Pengangguran naik

Kamis, 07 November 2013 - 06:59 WIB
Pengangguran naik
Pengangguran naik
A A A
PERLAMBATAN pertumbuhan perekonomian nasional pada triwulan ketiga ini menyeret kenaikan angka pengangguran terbuka. Pada periode tersebut ekonomi domestik hanya tumbuh sekitar 5,62%, akibatnya penyerapan tenaga kerja tidak maksimal sebagaimana yang diharapkan pemerintah.

Kenaikan angka pengangguran terbuka yang dilansir Badan Pusat Statistik ( BPS) mencapai sekitar 6,25% atau sebanyak 7,39 juta orang per Agustus 2013 atau naik sebesar 150.000 penganggur dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 7,24 juta pengangguran. Dari angka pengangguran tersebut yang menarik dicermati adalah dari sisi pendidikan penganggur.

Berdasarkan data BPS, dari 7,39 juta pengangguran sekitar 11,19% atau sebanyak 814.000 orang berstatus tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK), disusul alumnus sekolah menengah atas (SMA) dengan persentase 9,74% dari total angka pengangguran. Selanjutnya, tamatan sekolah menengah pertama (SMP) sekitar 7,6%, diploma I/II/III mencapai 6,01%, dan universitas sekitar 5,5%. Adapun untuk lulusan SD ke bawah hanya tercatat sekitar 3,51%.

Hal itu mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendidikan tidak menunjukkan relevansi semakin mudah mendapatkan pekerjaan di negeri ini. Pengangguran untuk level lulusan SMK dan SMA dari tahun ke tahun terus bertambah. Pengangguran tamatan SMA pada Agustus 2012 sekitar 9,6% meningkat menjadi 9,74% pada Agustus 2013. Adapun pengangguran lulusan SMK naik menjadi 11,19 % pada Agustus 2013 dari 9,87% pada periode yang sama tahun lalu. Meningkatnya angka pengangguran terbuka itu memang di luar prediksi pemerintah sebelumnya.

Dampak dari krisis ekonomi global sebagai faktor eksternal yang menyatu dengan pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang ditandai angka inflasi yang melonjak serta kinerja rupiah yang loyo terhadap dolar Amerika Serikat (AS) meredam roda pertumbuhan ekonomi nasional. Lalu bagaimana dengan prediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun depan? Pemerintah lebih optimistis pertumbuhan ekonomi 2014 akan lebih cerah dibandingkan tahun ini meski pada kenyataannya target yang dipatok pemerintah tidak jauh-jauh dari angka pertumbuhan tahun ini.

Untuk tahun depan, pemerintah meyakini untuk mencapai target pertumbuhan 6% tidak akan seterjal tantangannya dibandingkan tahun ini. Bahkan pemerintah mengklaim bahwa tantangan terberat laju inflasi yang tinggi sebagai dampak kenaikan harga BBM bersubsidi sudah terlewati. Selain itu, tingkat keseimbangan baru nilai kurs rupiah terhadap dolar AS mulai terbentuk sehingga fluktuasi nilai tukar mulai stabil.

Faktor lain yang membuat pemerintah semakin optimistis roda perekonomian bakal berputar kencang lagi adalah kondisi perekonomian negara ASEAN yang membaik. Artinya, peluang Indonesia untuk meningkatkan volume ekspor terbuka luas. Selama ini, sasaran ekspor terfokus pada tiga negara besar, yakni China, Jepang, dan AS. Ketika ekonomi Negeri Paman Sam mengalami masa suram karena terbelit krisis berkepanjangan, pendapatan ekspor pun terpangkas. Untuk menaklukkan pasar ASEAN memang harus diakui tidaklah mudah.

Hal ini terlihat dari angka neraca perdagangan, yaitu Indonesia lebih banyak mencetak defisit. Sebelumnya, Sekretariat Jenderal ASEAN telah memublikasikan angka produk domestik bruto untuk 10 negara Asia Tenggara naik 5,7% menjadi senilai USD2,31 triliun pada tahun lalu. Selain itu, pendapatan rata-rata lima anggota ASEAN—Indonesia, Singapura, Filipina, Malaysia, danThailand––meningkatsekitar5,1% sepanjangsemesterpertama 2013.

Kita berharap, data-data yang membangkitkan optimisme itu bisa diterjemahkan pada tataran realitas. Sebab selalu ada kekhawatiran, diantaranegara ASEAN, Indonesia selalu kalah langkah karena tidak didukung daya saing yang tinggi, akibatnya pasar domestik selalu menjadi tempat bertarung yang empuk untuk meraih keuntungan.

Bayangan kekhawatiran itu harus ditepis jauh-jauh dan nyatakan sikap tegas bahwa negeri ini adalah pusat dari pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Hal ini terdengar klise, tetapi tidak ada yang tidak bisa bila dilakukan penuh kesungguhan dengan dukungan pemerintah sepenuhnya. Kalau ekonomi nasional bertumbuh signifikan, angka pengangguran dengan sendirinya akan berkurang.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4729 seconds (0.1#10.140)