Uang yang digelontorkan caleg di Pileg 2014 fantastis
A
A
A
Sindonews.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Tjahjo Kumolo mengakui permainan politik uang marak sekali di Pemilu Lagislatif (Pileg) kali ini, khususnya terjadi antar caleg satu partai.
Tetapi, kata dia, masyarakat pemlih di perkotaan sejauh ini masih anti politik uang. "Mereka melihat ketokohan dan kinerja caleg yang jadi pilihannya," kata Tjahjo, Jumat (25/4/2014).
Tjahjo yang menjadi caleg di dapil Jawa Tengah (Jateng) I mencontohkan masyarakat di Kota Semarang dan Salatiga.
"Suara Tjahjo naik 50 persen lebih dari pemilih saya di Pemilu 2009. Kecuali masyarakat desa yang dirusak oleh politik uang," ujarnya.
Hal itu membuktikan bahwa masyarakat di perkotaan masih objektif melihat ketokohan seseorang dan bagaimana kinerjanya. Karena itu, Tjahjo yang mengaku sangat anti dengan politik uang, tetap masih dipercaya menjadi pilihan mereka untuk mewakilinya di DPR.
Dia mensinyalir politik uang di pedesaan sudah menjadi komoditas, bahkan dicalokan oknum kepala desa dan oknumn kecamatan yang kepala daerahnya ikut main serta tandem.
"Mereka orientasinya. Makanya di pemilu sekarang ini ada caleg yang habisnya diatas Rp15 miliar, bahkan banyak yang menghabiskan biaya hingga Rp30 miliar," ungkapnya.
Menurut Tjahjo, fakta politik yang demikian itu jelas tidak masuk akal. Karenanya, dia sangat menyayangkan adanya oknum caleg yang mendidik masyarakat dengan pendidikan polilitik uang yang tidak sehat dan membabi buta.
"Ini warning bagi demokrasi kita, ketika untuk jabatan wakil rakyat saja harus dengan politik uang," tandasnya.
Tetapi, kata dia, masyarakat pemlih di perkotaan sejauh ini masih anti politik uang. "Mereka melihat ketokohan dan kinerja caleg yang jadi pilihannya," kata Tjahjo, Jumat (25/4/2014).
Tjahjo yang menjadi caleg di dapil Jawa Tengah (Jateng) I mencontohkan masyarakat di Kota Semarang dan Salatiga.
"Suara Tjahjo naik 50 persen lebih dari pemilih saya di Pemilu 2009. Kecuali masyarakat desa yang dirusak oleh politik uang," ujarnya.
Hal itu membuktikan bahwa masyarakat di perkotaan masih objektif melihat ketokohan seseorang dan bagaimana kinerjanya. Karena itu, Tjahjo yang mengaku sangat anti dengan politik uang, tetap masih dipercaya menjadi pilihan mereka untuk mewakilinya di DPR.
Dia mensinyalir politik uang di pedesaan sudah menjadi komoditas, bahkan dicalokan oknum kepala desa dan oknumn kecamatan yang kepala daerahnya ikut main serta tandem.
"Mereka orientasinya. Makanya di pemilu sekarang ini ada caleg yang habisnya diatas Rp15 miliar, bahkan banyak yang menghabiskan biaya hingga Rp30 miliar," ungkapnya.
Menurut Tjahjo, fakta politik yang demikian itu jelas tidak masuk akal. Karenanya, dia sangat menyayangkan adanya oknum caleg yang mendidik masyarakat dengan pendidikan polilitik uang yang tidak sehat dan membabi buta.
"Ini warning bagi demokrasi kita, ketika untuk jabatan wakil rakyat saja harus dengan politik uang," tandasnya.
(maf)