Keunggulan plastik dari kulit jagung
A
A
A
Sindonews.com - Empat mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB), berhasil menciptakan bioplastik daur ulang atau biodegradable dari kulit (klobot) jagung.
Keempat mahasiswa tersebut yakni Made Dirgantara, Miko Saputra, Eni Septi Wahyuni dan Muhammad Khalid.
Eni menjelaskan berdasarkan hasil penelitian kulit jagung bisa digunakan sebagai bahan subtitusi untuk pembuatan bioplastik (plastik yang berasal dari bahan alami).
"Keunggulan plastik dari klobot jagung ini diantaranya dapat terurai lebih cepat dibandingkan plastik sintetik dan bahan bakunya tidak terbatas karena berasal dari organik," kata Eni,
salah satu penemu Bioplastik Klobot Jagung, dalam keterangan persnya, di Kota Bogor, Kamis 31 Oktober 2013.
Dalam penelitiannya, pihaknya menggunakan kulit jagung yang diperoleh dari Pasar Bogor kemudian dipilah dan dibersihkan. Adapun kulit jagung yang dipergunakan ialah bagian tengah dan dalam.
"Kulit jagung kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 60 derajat Celsius selama delapan jam. Setelah dikeringkan, kulit jagung di milling sampai ukuran 60 mesh. Kulit jagung yang sudah halus tadi dicampur dengan Linear Low Density Polyethylene (LLDPE). Penggunaan LLDPE bertujuan untuk meningkatkan sifat mekanik dari biokomposit kulit jagung," paparnya.
Untuk mendapatkan formula yang tepat, jagung dan polimer sintetik (campuran LLDPE) ditimbang dalam beberapa perbandingan. Selanjutnya di ekstrusi pada berbagai suhu. Hasil ekstrusi diletakkan dalam alat cetak film berdiameter 14 sentimeter, kemudian dimasukkan ke dalam hot press tanpa tekanan pada suhu dan waktu tertentu.
Setelah itu di dinginkan sehingga diperoleh sampel plastik yang terbaik. Untuk memastikan kualitas, sampel plastik kulit jagung ini kemudian diuji pada berbagai ujicoba seperti uji sobek, uji biodegradable, dan sebagainya. "Kami menggunakan Aspergilus niger dan Penicillium sp dalam uji biodegradable,” katanya.
Menurut Made Dirgantara, semakin besar konsentrasi kulit jagung maka menurunkan sifat elastisitas biokomposit dan meningkatkan kemampuan terdegradasi.
"Adapun alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah oven, ayakan, Differential Scanning Calorimetry (DSC), Single Screw Extruder, timbangan, cawan, hot press (Collin tipe P300P), disk milling, alat uji tarik dan uji sobek Universal Testing Machine (UTM) Shimadzu tipe AGS-10kNG dan alat pendukung lainya," terangnya.
Selanjutnya, sejauh ini ia berserta peneliti lain masih melakukan penyempurnaan-penyempunaan serta berencana untuk mematenkan hasil penelitiannya ini. Terkait dengan produksi secara masal, pihaknya siap mencari investor untuk mengembangkan temuannya itu.
"Penyempurnaan penelitian harus ada beberapa tahap lagi, hasil sempurnanya bisa satu hingga dua bulan ke depan dan bila ada invenstor yang tertarik, kami siap," tambahnya.
Berita terkait:
Mahasiswa IPB temukan bioplastik dari kulit jagung.
Keempat mahasiswa tersebut yakni Made Dirgantara, Miko Saputra, Eni Septi Wahyuni dan Muhammad Khalid.
Eni menjelaskan berdasarkan hasil penelitian kulit jagung bisa digunakan sebagai bahan subtitusi untuk pembuatan bioplastik (plastik yang berasal dari bahan alami).
"Keunggulan plastik dari klobot jagung ini diantaranya dapat terurai lebih cepat dibandingkan plastik sintetik dan bahan bakunya tidak terbatas karena berasal dari organik," kata Eni,
salah satu penemu Bioplastik Klobot Jagung, dalam keterangan persnya, di Kota Bogor, Kamis 31 Oktober 2013.
Dalam penelitiannya, pihaknya menggunakan kulit jagung yang diperoleh dari Pasar Bogor kemudian dipilah dan dibersihkan. Adapun kulit jagung yang dipergunakan ialah bagian tengah dan dalam.
"Kulit jagung kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 60 derajat Celsius selama delapan jam. Setelah dikeringkan, kulit jagung di milling sampai ukuran 60 mesh. Kulit jagung yang sudah halus tadi dicampur dengan Linear Low Density Polyethylene (LLDPE). Penggunaan LLDPE bertujuan untuk meningkatkan sifat mekanik dari biokomposit kulit jagung," paparnya.
Untuk mendapatkan formula yang tepat, jagung dan polimer sintetik (campuran LLDPE) ditimbang dalam beberapa perbandingan. Selanjutnya di ekstrusi pada berbagai suhu. Hasil ekstrusi diletakkan dalam alat cetak film berdiameter 14 sentimeter, kemudian dimasukkan ke dalam hot press tanpa tekanan pada suhu dan waktu tertentu.
Setelah itu di dinginkan sehingga diperoleh sampel plastik yang terbaik. Untuk memastikan kualitas, sampel plastik kulit jagung ini kemudian diuji pada berbagai ujicoba seperti uji sobek, uji biodegradable, dan sebagainya. "Kami menggunakan Aspergilus niger dan Penicillium sp dalam uji biodegradable,” katanya.
Menurut Made Dirgantara, semakin besar konsentrasi kulit jagung maka menurunkan sifat elastisitas biokomposit dan meningkatkan kemampuan terdegradasi.
"Adapun alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah oven, ayakan, Differential Scanning Calorimetry (DSC), Single Screw Extruder, timbangan, cawan, hot press (Collin tipe P300P), disk milling, alat uji tarik dan uji sobek Universal Testing Machine (UTM) Shimadzu tipe AGS-10kNG dan alat pendukung lainya," terangnya.
Selanjutnya, sejauh ini ia berserta peneliti lain masih melakukan penyempurnaan-penyempunaan serta berencana untuk mematenkan hasil penelitiannya ini. Terkait dengan produksi secara masal, pihaknya siap mencari investor untuk mengembangkan temuannya itu.
"Penyempurnaan penelitian harus ada beberapa tahap lagi, hasil sempurnanya bisa satu hingga dua bulan ke depan dan bila ada invenstor yang tertarik, kami siap," tambahnya.
Berita terkait:
Mahasiswa IPB temukan bioplastik dari kulit jagung.
(maf)