Pemilu 2014 marak terjadi dinasti politik lokal
A
A
A
Sindonews.com - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) La Ode Ida mengatakan, dalam pemilu kali ini, upaya memapankan dinasti di tingkat lokal banyak terjadi.
"Periksalah hasil pileg, kalau tidak seluruh keluarganya pejabat lokal yang lolos, maka sebagian keluarganya pasti ada yang lolos," kata La Ode pada sebuah diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Minggu (11/5/2014).
Akibat keterlibatan kepala daerah tersebut, dapat menutup peluang caleg lain yang sebenarnya berpotensi untuk bekerja mengawal aspirasi rakyat. "Makanya jangan terlalu bermimpi menang kalau melawan keluarga mereka di pemilu lalu," ujarnya.
La Ode mengatakan, pada pemilu lalu moralitas rakyat juga dirusak secara terstruktur, sistematis, dan masif. Masyarakat jadi pragmatis karena didorong elite politik lokal untuk menolerir uang. Ditambah perilaku dinasti politik.
"Celakanya ini seperti ditolerir dan tidak ada upaya menghentikan perusakan moral ini. Akhirnya bayar membayar hal biasa. Dan nilai demokrasi sangat rendah," ujarnya.
Pada pemilu lalu, kata La Ode, bukan hanya demokrasi yang dibajak, tapi hak rakyat juga dirampas. "Saya ke daerah dan menemukan rumah kosong. Rupanya itu milik PNS. Suami istri itu dipisahkan dengan istrinya di seberang laut, karena tidak dukung bupati. Ini kan praktik orde baru," ujarnya.
"Periksalah hasil pileg, kalau tidak seluruh keluarganya pejabat lokal yang lolos, maka sebagian keluarganya pasti ada yang lolos," kata La Ode pada sebuah diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Minggu (11/5/2014).
Akibat keterlibatan kepala daerah tersebut, dapat menutup peluang caleg lain yang sebenarnya berpotensi untuk bekerja mengawal aspirasi rakyat. "Makanya jangan terlalu bermimpi menang kalau melawan keluarga mereka di pemilu lalu," ujarnya.
La Ode mengatakan, pada pemilu lalu moralitas rakyat juga dirusak secara terstruktur, sistematis, dan masif. Masyarakat jadi pragmatis karena didorong elite politik lokal untuk menolerir uang. Ditambah perilaku dinasti politik.
"Celakanya ini seperti ditolerir dan tidak ada upaya menghentikan perusakan moral ini. Akhirnya bayar membayar hal biasa. Dan nilai demokrasi sangat rendah," ujarnya.
Pada pemilu lalu, kata La Ode, bukan hanya demokrasi yang dibajak, tapi hak rakyat juga dirampas. "Saya ke daerah dan menemukan rumah kosong. Rupanya itu milik PNS. Suami istri itu dipisahkan dengan istrinya di seberang laut, karena tidak dukung bupati. Ini kan praktik orde baru," ujarnya.
(maf)