Curahan Hati Asien Jelang Ditembak Mati
A
A
A
JAWA TENGAH - Tran Thi Bich Hanh, warga negara Vietnam terpidana mati kasus penyelundupan heroin seberat 1,1 kilogram akan menghadapi regu tembak pada Minggu 18 Januari 2015 besok.
Sebelum menjalani eksekusi, perempuan berusia 37 tahun yang biasa disapa Asien itu mengungkapkan beberapa permintaan terakhirnya. (Baca: Warga Vietnam Ini Divonis Mati karena Selundupkan 1,1 Kilogram Sabu-sabu)
Lewat lisan dan tulisan tangan pada secarik kertas, Asien meminta kedua tangannya tidak diborgol saat ditembak, jenazahnya dikremasi di Semarang lalu abunya dibawa ke negara asalnya, Vietnam.
Permintaan Asien itu disampaikan Kepala Lapas Kelas IIA Wanita Kota Semarang atau Lapas Bulu, Suprobowati.
“Di sini, (Tran) panggilannya Asien. Permintaan terakhir itu disampaikan ke saya, ngobrol dengan saya dan ditulis sendiri, tulisan tangan. Pakai bahasa Indonesia,” ungkap Probo di Lapas Bulu, Jumat, 16 Januari 2015.
Probo menjelaskan sejak ditahan di Lapas Bulu pada tiga tahun lalu, kemampuan berbahasa Indonesia Asien cukup bagus.
Dia mengatakan, Asien tidak ingin menyampaikan langsung permintaan terakhirnya kepada jaksa karena merasa tidak nyaman.
Probo mengungkapkan dalam menjalani hukuman, Asien yang mendekam di sel bersama beberapa tahanan terlihat ceria.
“Sekarang sudah sering makan masakan Indonesia. Memang dulu masih makan makanan Vietnam. Kami biasa beli di Gajahmada Semarang untuk dia,” tutur Probo.
Komunikasi Asien dengan keluarganya di Vietnam juga berjalan lancar. Asien menghubungi keluarganya melalui wartelsuspas di Lapas, yang diresmikan Februari 2012 silam.
Aktivitas sehari-hari Asien antara lain membuat kerajinan tangan seperti payet dan bermain gitar sambil bernyanyi.
Saat ini, lanjut dia, Asien sudah dipindahkan ke sel isolasi. Di dalam sel, Asien meminta rokok.
Sebetulnya merokok dilarang di sel. Namun dikabulkan karena itu permintaannya menjelang eksekusi. “Tadi pagi (Asien) masih main gitar sambil merokok. Terlihat tenang sekali, tidak ada beban,” kata Probo.
Kepala Pengamanan LP Bulu, Putranti, mengakui salah satu permintaan terakhir Asien adalah dikremasi. “Nanti dikremasi di Kedungmundu (krematorium) dan abunya dibawa pulang ke Vietnam. Memang tidak ada permintaan ingin keluarganya (Vietnam) ke sini,” tambah dia.
Rohaniwan dari GBT Firman Kudus Semarang, Luis Immanuel mengatakan, pihaknya kerap memberikan pendampingan dengan siraman rohani kepada Asien.
“(Asien) Mengatakan kepada saya, ingin abunya dikremasi. Awalnya mau dilarung di laut saja, tapi akhirnya ingin dibawa ke Vietnam,” ungkapnya.
Lapas Bulu Semarang pada Jumat 16 Januari 2015 dijaga ketat polisi. Selain itu terlihat kesibukan jaksa dalam menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan.
Lapas yang terletak di Jalan MGR Soegijapranata itu dihuni total 274 orang terdiri atas 238 narapidana dan 36 tahanan. Padahal daya tampung lapas hanya 174 orang.
Sebelum menjalani eksekusi, perempuan berusia 37 tahun yang biasa disapa Asien itu mengungkapkan beberapa permintaan terakhirnya. (Baca: Warga Vietnam Ini Divonis Mati karena Selundupkan 1,1 Kilogram Sabu-sabu)
Lewat lisan dan tulisan tangan pada secarik kertas, Asien meminta kedua tangannya tidak diborgol saat ditembak, jenazahnya dikremasi di Semarang lalu abunya dibawa ke negara asalnya, Vietnam.
Permintaan Asien itu disampaikan Kepala Lapas Kelas IIA Wanita Kota Semarang atau Lapas Bulu, Suprobowati.
“Di sini, (Tran) panggilannya Asien. Permintaan terakhir itu disampaikan ke saya, ngobrol dengan saya dan ditulis sendiri, tulisan tangan. Pakai bahasa Indonesia,” ungkap Probo di Lapas Bulu, Jumat, 16 Januari 2015.
Probo menjelaskan sejak ditahan di Lapas Bulu pada tiga tahun lalu, kemampuan berbahasa Indonesia Asien cukup bagus.
Dia mengatakan, Asien tidak ingin menyampaikan langsung permintaan terakhirnya kepada jaksa karena merasa tidak nyaman.
Probo mengungkapkan dalam menjalani hukuman, Asien yang mendekam di sel bersama beberapa tahanan terlihat ceria.
“Sekarang sudah sering makan masakan Indonesia. Memang dulu masih makan makanan Vietnam. Kami biasa beli di Gajahmada Semarang untuk dia,” tutur Probo.
Komunikasi Asien dengan keluarganya di Vietnam juga berjalan lancar. Asien menghubungi keluarganya melalui wartelsuspas di Lapas, yang diresmikan Februari 2012 silam.
Aktivitas sehari-hari Asien antara lain membuat kerajinan tangan seperti payet dan bermain gitar sambil bernyanyi.
Saat ini, lanjut dia, Asien sudah dipindahkan ke sel isolasi. Di dalam sel, Asien meminta rokok.
Sebetulnya merokok dilarang di sel. Namun dikabulkan karena itu permintaannya menjelang eksekusi. “Tadi pagi (Asien) masih main gitar sambil merokok. Terlihat tenang sekali, tidak ada beban,” kata Probo.
Kepala Pengamanan LP Bulu, Putranti, mengakui salah satu permintaan terakhir Asien adalah dikremasi. “Nanti dikremasi di Kedungmundu (krematorium) dan abunya dibawa pulang ke Vietnam. Memang tidak ada permintaan ingin keluarganya (Vietnam) ke sini,” tambah dia.
Rohaniwan dari GBT Firman Kudus Semarang, Luis Immanuel mengatakan, pihaknya kerap memberikan pendampingan dengan siraman rohani kepada Asien.
“(Asien) Mengatakan kepada saya, ingin abunya dikremasi. Awalnya mau dilarung di laut saja, tapi akhirnya ingin dibawa ke Vietnam,” ungkapnya.
Lapas Bulu Semarang pada Jumat 16 Januari 2015 dijaga ketat polisi. Selain itu terlihat kesibukan jaksa dalam menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan.
Lapas yang terletak di Jalan MGR Soegijapranata itu dihuni total 274 orang terdiri atas 238 narapidana dan 36 tahanan. Padahal daya tampung lapas hanya 174 orang.
(dam)