Potret Perjuangan Tim 9 Century
A
A
A
Awal dari obrolan kecil yang kemudian meledak dahsyat bak tsunami politik di Republik Indonesia.
Mungkin itu gambaran tepat dari awal mula munculnya perjuangan segelintir anggota Dewan beberapa saat seusai dilantik sebagai anggota DPR periode 2009-2014 lalu dalam upayanya membongkar skandal Bank Century. Bailout yang dikucurkan “tidak beres” melalui berbagai kebijakan yang juga “tidak beres” kepada Bank Century pasca kalah kliring memang terus menjadi obrolan serius di kalangan Dewan meski awalnya hanya beberapa orang.
Namun, melalui proses obrolan dan diskusi ringan itulah, kemudian memotivasi di antara mereka untuk berkomitmen membongkar kasus Century dengan bailout mencapai Rp6,7 triliun itu bisa diselesaikan secara tuntas. Ada Maruarar Sirait dari PDI Perjuangan, Bambang Soesatyo dari Partai Golkar, dan Chandra Tirta Wijaya dari PAN, serta Andi Rahmat dari PKS yang kemudian mendapatkan kawan PKS, M Misbakhun, Lily Wahid dari PKB, Kurdi Moekri dari PPP, Akbar Faizal dari Partai Hanura (sekarang Akbar Faizal adalah politisi Partai NasDem), serta Ahmad Muzani dari Partai Gerindra.
Mereka yang berjumlah sembilan orang itu kemudian membentuk Tim Sembilan, nama yang awalnya untuk “meledek” Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kala itu membentuk Tim Delapan untuk penyelesaian kasus Wakil Ketua KPK Bibit Samad Riyanto dan Chandra M Hamzah. Cerita bagaimana awal mereka yang merupakan politisi lintas partai, bahkan enam di antaranya anggota DPR baru, dalam upayanya membongkar kasus Bank Century ditulis secara sederhana dalam buku Tim Sembilan Membongkar Skandal Century, oleh salah satu wartawan senior yang kesehariannya meliput agenda di Parlemen, Monang Sinaga.
Meski buku tersebut mengulas tentang ekonomi, rangkaian catatannya lebih bernuansa politik karena memang buku tersebut bisa dikatakan sebagai potret hidup bagaimana perjuangan Tim Sembilan mulai dari obrolan ringan terkait kasus itu menandatangani pakta integritas agar dalam perjuangannya mereka tidak bisa terbeli hingga upayanya menggulirkan hak angket yang kemudian berhasil dibentuk Pansus Hak Angket Kasus Bank Century.
Monang Sinaga berhasil mengurai dari awal bagaimana Tim Sembilan yang sejak awal memang harus berjuang meyakinkan partainya sendiri-sendiri mengingat mayoritas yang ada di Tim Sembilan partainya tergabung dalam partai koalisi pemerintahan SBY-Boediono. Dari buku itu terungkap bahwa upaya roadshow Tim Sembilan ke beberapa tokoh nasional adalah untuk meyakin-kan partainya bahwa perjuangan membongkar Skandal Century yang merugikan negara Rp6,7 triliun itu mendapatkan dukungan dari rakyat.
Tanpa dukungan dari rakyat dan para tokoh nasional, Tim Sembilan menyadari upayanya menggulirkan hak angket sulit terwujud. Benar saja, kunjungan mereka ke para tokoh seperti Buya Syafii Maarif, Amien Rais, Abdurahman Wahid (Gus Dur), Din Syamsuddin, dan semua pimpinan parpol mendapatkan sambutan positif. Mereka pun akhirnya bisa mengumpulkan tanda tangan dukungan dari hampir semua anggota DPR, termasuk dari Partai Demokrat agar dibentuk Pansus Hak Angket Kasus Century.
Selain mengupas secara sederhana bagaimana Tim Sembilan sampai terbentuk Pansus Hak Angket Kasus Bank Century, buku karya Monang tersebut juga mengurai secara runut bagaimana perjalanan Pansus Angket Century melakukan penyelidikan dalam sidangsidang yang menghadirkan banyak tokoh hingga mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Wakil Presiden Boediono.
Banyak uraian yang ketika menyimak pemberitaan terkait Century sulit dipahami, tetapi dengan buku ini lebih mudah mencerna bagaimana ujung dari kasus itu, siapa yang pernyataannya tidakkonsisten, sertasiapa pengambil kebijakan yang mencoba main aman meski harus dengan kebohongan publik.
Selain direkomendasikan dibaca oleh semua kalangan yang ingin mengetahui secara detail awal mula terjadi kasus Century hingga rekomendasi oleh Pansus Angket ke penegak hukum untuk penyelesaiannya, buku ini juga penting sebagai bacaan bagi para pengambil kebijakan, khususnya terkait keuangan negara agar hati-hati dan jangan menjadikan penyiasatan aturan untuk kepentingan tertentu yang merugikan negara.
Rahmat Sahid
Wartawan KORAN SINDO, penulis buku Sisi Lain Pak Taufiq dan Bu Mega
Mungkin itu gambaran tepat dari awal mula munculnya perjuangan segelintir anggota Dewan beberapa saat seusai dilantik sebagai anggota DPR periode 2009-2014 lalu dalam upayanya membongkar skandal Bank Century. Bailout yang dikucurkan “tidak beres” melalui berbagai kebijakan yang juga “tidak beres” kepada Bank Century pasca kalah kliring memang terus menjadi obrolan serius di kalangan Dewan meski awalnya hanya beberapa orang.
Namun, melalui proses obrolan dan diskusi ringan itulah, kemudian memotivasi di antara mereka untuk berkomitmen membongkar kasus Century dengan bailout mencapai Rp6,7 triliun itu bisa diselesaikan secara tuntas. Ada Maruarar Sirait dari PDI Perjuangan, Bambang Soesatyo dari Partai Golkar, dan Chandra Tirta Wijaya dari PAN, serta Andi Rahmat dari PKS yang kemudian mendapatkan kawan PKS, M Misbakhun, Lily Wahid dari PKB, Kurdi Moekri dari PPP, Akbar Faizal dari Partai Hanura (sekarang Akbar Faizal adalah politisi Partai NasDem), serta Ahmad Muzani dari Partai Gerindra.
Mereka yang berjumlah sembilan orang itu kemudian membentuk Tim Sembilan, nama yang awalnya untuk “meledek” Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kala itu membentuk Tim Delapan untuk penyelesaian kasus Wakil Ketua KPK Bibit Samad Riyanto dan Chandra M Hamzah. Cerita bagaimana awal mereka yang merupakan politisi lintas partai, bahkan enam di antaranya anggota DPR baru, dalam upayanya membongkar kasus Bank Century ditulis secara sederhana dalam buku Tim Sembilan Membongkar Skandal Century, oleh salah satu wartawan senior yang kesehariannya meliput agenda di Parlemen, Monang Sinaga.
Meski buku tersebut mengulas tentang ekonomi, rangkaian catatannya lebih bernuansa politik karena memang buku tersebut bisa dikatakan sebagai potret hidup bagaimana perjuangan Tim Sembilan mulai dari obrolan ringan terkait kasus itu menandatangani pakta integritas agar dalam perjuangannya mereka tidak bisa terbeli hingga upayanya menggulirkan hak angket yang kemudian berhasil dibentuk Pansus Hak Angket Kasus Bank Century.
Monang Sinaga berhasil mengurai dari awal bagaimana Tim Sembilan yang sejak awal memang harus berjuang meyakinkan partainya sendiri-sendiri mengingat mayoritas yang ada di Tim Sembilan partainya tergabung dalam partai koalisi pemerintahan SBY-Boediono. Dari buku itu terungkap bahwa upaya roadshow Tim Sembilan ke beberapa tokoh nasional adalah untuk meyakin-kan partainya bahwa perjuangan membongkar Skandal Century yang merugikan negara Rp6,7 triliun itu mendapatkan dukungan dari rakyat.
Tanpa dukungan dari rakyat dan para tokoh nasional, Tim Sembilan menyadari upayanya menggulirkan hak angket sulit terwujud. Benar saja, kunjungan mereka ke para tokoh seperti Buya Syafii Maarif, Amien Rais, Abdurahman Wahid (Gus Dur), Din Syamsuddin, dan semua pimpinan parpol mendapatkan sambutan positif. Mereka pun akhirnya bisa mengumpulkan tanda tangan dukungan dari hampir semua anggota DPR, termasuk dari Partai Demokrat agar dibentuk Pansus Hak Angket Kasus Century.
Selain mengupas secara sederhana bagaimana Tim Sembilan sampai terbentuk Pansus Hak Angket Kasus Bank Century, buku karya Monang tersebut juga mengurai secara runut bagaimana perjalanan Pansus Angket Century melakukan penyelidikan dalam sidangsidang yang menghadirkan banyak tokoh hingga mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Wakil Presiden Boediono.
Banyak uraian yang ketika menyimak pemberitaan terkait Century sulit dipahami, tetapi dengan buku ini lebih mudah mencerna bagaimana ujung dari kasus itu, siapa yang pernyataannya tidakkonsisten, sertasiapa pengambil kebijakan yang mencoba main aman meski harus dengan kebohongan publik.
Selain direkomendasikan dibaca oleh semua kalangan yang ingin mengetahui secara detail awal mula terjadi kasus Century hingga rekomendasi oleh Pansus Angket ke penegak hukum untuk penyelesaiannya, buku ini juga penting sebagai bacaan bagi para pengambil kebijakan, khususnya terkait keuangan negara agar hati-hati dan jangan menjadikan penyiasatan aturan untuk kepentingan tertentu yang merugikan negara.
Rahmat Sahid
Wartawan KORAN SINDO, penulis buku Sisi Lain Pak Taufiq dan Bu Mega
(ars)