Ismail Marzuki, Korupsi dan Politisi Negeri Ini

Senin, 26 Mei 2014 - 11:43 WIB
Ismail Marzuki, Korupsi...
Ismail Marzuki, Korupsi dan Politisi Negeri Ini
A A A
SEABAD usia komponis Indonesia asal Kwitang, Jakarta, Ismail Marzuki. Jika saat ini ia masih ada.
Sayangnya, dalam usia relatif muda Bang Maing, begitu dia akrab dipanggil, sudah wafat. Lahir di Batavia, 11 Mei 1914; kemudian tanggal 25 Mei 1958 Ismail Marzuki Wafat. Meskipun begitu, ternyata, diskusi tentang Seratus Tahun Ismail Marzuki selalu ada dan makin seru. Muncul diskusi bahwa ada karya Ismail Marzuki merupakan jiplakan lagu yang aslinya dari luar negeri.

Namun begitu, berbagai perayaan dengan menggelar konser lagu-lagu Ismail Marzuki juga banyak. Menarik. Terlepas dari adanya pro-kontra lagu-lagu Ismail Marzuki, harus diakui, semua lagunya enak dinikmati. Diyakini, hampir semua orang Indonesia pernah mendengar lagu-lagu Ismail Marzuki, seperti Sepasang Mata Bola, Kopral Jono, Aryati, Indonesia Pusaka. Setidaknya ada yang mendengar melalui radio, televisi, pita kaset, CD, atau suara tetangga yang sedang berdendang.

Paling tidak pernah mendengar lagu Halo-Halo Bandung. Ismail Marzuki merupakan manusia langka yang dimiliki Indonesia dengan keterbatasan pada masa itu tetapi lagu-lagunya mampu menembus zaman. Karyanya masih didengar sampai hari ini, sementara isinya atau syairnya masih sangat relevan dikaitkan dengan kondisi Indonesia sekarang.

Lagu-lagu Ismail Marzuki, sebetulnya, tidak kalah dengan komponis seperti Cole Porter, Irving Berlin, Jimmy McHugh. Lagu karya mereka juga semuanya enak didengar. Jika saja Ismail Marzuki tinggal di Amerika pada masa itu, bisa dipastikan lagu-lagu karyanya mendunia lewat musisi atau penyanyi dunia.

Pada masa Ismail Marzuki berjaya, era musik jazz sedang memiliki pengaruh di dunia, banyak musisi memainkan karya komponis yang sekarang menjadi legenda. Lagu karya komponis masa itu kemudian populer lewat para penyanyi besar seperti Nat King Cole, Frank Sinatra atau Bing Crosby.

Lagu karya Ismail Marzuki juga populer, tetapi lebih dikenal di negerinya, Indonesia. Lagu Ismail Marzuki yang banyak bernapaskan perjuangan dan hiburan ini tergolong komplit dalam irama, bisa didengar atau dimainkan dari pop, cha cha, rumba, foxtrot, sampai jazz.

Namun, dokumentasi lama lagu Ismail Marzuki dalam irama jazz sulit ditemukan. Pemusik jazz Bill Saragih pernah menyelipkan satu lagu Selendang Sutera karya Ismail Marzuki dalam albumnya yang direkam tahun 1996. Dua tahun lampau pianis jazz Nial Djuliarso yang tinggal di New York merekam lagu-lagu Ismail Marzuki dalam satu album The Jazz Soul of Ismail Marzuki melalui permainan pianonya. Yang sangat menarik adalah pandangan Ismail Marzuki kepada politisi di Indonesia yang cenderung korupsi. Sekian puluh tahun lalu ia menulis lagu berjudul Yiiyang masih sangat relevan dengan kondisi saat ini.

Terkesan, Maing begitu gelisah sehingga dia mengingatkan lewat lagunya, kepada para pemimpin janganlah hanya mencari kursi dan korupsi. Maing berpesan, hendaknya para pemimpin berada pada jalan yang suci. Begini bunyi syair lagunya; jangan Bung hanya cari kursi/ untuk diri sendiri/hilangkan hatimu yang dengki/ nyahkanlah hawa nafsu korupsi/ mari Bung mari lah kembali/pada jalan yang suci. Menyimak syair lagu Yii dikaitkan dengan pemilihan legislator (pileg) di Indonesia yang baru saja usai akan sulit dipungkiri bahwa Ismail Marzuki seperti sudah meramal peristiwa ini.

Ribuan politisi berlomba berebut kursi demi bisa duduk di kursi DPR, DPRD dan DPD dengan cara yang sangat tidak terpuji. Sebagian dari mereka tanpa risi melakukan politik uang demi sebuah jabatan atau yang disebut Ismail Marzuki adalah kursi. Setelah mendapat kursi akankah mereka memikirkan rakyat? Atau untuk diri sendiri karena harus balik modal yang habis untuk “membeli kursi”?. Lewat lagunya, Ismail Marzuki mengajak para politisi kembali kepada jalan yang suci.

Akankah? Bukan hanya lagu Yii. Simak lagu Sabda Alam yang menceritakan kodrat wanita yang lemah lembut tetapi mampu menaklukkan kekuasaan banyak pria. Tidak perlu sulit mencari contoh pada saat ini. Berita para koruptor yang begitu royal membagi-bagi mobil mewah dan uang kepada sejumlah nama wanita bisa dibaca, ditonton, dan didengar hampir setiap saat.

Sepenggal syair lagu Sabda Alam sangat mengena, yaitu Ada saat pria tak berkuasa/ tekuk lutut di sudut kerling wanita. Begitu sang wanita mengerlingkan matanya langsung rontok kekuasaan para koruptor, adajugapejabat, politisi dan lainnya.

Termehek-mehek mereka langsung menggelontorkan uang, membelikan mobil mewah, atau menjadikannya sebagai istri tambahan. Sudah 56 tahun Ismail Marzuki tiada, namun lagunya tetap populer, menghibur dan pesan di dalamnya tetap relevan serta layak menjadi renungan atau diskusi menarik. Bang Maing pancen oh ye!

EDDY KOKO
Wartawan Senior
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7396 seconds (0.1#10.140)