Figur pengaruhi konfigurasi politik 2014
A
A
A
Sindonews.com - Survei nasional yang dilakukan Pol-Tracking Institute menemukan bahwa tahun 2014 muncul figur berpengaruh pada konfigurasi politik pada tahun 2014. Alasannya, baik dalam pemilu legislatif (pileg) maupun pemilihan presiden (pilpres), pemilih lebih mempertimbangkan figur dibanding faktor partai politik.
Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda mengatakan, dari hasil survei tersebut ditemukan sebanyak 69,2% pemilih lebih mempertimbangkan figur calon legislatif (caleg) dibandingkan dengan partai yang mengusungnya. Hanya 13,3% responden yang mempertimbangkan dari partai mana caleg tersebut berasal. Sementara, yang tidak tahu/tidak jawab sebesar hanya sebesar 17,51%.
"Artinya, caleg menjadi ujung tombak dalam perolehan suara baik di level daerah maupun di nasional" ujar Hanta saat menyampaikan hasil surveinya di Jakarta, Minggu, 26 Januari 2014.
Dia menyampaikan, besarnya persentase faktor figur dibandingkan faktor partai menunjukkan keterikatan pemilih dengan partai (Party ID) lemah. Namun, diakuinya masih terdapat potensi pemilih mengalihkan pilihannya ke partai ketika caleg yang ditawarkan partai kurang dikenal atau kurang menarik.
Lanjutnya, besaran pengaruh figur sebagai faktor memilih ditunjukkan adanya temuan bahwa responden dalam survei ini akan cenderung mencoblos nama caleg sebesar 35,45%. Disusul gambar partai politik sebesar 30,03%. Lalu omor urut caleg 18,18% dan nomor urut partai sebanyak 5,92%. Sementara yang tidak tahu/tidak jawab 12,26%.
"Jika diklasifikasikan faktor caleg dan parpol maka setidaknya 53,6% (nama caleg 34,45 ditambah nomor urut caleg 18,18% ) pilihan publik dijatuhkan kepada tanda caleg. Hal tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan terhadap tanda parpol yang hanya 35,9% (nomor parpol 5,92% dan gambar parpol 30,03%)," jelasnya.
Sementara itu terkait pileg, pilihan responden juga dipengaruhi faktor figur. Sebab, kata Hanta hasil temuan surveinya menyebutkan, kemampuan kandidat dalam menyelesaikan masalah menjadi pertimbangan penting masyarakat untuk memilih. Indikasinya adalah persentase yang cukup besar yakni 45,95%, disusul 32,61% adalah karakter dan kepribadian yang dimiliki capres. Lanjutnya 2,42% latar belakang agama dan suku serta 0,75% asal daerah.
"Pertimbangan latar belakang partai yang mengusung hanya 5,7%. Lainnya 1,58 % dan tidak tahu/tidak jawab sebesar 11,01%," terangnya.
Dia menambahkan, sebanyak 37,61% responden menilai visi, misi dan program yang ditawarkan penting untuk diketahui publik. Sebanyak 31,03% rekam jejak dan latar belakang pengalaman capres juga perlu diketahui. Lalu 7,01% latar belakang keluarga.
"Asal partai dan partai pengusung hanya 4,34% responden menyatakan penting. Lainnya 1,67% dan tidak tahu/ tidak jawab 18,35%," paparnya.
Berita:
Di Pemilu 2014 parpol tak bisa andalkan ideologi.
Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute Hanta Yuda mengatakan, dari hasil survei tersebut ditemukan sebanyak 69,2% pemilih lebih mempertimbangkan figur calon legislatif (caleg) dibandingkan dengan partai yang mengusungnya. Hanya 13,3% responden yang mempertimbangkan dari partai mana caleg tersebut berasal. Sementara, yang tidak tahu/tidak jawab sebesar hanya sebesar 17,51%.
"Artinya, caleg menjadi ujung tombak dalam perolehan suara baik di level daerah maupun di nasional" ujar Hanta saat menyampaikan hasil surveinya di Jakarta, Minggu, 26 Januari 2014.
Dia menyampaikan, besarnya persentase faktor figur dibandingkan faktor partai menunjukkan keterikatan pemilih dengan partai (Party ID) lemah. Namun, diakuinya masih terdapat potensi pemilih mengalihkan pilihannya ke partai ketika caleg yang ditawarkan partai kurang dikenal atau kurang menarik.
Lanjutnya, besaran pengaruh figur sebagai faktor memilih ditunjukkan adanya temuan bahwa responden dalam survei ini akan cenderung mencoblos nama caleg sebesar 35,45%. Disusul gambar partai politik sebesar 30,03%. Lalu omor urut caleg 18,18% dan nomor urut partai sebanyak 5,92%. Sementara yang tidak tahu/tidak jawab 12,26%.
"Jika diklasifikasikan faktor caleg dan parpol maka setidaknya 53,6% (nama caleg 34,45 ditambah nomor urut caleg 18,18% ) pilihan publik dijatuhkan kepada tanda caleg. Hal tersebut jauh lebih besar jika dibandingkan terhadap tanda parpol yang hanya 35,9% (nomor parpol 5,92% dan gambar parpol 30,03%)," jelasnya.
Sementara itu terkait pileg, pilihan responden juga dipengaruhi faktor figur. Sebab, kata Hanta hasil temuan surveinya menyebutkan, kemampuan kandidat dalam menyelesaikan masalah menjadi pertimbangan penting masyarakat untuk memilih. Indikasinya adalah persentase yang cukup besar yakni 45,95%, disusul 32,61% adalah karakter dan kepribadian yang dimiliki capres. Lanjutnya 2,42% latar belakang agama dan suku serta 0,75% asal daerah.
"Pertimbangan latar belakang partai yang mengusung hanya 5,7%. Lainnya 1,58 % dan tidak tahu/tidak jawab sebesar 11,01%," terangnya.
Dia menambahkan, sebanyak 37,61% responden menilai visi, misi dan program yang ditawarkan penting untuk diketahui publik. Sebanyak 31,03% rekam jejak dan latar belakang pengalaman capres juga perlu diketahui. Lalu 7,01% latar belakang keluarga.
"Asal partai dan partai pengusung hanya 4,34% responden menyatakan penting. Lainnya 1,67% dan tidak tahu/ tidak jawab 18,35%," paparnya.
Berita:
Di Pemilu 2014 parpol tak bisa andalkan ideologi.
(kur)