Ekonomi Saat Rakyat Apatis
A
A
A
Sejak tahun ke tahun pemerintah merancang program membangun perekonomian Indonesia. Sejak tahun ke tahun pula masyarakat awam justru semakin menunjukkan rasa apatisnya terhadap pembangunan perekonomian bangsa ini.
Pada 2014 pemerintah gencar- gencarnya membangun program Perekonomian Indonesia, meningkatkan daya saing terhadap budaya asing dengan mengadakan pasar bebas pada 2015. Merupakan program yang membuat masyarakat awan khususnya rakyat kecil merasa terhimpit di tanahnya sendiri.
Dengan keterbatasan yang mereka miliki, mereka dipaksa. Mau tidak mau, bisa tidak bisa, merekalah yang akan bersaing dengan para asing yang menjajaki Tanah Air kita. Program tersebut memanglah baik untuk meningkatkan mutu perekonomian. Tetapi, sadarkah jika masyarakat yang tidak mengerti menjadi objek utama dari peranan budaya asing.
Permasalahannya tidak hanya pada mental dan kepercayaan diri, tetapi bagaimana membangun semua itu dengan keterbatasan yang rakyat miliki? Keterbatasan kemampuan berbahasa asing menjadi pokok permasalahan utama dari kesiapan mental dan kepercayaan diri masyarakat.
Pilihan yang sesungguhnya tidak dimengerti oleh rakyat kita. Ini bukan pilihan, melainkan paksaan. Terkadang seseorang memang harus dipaksa untuk melakukan perubahan, tetapi perubahan yang bagaimana yang diinginkan pemerintah terhadap rakyat kecil yang memiliki keterbatasan ini.
Mereka memohon, bantulah kami dalam perekonomian yang sekarang terjadi, jelaskan pada kami bagaimana kami harus bertindak jika para asing itu menempati tanah kami? Sesungguhnya kami memang tidak mengerti. Pemerintah harus melihat keadaan yang sebenarnya terjadi, bangsa ini harus bisa membuat cara baru yang dapat menolong persoalan yang akan terjadi ke depan.
Pemerintah harus memiliki stimulus dalam permasalahan rakyatnya untuk mendorong masyarakat awam agar bisa mengikuti jalannya roda perekonomian masa depan nanti. Sesungguhnya sikap apatis bukanlah yang diinginkan rakyat, kami menginginkan perubahan yang terjadi untuk diri kami, keluarga dan bangsa kami.
Kami ingin menjadikan generasi yang mampu menyuarakan segala kemampuan dan bakat kami, tidak hanya menyuarakan aspirasi semata. Jika bangsa Indonesia serius dalam menangani masalah ini, tentulah bangsa Indonesia mampu mengantarkan kami, seluruh rakyatnya, ke depan pintu gerbang kemerdekaan.
Pada 2014 pemerintah gencar- gencarnya membangun program Perekonomian Indonesia, meningkatkan daya saing terhadap budaya asing dengan mengadakan pasar bebas pada 2015. Merupakan program yang membuat masyarakat awan khususnya rakyat kecil merasa terhimpit di tanahnya sendiri.
Dengan keterbatasan yang mereka miliki, mereka dipaksa. Mau tidak mau, bisa tidak bisa, merekalah yang akan bersaing dengan para asing yang menjajaki Tanah Air kita. Program tersebut memanglah baik untuk meningkatkan mutu perekonomian. Tetapi, sadarkah jika masyarakat yang tidak mengerti menjadi objek utama dari peranan budaya asing.
Permasalahannya tidak hanya pada mental dan kepercayaan diri, tetapi bagaimana membangun semua itu dengan keterbatasan yang rakyat miliki? Keterbatasan kemampuan berbahasa asing menjadi pokok permasalahan utama dari kesiapan mental dan kepercayaan diri masyarakat.
Pilihan yang sesungguhnya tidak dimengerti oleh rakyat kita. Ini bukan pilihan, melainkan paksaan. Terkadang seseorang memang harus dipaksa untuk melakukan perubahan, tetapi perubahan yang bagaimana yang diinginkan pemerintah terhadap rakyat kecil yang memiliki keterbatasan ini.
Mereka memohon, bantulah kami dalam perekonomian yang sekarang terjadi, jelaskan pada kami bagaimana kami harus bertindak jika para asing itu menempati tanah kami? Sesungguhnya kami memang tidak mengerti. Pemerintah harus melihat keadaan yang sebenarnya terjadi, bangsa ini harus bisa membuat cara baru yang dapat menolong persoalan yang akan terjadi ke depan.
Pemerintah harus memiliki stimulus dalam permasalahan rakyatnya untuk mendorong masyarakat awam agar bisa mengikuti jalannya roda perekonomian masa depan nanti. Sesungguhnya sikap apatis bukanlah yang diinginkan rakyat, kami menginginkan perubahan yang terjadi untuk diri kami, keluarga dan bangsa kami.
Kami ingin menjadikan generasi yang mampu menyuarakan segala kemampuan dan bakat kami, tidak hanya menyuarakan aspirasi semata. Jika bangsa Indonesia serius dalam menangani masalah ini, tentulah bangsa Indonesia mampu mengantarkan kami, seluruh rakyatnya, ke depan pintu gerbang kemerdekaan.
(bbg)