Berpakaian adat, warga Bali datangi TPS
A
A
A
Sindonews.com - Sejak pagi warga Bali berpakaian adat mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Legislatif (PIleg) 2014.
Beberapa TPS baru bisa melayani pemilih sekira pukul 07.30 Wita, meskipun mestinya sejak pukul 07.00 Wita, warga sudah bisa mencoblos. Namun pihak Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) belum siap.
"Sebelum jam 07.00 Wita, saya sudah ke TPS, ternyata menunggu lumayan lama, tadi panitia masih sibuk mempersiapkan TPS," ujar Bambang, karyawan sebuah pusat perbelanjaan, saat ditemui di TPS 11 Banjar Pengalasan Sading, Mengwi, Badung, Rabu (9/4/2014).
Dari pantauan, sebagian besar warga menggunakan pakaian adat Bali madyas atau santai, datang ke lokasi pencoblosan untuk memilih wakil rakyat periode 2014-2019.
Tak sedikit pula, mereka mengajak anak-anaknya ke lokasi TPS. Beberapa petugas KPPS, saksi, pecalang maupun petugas lainnya seperti TNI Polri bersiaga mengawasi proses pemungutan suara.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan istri Ayu Pastika, mengenakan pakaian adat santai dengan warna kembar serasi kombinsasi putih dan biru, saat mendatangi TPS 14 di SDN 4 Penatih, Denpasar.
Salah seorang tokoh Bali I Gusti Ngurah Sudiana yang juga Ketua Parisada Hindu Darma Indonesia PHDI, mengatakan, warga yang menggunakan pakaian adat saat ke TPS sudah dilakukan sejak tiga pemilu terakhir.
"Awalnya ada imbauan mengenakan pakaian adat, sekarang sudah terlatih, jadi tradisi ke TPS tidak perlu ada imbauan lagi, " katanya ditemui di TPS 14 SD 4 Penatih, Denpasar.
Menurut Sudiana, pekaian adat memberi kesan religi. Dengan suasana itu maka potensi berfikiran atau melakukan hal yang negatif bisa dicegah saat pesta demokrasi lima tahunan digelar.
"Bagaimana kita merasakan hati yang nyawan, membawa hati yang damai ke TPS, kita pakai nuansa religi," jelas Sudiana.
Dengan pakaian adat, tercipta ada suasana simpatik, sehingga mendorong masyarakat untuk bisa membawa hati nurani, berfikiran jernih, aman dan damai.
"Ini memberi kesan simpatik seolah-olah Swadarma negara dan swadarma agama itu berjalan seirama, berpakaian adat sangat penting mendorong tenang, damai sesuai hati nurani sehingga diharapkan pemilu bisa berjalan sukses," imbuhnya.
Beberapa TPS baru bisa melayani pemilih sekira pukul 07.30 Wita, meskipun mestinya sejak pukul 07.00 Wita, warga sudah bisa mencoblos. Namun pihak Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) belum siap.
"Sebelum jam 07.00 Wita, saya sudah ke TPS, ternyata menunggu lumayan lama, tadi panitia masih sibuk mempersiapkan TPS," ujar Bambang, karyawan sebuah pusat perbelanjaan, saat ditemui di TPS 11 Banjar Pengalasan Sading, Mengwi, Badung, Rabu (9/4/2014).
Dari pantauan, sebagian besar warga menggunakan pakaian adat Bali madyas atau santai, datang ke lokasi pencoblosan untuk memilih wakil rakyat periode 2014-2019.
Tak sedikit pula, mereka mengajak anak-anaknya ke lokasi TPS. Beberapa petugas KPPS, saksi, pecalang maupun petugas lainnya seperti TNI Polri bersiaga mengawasi proses pemungutan suara.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan istri Ayu Pastika, mengenakan pakaian adat santai dengan warna kembar serasi kombinsasi putih dan biru, saat mendatangi TPS 14 di SDN 4 Penatih, Denpasar.
Salah seorang tokoh Bali I Gusti Ngurah Sudiana yang juga Ketua Parisada Hindu Darma Indonesia PHDI, mengatakan, warga yang menggunakan pakaian adat saat ke TPS sudah dilakukan sejak tiga pemilu terakhir.
"Awalnya ada imbauan mengenakan pakaian adat, sekarang sudah terlatih, jadi tradisi ke TPS tidak perlu ada imbauan lagi, " katanya ditemui di TPS 14 SD 4 Penatih, Denpasar.
Menurut Sudiana, pekaian adat memberi kesan religi. Dengan suasana itu maka potensi berfikiran atau melakukan hal yang negatif bisa dicegah saat pesta demokrasi lima tahunan digelar.
"Bagaimana kita merasakan hati yang nyawan, membawa hati yang damai ke TPS, kita pakai nuansa religi," jelas Sudiana.
Dengan pakaian adat, tercipta ada suasana simpatik, sehingga mendorong masyarakat untuk bisa membawa hati nurani, berfikiran jernih, aman dan damai.
"Ini memberi kesan simpatik seolah-olah Swadarma negara dan swadarma agama itu berjalan seirama, berpakaian adat sangat penting mendorong tenang, damai sesuai hati nurani sehingga diharapkan pemilu bisa berjalan sukses," imbuhnya.
(maf)