Menulislah Selain Skripsi

Rabu, 11 Februari 2015 - 10:41 WIB
Menulislah Selain Skripsi
Menulislah Selain Skripsi
A A A
Menulis sudah menjadi kebutuhan setiap mahasiswa, lepas dari sekadar memenuhi tuntutan akademik seperti membuat laporan observasi dan makalah.

Misalnya tugas akhir skripsi yang diharapkan dari hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan bagi kemaslahatan masyarakat luas. Namun sering kali kita dengar segelintir mahasiswa mengeluh dalam menuliskan skripsinya. Skripsi menjadi momok mengerikan bagi mahasiswa strata satu. Kepekaan literasi mereka tumbuh hanya menjelang skripsi. Diskusi absen hadir.

Berkunjung ke toko buku pun sifatnya masih dipaksakan karena menggarap skripsi dan belum dijadikan sebagai kegemaran selama berkuliah. Inilah problematika dasar bagi kebanyakan mahasiswa yang berkuliah demi mengejar tuntutan pekerjaan saja. Permintaan mereka terhadap buku cenderung kecil. Padahal banyak sekali manfaat membaca buku.

Selain menangkap pelbagai ilmu pengetahuan, mengoleksi buku bisa memudahkan kita dalam mencari referensi tulisan ketika dibutuhkan sebagai acuan studi pustaka. Rupanya hal itu sudah jadi kekhawatiran penyair Chairil Anwar.

Dalam Hoppla! , sastrawan yang disebut HB Jasin sebagai pelopor angkatan 45 itu mengingatkan kita agar tidak lupa bahwa kata adalah yang menjalar mengurat, hidup dari masa ke masa dan terisi padu dengan mimpi, harapan dan cinta manusia.

Bagi Chairil, lebih baik tidak menulis daripada memerkosa kebenaran dan kemajuan. Hal-hal kecil seperti menempelkan tulisan di majalah dinding, mengirim opini dan liputan acara di kampus ke media cetak, atau tekun mengikuti ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bisa menjadi ajang pelatihan menulis bagi mahasiswa.

Kegemaran berbagi koleksi buku atau meminjamkan kepada teman juga akan memupuk kecintaan berliterasi. Upaya memajukan kampus tercinta tidak melulu soal layanan fasilitas, peningkatan akreditasi jurusan, dan pembangunan gedung-gedung baru, melainkan juga dari gerak mahasiswanya sendiri.

Memulainya dari langkah kecil seperti tanggap mengikuti beragam lomba penulisan dan aktif bergabung diri dalam diskusi internal maupun luar kampus. Skripsi bukanlah racun yang membuat kita terbelenggu akan efeknya.

Skripsi hanyalah obat bius sementara yang akan membuat kita tersadar bahwa mahasiswa mestinya terbangun dari panggilan keilmiahannya, yaitu mengentaskan tugas penelitian dari kewajiban Tridarma Perguruan Tinggi selain pendidikan dan pengabdian. Mahasiswa harus peka akan kebutuhan literasi jauh sebelum didera tugas akhir agar tidak kaget dan bingung menanggapi karya ilmiah yang tebal itu.

Jangan sampai skripsi dijadikan alat untuk melebih-lebihkan keluhan perasaan dari sekian banyak problematika yang dihadapi mahasiswa.

Rahmat Mustakim
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi, Pengurus Lembaga Kajian Mahasiswa (LKM)UNJ Universitas Negeri Jakarta
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6026 seconds (0.1#10.140)