Istana bantah pemberitaan The Australian atas bocoran Wikileaks

Senin, 16 Desember 2013 - 15:43 WIB
Istana bantah pemberitaan The Australian atas bocoran Wikileaks
Istana bantah pemberitaan The Australian atas bocoran Wikileaks
A A A
Sindonews.com - Kabar yang dihembuskan The Australian menyangkut Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono, dibantah oleh Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha.

Menurutnya, semua informasi dari Wikileaks tersebut tidak ada yang benar. "Saya sendiri, telah membaca dan mempelajari artikel yang dimaksud. Tentu artikel surat kabar di Australia. Terus terang kami melihat tidak ada sesuatu yang benar dalam artikel tersebut," ujar Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, di kantornya kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (19/12/2013).

Maka dari itu, kata dia, pihaknya enggan menanggapi informasi dari Wikileaks tersebut. "Karena ya itu tadi, masa hal seperti ini harus kami tanggapi. Karena sumber informasinya juga kan tidak jelas. Sebutkan itu Wikileaks. Tapi kami tidak tahu, masa kami harus percaya pada Wikileaks," tegasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, bahwa pihaknya hanya menanggapi berita yang memiliki sumber yang dapat dipercaya.

"Kalau ini kan, bagaimana kami menjelaskannya. Bagaimana mereka menjelaskannya, saya tidak bisa masuk lebih jauh ke sana. Nah, kami harus mengatakan, kami tidak percaya pada sumber berita yang dilahirkan dari organisasi, yang juga masih kami pertanyakan kredibilitasnya," katanya.

Seperti diketahui sebelumnya, berita tentang penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan lingkaran dekatnya, oleh intelijen Australia terus bergulir.

Terkini, media Australia membeber alasan intelijen di negeri Kanguru itu menyadap telepon Ibu Negara, Kristiani Herawati alias Ani Yudhoyono pada 2009 silam atau ketika SBY hendak memasuki periode kedua masa kepresidenannya.

Keputusan lembaga telik sandi Australia, Defence Signal Directorate (DSD) untuk menyadap Bu Ani, karena didasari pada posisinya sebagai orang yang paling berpengaruh terhadap SBY dan dianggap tengah menyiapkan kursi kekuasaan untuk putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono.

Rencana penyadapan terhadap Bu Ani pada 2009 itu, sudah disiapkan dua tahun sebelumnya, yakni pada 2007.

Seperti diberitakan The Australian yang mendapat bocoran dari Wikileaks, pada 17 Oktober 2007 silam, sebuah kawat diplomatik dikirim dari Kedutaan Australia di Jakarta kepada diplomat Amerika Serikat di Canberra dan CIA.

Isi kawat diplomatik berjudul A CABINET OF ONE-INDONESIA'S FIRST LADY EXPANDS HER INFLUENCE itu, adalah peran Bu Ani yang saat itu sudah tiga tahun menjadi first lady.

Dalam bocoran tentang rencana penyadapan itu, terulis bahwa broker kekuasaan yang baru di Indonesia bukanlah Jusuf Kalla yang saat itu masih Wakil Presiden RI. Tetapi Bu Ani Yudhoyono.

Meski bukan bagian dari kabinet, posisi Bu Ani sebagai istri SBY membuatnya memiliki posisi penting, dalam pengambilan keputusan di Pemerintah Indonesia.

"Berdasarkan kontak (intelijen, red), Ibu Negara telah memperluas pengaruhnya di Istana dan muncul sebagai penasihat presiden yang tak terbantahkan," tulis kawat diplomatik, dari Kedubes Australia di Jakarta itu.

"Naiknya Kristiani Herawati telah membuat penasihat penting lainnya tergusur. Ibu Negara diduga telah memanfaatkan aksesnya ke presiden, untuk membantu teman-temannya dan menyingkirkan musuhnya, termasuk Wapres Kalla," lanjut tulisan kawat diplomatik tersebut.

Kawat diplomatik dari Kedubes Australia di Jakarta yang juga ditujukan ke sejumlah kedutaan negeri Kanguru di negara lain, juga menyebut upaya Bu Ani membatasi akses para penasihat presiden dengan menguatkan perannya sebagai penjaga utama akses ke SBY.

Bu Ani juga disebut mampu memaksa SBY sebagai presiden, untuk melihat dan memilih pendapat ibu dua putra itu. Bagi kalangan intelijen Barat, posisi Bu Ani memang menjadi catatan tersendiri.

Dalam laporan The Australian itu ditegaskan, meski Bu Ani bukan anggota kabinet tetapi ia menjadi makelar jabatan di Indonesia. DSD dan para mata-mata lainnya di Canberra, secara alami memang selalu penasaran dengan dinamika yang terjadi di Jakarta.

Bagaimanapun, Indonesia merupakan tetangga terbesar dan terpenting bagi Australia. Hal yang membuat Australia penasaran, antara lain apakah Bu Ani memainkan peran penting untuk membangun dinasti keluarga, terutama untuk menyiapkan Agus Yudhoyono sebagai presiden selanjutnya.

Selain itu, apakah Bu Ani juga mendekati kelompok-kelompok Islam untuk mendukung SBY.

Ketika DSD memutuskan untuk menyadap pembicaraan SBY, dan pejabat tinggi lainnya di kabinet, diyakini pula bahwa sangat penting untuk menyadap Bu Ani yang saat itu menggunakan handset Nokia E-90 3G.

"Memonitor pikiran-pikiran dan koneksi penasihat politik terdekat presiden, itu sangat berguna," kata salah satu sumber di intelijen Australia.

Bulan lalu ketika dokumen National Security Agency (NSA) yang dibocorkan Edward Snowden, mengungkap aksi DSD menyadap SBY dan lingkaran dekatnya. Muncul berbagai pertanyaan tentang masuknya Ani Yudhoyonmo, dalam daftar nama orang-orang yang disadap.

Namun, para agen intelijen meyakini bahwa sangat penting bagi kepentingan keamanan nasional Australia, untuk menyasar Bu Ani. Keputusan untuk menyadap Bu Ani itu, juga didasari karena SBY sering menggunakan handphone istrinya.

Dari situ juga diketahui, bahwa pembagian kekuasaan antara SBY dan Bu Ani membuat DSD memutuskan untuk menyadap telepon putri mendiang Letnan Jenderal Sarwo Edhie Wibowo itu.

"Siapa yang membuat kesepakatan tentang keuangan? Siapa yang yang ada di partai? Apakah struktur dan basis kekuasaan di Indonesia bergeser? Siapapun agen intelijen akan sangat senang dengan informasi itu," ucap sumber The Australian.

Klik di sini untuk berita terkait.
(stb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1261 seconds (0.1#10.140)
pixels