Terpuruk, parpol Islam gagal yakinkan publik
A
A
A
Sindonews.com - Partai-partai Islam dinilai tak berhasil meyakinkan publik tentang faktor pembeda partai Islam dengan partai nasionalis-sekuler. Bukan hanya terjebak ke dalam jargon semata.
"Partai Islam atau yang berbasis Islam justru terjebak ke dalam praktik politik kotor yang dipenuhi sikap pragmatis, transaksional minus ideologi. Sebagian aktivisnya juga terkena kasus korupsi, bersikap hedonis. Karena publik mengharapkan 'faktor pembeda' maka mereka dituntut lebih," ujar Pengamat Politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Ahmad Taufan Damanik saat dihubungi Sindonews, Jumat (7/2/2014).
Namun jika ternyata gagal menunjukkan kelebihannya, kata dia, publik pun menghukum mereka lebih berat dari perilaku yang sama yang dilakukan partai nasionalis-sekuler. "Posisi keterpurukan ini disadari oleh partai-partai berbasis Islam," ucapnya.
Karena itu, kata Ahmad, tujuan partai Islam memunculkan capres ada dua. Pertama, melakukan konsolidasi dukungan suara dari internal mau pun eksternal.
"Ambil contoh apa yang dilalukan PKB dengan mendekati tokoh populer semacam Rhoma Irama, JK, juga merekrut Ceo Lion Air Rusdi Kirana. Begitu juga PKS dengan Pemira-nya, tujuanya adalah konsolidasi internal, dan bila dimungkinkan menarik simpati eksternal untuk menaikkan elektabiltas suara di Pileg."
"Jadi, mereka sadar tidak akan mendapatkan kursi presiden apalagi Presidential Threshold (PT) masih berlaku dan angka itu akan sulit mereka capai," sambungnya.
Tujuan kedua adalah melakukan langkah penjajakan untuk mendekati partai besar dengan harapan diberikan porsi sebagai cawapres. Sebab, lanjut Ahmad, meski diperkirakan suara partai nasionalis akan besar, mereka tetap membutuhkan dukungan partai Islam untuk memperkuat legitimasi.
"Setidaknya, ini bagian dari langkah awal melakukan pendekatan kepada partai yang akan menjadi “the ruling party” dengan harapan dilibatkan ke dalam pemerintahan partai yang menang kelak," pungkasnya.
Baca berita:
Partai Islam belum siap hadapi Pemilu 2014
http://nasional.sindonews.com/read/2013/11/24/12/809457/partai-islam-belum-siap-hadapi-pemilu-2014
"Partai Islam atau yang berbasis Islam justru terjebak ke dalam praktik politik kotor yang dipenuhi sikap pragmatis, transaksional minus ideologi. Sebagian aktivisnya juga terkena kasus korupsi, bersikap hedonis. Karena publik mengharapkan 'faktor pembeda' maka mereka dituntut lebih," ujar Pengamat Politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Ahmad Taufan Damanik saat dihubungi Sindonews, Jumat (7/2/2014).
Namun jika ternyata gagal menunjukkan kelebihannya, kata dia, publik pun menghukum mereka lebih berat dari perilaku yang sama yang dilakukan partai nasionalis-sekuler. "Posisi keterpurukan ini disadari oleh partai-partai berbasis Islam," ucapnya.
Karena itu, kata Ahmad, tujuan partai Islam memunculkan capres ada dua. Pertama, melakukan konsolidasi dukungan suara dari internal mau pun eksternal.
"Ambil contoh apa yang dilalukan PKB dengan mendekati tokoh populer semacam Rhoma Irama, JK, juga merekrut Ceo Lion Air Rusdi Kirana. Begitu juga PKS dengan Pemira-nya, tujuanya adalah konsolidasi internal, dan bila dimungkinkan menarik simpati eksternal untuk menaikkan elektabiltas suara di Pileg."
"Jadi, mereka sadar tidak akan mendapatkan kursi presiden apalagi Presidential Threshold (PT) masih berlaku dan angka itu akan sulit mereka capai," sambungnya.
Tujuan kedua adalah melakukan langkah penjajakan untuk mendekati partai besar dengan harapan diberikan porsi sebagai cawapres. Sebab, lanjut Ahmad, meski diperkirakan suara partai nasionalis akan besar, mereka tetap membutuhkan dukungan partai Islam untuk memperkuat legitimasi.
"Setidaknya, ini bagian dari langkah awal melakukan pendekatan kepada partai yang akan menjadi “the ruling party” dengan harapan dilibatkan ke dalam pemerintahan partai yang menang kelak," pungkasnya.
Baca berita:
Partai Islam belum siap hadapi Pemilu 2014
http://nasional.sindonews.com/read/2013/11/24/12/809457/partai-islam-belum-siap-hadapi-pemilu-2014
(kri)