Inovasi

Jum'at, 09 Mei 2014 - 13:38 WIB
Inovasi
Inovasi
A A A
INOVASI sudah menjadi kewajiban bagi semua perusahaan untuk bisa kompetitif menghadapi persaingan yang kian ketat. Bagi perusahaan di Tanah Air misalnya, tuntutan inovasi kian kuat karena bangsa ini segera memasuki ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada 2015.

Pesan inilah yang ingin disampaikan KORAN SINDO bersama Tera Foundation melalui Rekor Bisnis (ReBi) Award 2014 ini. Inovasi menjadi urgen bukan hanya mendekatkan perusahaan dengan pelanggan, melainkan juga akan membuat perusahaan mampu survive menghadapi perkembangan zaman yang terasa semakin cepat. Dalam perspektif persaingan global, inovasi menjadi kunci memacu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan karena inovasi mendukung penciptaan industri, bisnis, dan lapangan kerja baru serta meningkatkan efisiensi dan kualitas barang dan jasa.

Mereka yang mampu menghadirkan inovasi terbaiklah yang akan meraih peluang-peluang global. Kampanye inovasi di Tanah Air perlu terus didengungkan karena faktanya inovasi belum menjadi budaya. Berdasarkan laporan Global Innovation Index (GII) yang dipublikasikan Cornell University, INSEAD, dan World Intellectual Property Organization (WIPO) pada 2013 posisi Indonesia baru pada peringkat ke-85 dari 142 negara.

Walaupun ada peningkatan 15 peringat dari tahun sebelumnya, posisi ini jauh dari ideal. Apalagi dibandingkan negara-negara seperti Swiss, Swedia, Inggris, Belanda, Amerika Serikat, Finlandia, Hong Kong, Singapura, Denmark, dan Irlandia yang menjadi kampiun inovasi dunia. Apalagi di level perusahaan, belum terdengar ada perusahaan Indonesia yang menerobos papan atas perusahaan paling inovatif di dunia.

Pada 2013 Forbes mencatat 10 perusahaan paling inovatif yakni Salesforce.com, Alexion Pharmaceuticals, Baidu, Intuitive Surgical Inc, Rakuten, Edward Lifesciences, Larsen & Toubro (L&T), dan ARM Holding. Lantas apa itu inovasi? Selama ini orang memahami inovasi lebih pada produk. Misalnya perusahaan dikatakan inovatif jika menghadirkan produk baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Dalam perspektif inovasi secara sempit ini, inovasi baru terjadi seperti keluarnya produk yang sama sekali baru seperti kendaraan bermotor, lampu pijar, dan produk-produk hasil inovasi manusia era renaisans. Tony Davila dkk dalam Profit-Making Innovation mengategorikan inovasi menjadi dua bagian besar yakni inovasi bisnis dan teknologi.

Inovasi bisnis melibatkan tiga pengungkit yakni penawaran nilai, rantai suplai, dan pelanggan sasaran. Sedangkan inovasi teknologi juga mempunyai tiga pengungkit yaitu produk barang dan jasa, teknologi proses, dan teknologi peningkatan kemampuan. Sejauhmana perusahaan melakukan pengungkitan itulah yang akan menentukan apakah inovasi yang dilakukan bersifat radikal, semiradikal, atau inkremental.

Walaupun inovasi yang dilakukan bersifat inkremental, inovasi tetap bukanlah perkara mudah karena lingkungan yang melingkupinya tidak hanya bersifat mendorong, tapi juga menghambat. Strategi inovasi, baik yang berorientasi play-to win atau play-not-to-loose pun harus mempertimbangkan faktor internal seperti kemampuan organisasi dan pendanaan maupun eksternal seperti kekuatan jaringan dan kekuatan perubahan teknologi.

Tapi, seribet apa pun teorinya, inovasi kini menjadi kiblat baru strategi bisnis yang tidak bisa dihindarkan. Begitu pun oleh perusahaan-perusahaan nasional yang kini tidak bisa lagi memonopoli pasar di negeri sendiri sebagai dampak kebijakan deregulasi dan liberalisasi pasar. Beban terberat tentu di tangan para CEO.

Di tangan pucuk pimpinan perusahaan itu budaya inovasi bisa dibenamkan. Kecuali jika sang pemimpin tersebut hanya berorientasi keuntungan jangka pendek, bukan keberlanjutan perusahaan.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6327 seconds (0.1#10.140)