Mengintip bisnis atribut kampanye

Kamis, 13 Maret 2014 - 21:31 WIB
Mengintip bisnis atribut kampanye
Mengintip bisnis atribut kampanye
A A A
Sindonews.com - Menjelang pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) 2014, bisnis atribut kampanye di sentra kaus suci, Kota Bandung semakin bergeliat. Hal itu terlihat dari peningkatan omset yang dirasakan ratusan pelaku usahanya.

Ketua sentra kaus suci Marnawie Munamah mengungkapkan, total omset pesanan atribut kampanye Pileg dan Pilpres 2014 hingga saat ini mencapai sekira Rp80 miliar.

"Sejak Pemilu 1994, kita mulai menerima order atribut kampanye. Saat itu, omsetnya sekitar Rp30 miliar dan terus meningkat pada pemilu sebelumnya. Kini, total omset di kisaran Rp80 miliar," ungkap Marnawie di Bandung, Kamis (13/3/2014).

Saat ini, sentra kaus suci tidak hanya menerima pesanan kaus kampanye, namun berbagai pesanan atribut kampanye mulai spanduk, baliho, mini banner, dan atribut kampanye lainnya pun turut dikerjakan. "Namun, kaus memang masih mendominasi. Untuk atribut kampanye lainnya, kita mengandalkan digital print," katanya.

Menurut dia, total pelaku usaha di sentra kaus suci sekira 400 pelaku usaha yang menyerap ribuan tenaga kerja. Meskipun jumlahnya ratusan, namun kata dia, pelaku usaha yang khusus mengerjakan atribut kampanye jumlahnya hanya sekira 30 hingga 40 pelaku usaha saja.

"Ordernya jadi tumpah ruah, tapi kami tetap bagi-bagi ke pekerja. Selain untuk mengejar waktu pengerjaan, kita ingin pekerja pun merasakan berkah pileg dan pilpres ini," ucapnya.

Meskipun bisnis atribut kampanye terus bergeliat, namun bisnis di sentra kaus suci bukan tanpa hambatan, terutama untuk bisnis kaus kampanye. Dia mengungkapkan, hambatan utama yang dirasakan saat ini adalah mahalnya harga bahan baku.

Pihaknya pun kesulitan menembus pabrikan untuk mendapatkan bahan baku berkualitas. Bahan baku hanya bisa diperoleh dari agen-agen distributor yang ditunjuk pabrikan.

"Mungkin karena fluktuasi harga dolar atau ditimbun. Atau mungkin juga karena musim pileg dan pilpres, harga sengaja dimainkan. Kualitasnya pun jadi berbeda-beda, ada yang tebal ada yang tipis, padahal harga sama. Itulah yang biasanya menyebabkan komplain dari pemesan," tuturnya.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9024 seconds (0.1#10.140)