Ketegangan Indonesia-Australia berdampak pada mahasiswa Indonesia
A
A
A
Sindonews.com - Keteganganan antara Indonesia dengan Australia, pasca mencuatnya penyadapan Australia terhadap Presiden RI, dan beberapa pejabat tinggi lainnya bisa berdampak besar pada mahasiswa Indonesia, yang sedang kuliah di Negeri Kangguru tersebut.
Hal ini disampaikan Ketua Forum Rektor Indonesia Laode Kamaludin, usai acara temu regional forum rektor Indonesia, di Universitas Brawijaya, Malang, Sabtu (23/11/2013).
Laode berpendapat, peristiwa ini hampir sama dengan peristiwa di Amerika, pasca serangan teroris di gedung WTC. Saat itu, mahasiswa Indonesia yang belajar di sana, berkurang dan pindah ke Australia.
Menurut Laode, saat ini yang diperlukan adalah sikap konstruktif kedua negara, untuk menyelesaikan ketegangan ini. Bagaimana pun, katanya, Australia secara geografis adalah tetangga Indonesia.
"Salah satu solusinya sekarang adalah, ada pertukaran nota intelijen antara kedua belah pihak, bahwa mereka tidak akan melakukan perbutan seperti itu," ujarnya.
Dalam konteks ini, lanjut guru besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, Indonesia adalah negara besar dan kaya, sehingga menjadi obyek dari intelijen karena ingin mengetahui kemana arah kebijakannya.
Meski demikian, ia memandang sikap Pemerintah Indonesia dalam hal ini sudah tepat dan tegas.
"Mestinya tidak boleh terjadi, tapi dalam dunia intelijen saling menyadap adalah biasa, dan menjadi persoalan karena ketahuan," kata Laode.
Klik di sini untuk berita terkait.
Hal ini disampaikan Ketua Forum Rektor Indonesia Laode Kamaludin, usai acara temu regional forum rektor Indonesia, di Universitas Brawijaya, Malang, Sabtu (23/11/2013).
Laode berpendapat, peristiwa ini hampir sama dengan peristiwa di Amerika, pasca serangan teroris di gedung WTC. Saat itu, mahasiswa Indonesia yang belajar di sana, berkurang dan pindah ke Australia.
Menurut Laode, saat ini yang diperlukan adalah sikap konstruktif kedua negara, untuk menyelesaikan ketegangan ini. Bagaimana pun, katanya, Australia secara geografis adalah tetangga Indonesia.
"Salah satu solusinya sekarang adalah, ada pertukaran nota intelijen antara kedua belah pihak, bahwa mereka tidak akan melakukan perbutan seperti itu," ujarnya.
Dalam konteks ini, lanjut guru besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, Indonesia adalah negara besar dan kaya, sehingga menjadi obyek dari intelijen karena ingin mengetahui kemana arah kebijakannya.
Meski demikian, ia memandang sikap Pemerintah Indonesia dalam hal ini sudah tepat dan tegas.
"Mestinya tidak boleh terjadi, tapi dalam dunia intelijen saling menyadap adalah biasa, dan menjadi persoalan karena ketahuan," kata Laode.
Klik di sini untuk berita terkait.
(stb)