Universitas Riset Kelas Dunia

Sabtu, 07 Februari 2015 - 11:50 WIB
Universitas Riset Kelas...
Universitas Riset Kelas Dunia
A A A
MUHAMMAD HAZMI ASH SHIDQI
Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi,
Anggota Divisi Kajian Badan Otonom Economica FEUI,
Universitas Indonesia

Berdasarkan data dari Dikti, Indonesia memiliki 4.252 lembaga perguruan tinggi yang terdiri atas berbagai akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, universitas. Dengan memiliki ribuan lembaga tinggi, Indonesia masih dinilai tertinggal dalam hal riset dan perkembangan (R&D).

Sebelum Kemenristek bergabung dengan Dirjen Dikti, anggaran yang dimiliki Kemenristek hanya sekitar Rp3,6-3,9 triliun dari sekitar Rp1.800 triliun dana APBN Indonesia. Dana ini diperkirakan sekitar 0,09% dari PDB Indonesia. Sementara saat ini, Kemenristek bergabung dengan Dirjen Dikti menjadi Kemenristek-Dikti dengan anggaran sekitar Rp40 triliun. Anggaran tersebut tidak hanya untuk anggaran riset dan perkembangan, tetapi juga anggaran untuk perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi negeri (PTN).

Sinergi antara Kemenristek dan Dirjen Dikti tidak bisa langsung dilakukan karena harus ada penyesuaian, terutama pembagian tugas serta masalah anggaran Dirjen Dikti yang masih tertinggal di Kemendikbud. Selain itu, hasil riset perguruan tinggi di Indonesia masih jauh tertinggal. Ada beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang mulai menyatakan untuk menuju universitas tingkat dunia, tetapi kenyataan yang ada masih jauh dari tujuan tersebut.

Seperti yang telah disebutkan di atas, masih rendahnya hasil riset yang diajukan menjadi paten menjadi salah satu indikator bahwa minat riset perguruan tinggi di Indonesia masih relatif lebih rendah dari pada perguruan tinggi negara lainnya seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura. Peralatan untuk riset terutama bagi riset bidang pengetahuan alam dan teknik yang membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Selain itu, masih minimnya kolaborasi pengembangan konsorsium riset atau inovasi yang melibatkan berbagai unsur seperti unsur pengembang (peneliti), industri, dan pengguna teknologi (user ), sehingga hasil riset di Indonesia masih belum bisa mencapai nilai komersial secara maksimal. Jalan menuju universitas riset dunia masih jauh bagi perguruan tinggi di Indonesia.

Diperlukan sinergi yang harmonis antara academics, business, government (ABG) sebagaimana dikatakan oleh mantan Menteri Riset dan Teknologi Prof Kusmayanto Kadiman, sangat penting bagi perkembangan riset di perguruan tinggi di Indonesia agar hasil riset tersebut memiliki nilai komersial dan bisa bermanfaat bagi masyarakat luas.

Selain itu, diperlukan perbaikan kinerja dan pembagian tugas dan anggaran yang jelas di Kemenristek sendiri agar kinerja Kemenristek-Dikti dapat mendukung riset dan perkembangan (R&D) di Indonesia dengan maksimal. Hal yang tidak kalah penting ialah perlu ditingkatkannya minat riset dan atmosfer riset di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1122 seconds (0.1#10.140)