber bagai bentuk yang unik dan kreatif. Ada banyak sekali pertanyaan menarik di balik pe nyebutan kata sakit hati sebagai kom pe nsasi perasaan nyeri yang didapat seseorang kala meng hadapi kekecewaan.
Secara struktur bahasa, penggunaan frase ‘sakit hati’ membawa ambiguitas yang bisa diter jemahkan dari beberapa sudut pandang. Penggunaan frase ‘sakit hati’ bisa dipandang secara harfiah maupun secara me ta - fo rik. Hati sebagai salah satu organ pencernaan memang berisiko mendapatkan berbagai m a c a m disfungsi atau penyakit seperti he pa titis atau sirosis. Jika diartikan secara harfiah, sa kit hati berarti mengalami dis fungsi pada hati.
Namun, jika diartikan secara metaforik, sakit hati berart i semacam sensasi sesak di dada saat mengalami pe ra saan kecewa, takut, mau pun marah. Frase ‘sa kit hati’ pada nyatanya lebih sering diarti kan secara metaforik. Orang biasa menyebut sakit hati untuk mengompensasi per asaan sakit di dada, bu ka n nya berkata sakit hati untuk meng asosiasikan salah satu dis fungsi hati. Menarik sekali untuk menelaah bagaimana fr ase ini bisa berkembang dan me lihat korelasi serta penjelasan nya secara ilmiah.
Hasil riset membuktikan bah wa sensasi sakit pada dada saat mengalami kekecewaan itu memiliki dua komponen, yaitu komponen sensorik dan komponen afektif. Komponen sensorik mem beri informasi mendasar me nge nai sakit yang di rasakan, sementara komponen afek tif memberi informasi yang sifatnya kualitatif, seperti inter pre - tasi terhadap rasa sakit itu sen diri.
Naomi Essen berg, seorang psikolog dari Uni versity of Ca li fornia Los Angeles, Amerika Se rikat, me nge mukakan bahwa otak manusia memiliki beberapa bagian yang aktif selama rasa sakit di rasakan anterior cingulate cortex sebagai bagian otak yang memberi alarm terhadap rasa sakit serta right ventral prefrontal cortex sebagai bagian otak yang mengatur jalannya rasa sakit tersebut.
Akan tetapi, perasaan sakit yang dirasakan itu tidak ada kaitannya dengan organ pernapasan yang terletak pada dada. Se mua perasaan sakit itu berasal dari otak, yang memberikan berbagai stimulus pada kelenjar endokrin untuk menghentikan pemberian hormon yang memicu datangnya perasaan senang.
Saat berada dalam si tuasi yang mengecewakan, otak akan memerintahkan stimu lus pada kelenjar endokrin untuk mengeluarkan hormon kor tisol, yang merupakan hor - mon pemacu stress. Hormon kor tisol jika disekresikan secara berlebihan akan memicu otak untuk mengirim darah terlalu banyak pada otot, yang ber - ujung pada rasa lelah dan letih. Efek inilah yang nantinya membuat kepala sakit, leher pegal, dan sensasi menyakitkan pada dada. Jadi, perasaan sakit hati ini sama sekali tidak berkaitan dengan terjadinya disfungsi pada sistem pernapasan.
Riset yang dilakukan Essenberg ini rasanya cukup menjelaskan bagaimana seseorang me rasakan sensasi sakit pada dada saat mengalami ke kecewaan. Walau terdengar sepele, ternyata rasa ‘sakit hati’ ini berpotensi membawa semacam kom plikasi yang sifatnya fatal. Pada tahun 2012, Marjorie Landis dan James Landis, sepasang suami istri yang sudah menikah selama 65 tahun, meninggal hanya dalam selang waktu 88 menit.
Tim dokter dari John Hopkins University yang menyelidiki kasus ini kelak melaporkan sebuah kesimpulan bahwa perasaan kecewa (yang kerap diasosiasikan dengan sakit hati) membawa efek yang me matikan untuk kondisi jantung, kondisi yang merenggut nyawa Marjorie Landis dan James Landis.
Menyenangkan rasanya mengetahui makna di balik arti frase ‘sakit hati’, frase populer yang kerap terdengar seharihari. Walaupun frase ‘sakit hati’ tidak bisa diartikan secara harfiah, namun bisa dikatakan frase yang kerap mendominasi per cakapan sehari-hari ini memiliki arti tertentu dalam sains.
(ars)