Puan berurai air mata saat peluncuran buku tentang ayahnya
A
A
A
Sindonews.com - Puan Maharani, putri pasangan Almarhum Taufiq Kiemas dan Megawati Soekarnoputri tak kuasa membendung air matanya ketika kembali mengenang masa-masa bersama sang ayah.
Hal itu terlihat saat peluncuran buku berjudul "Pak Taufiq dan Bu Mega-Catatan Ringan, Lucu, dan Unik dari Keluarga Politik" karya jurnalis Koran SINDO, Rahmat Sahid.
Kesedihan itu bermula ketika dirinya diminta untuk menyampaikan testimoni terkait buku tersebut. Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini pun tak kuasa ketika mengingat kenangan bersama Almarhum Taufiq.
"Mulai dari halaman 135 (buku tentang Taufiq). Hari-hari ini yang terlihat di keluarga kami bertiga, kemudian sekarang (puan nangis), berkurang, hanya tinggal Ibu dan saya," katanya dengan berurai air mata di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (4/9/2013).
Puan mengatakan, sebagai keluarga politik dirinya sangat merasakan kehilangan lantaran sikap politis yang mereka bangun di dalam keluarga saling bersinergi.
"Tentu juga saya harus mengatakan kami memang keluarga politik. Tadi dikatakan Qodari (pengamat politik) dari dahulu sudah ada penugasan-penugasan dari ketum berkaitan tugas saya, saat ingin melaksanakan tugas dari ketum untuk menjadikan Taufiq Kiemas (sebagai) Ketua MPR, saya bisa katakan, tandem di antara kami bertiga dilakukan secara sinergis dari dulu," terangnya.
"Pada saat mendukung Bu Mega, Pak Taufiq Kiemas menugaskan saya. Contohnya kongres terakhir, kita akan melihat bagaimana terjadi dinamika sangat kencang dan tajam. Bahwa sepertinya terjadi dua faksi antara Taufiq dan Mega sebagai calon ketum akan datang," lanjutnya seraya sesekali menyeka wajahnya dengan tisu.
Ia juga mengenang kalau dirinya pernah berpesan kepada Taufiq agar tidak terlalu aktif dalam kegiatan kongres PDIP di Bali lantaran memiliki penyakit jantung. "Saya bilang papa dari pagi sampai malam jangan pulang-pulang ke arena kongres (karena punya penyakit jantung)," jelasnya.
"Saya jadinya kesayangan bapak ibu dengan cara masing-masing. Bapak lebih frontal, ekpresif, sementara ibu saya kan tenang kalem bisa nahan emosi," kenangnya.
Kenangan yang juga tak dapat dilupakan adalah sifat Almarhum Taufiq yang memiliki perhatian tinggi kepada keluarga seperti yang ia rasakan saat kongres PDIP di Bali beberapa waktu lalu.
"Bapak pergi dari kongres dari pagi sampai malam. Taufiq Kiemas itu sering telpon, udah umur segini bisa 15 kali ditelpon sehari. Telpon-telpon terus, memang begitu, itulah bapak saya dan itu jadi satu hal yang kami semua kehilangan," pungkasnya.
Hal itu terlihat saat peluncuran buku berjudul "Pak Taufiq dan Bu Mega-Catatan Ringan, Lucu, dan Unik dari Keluarga Politik" karya jurnalis Koran SINDO, Rahmat Sahid.
Kesedihan itu bermula ketika dirinya diminta untuk menyampaikan testimoni terkait buku tersebut. Ketua Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini pun tak kuasa ketika mengingat kenangan bersama Almarhum Taufiq.
"Mulai dari halaman 135 (buku tentang Taufiq). Hari-hari ini yang terlihat di keluarga kami bertiga, kemudian sekarang (puan nangis), berkurang, hanya tinggal Ibu dan saya," katanya dengan berurai air mata di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (4/9/2013).
Puan mengatakan, sebagai keluarga politik dirinya sangat merasakan kehilangan lantaran sikap politis yang mereka bangun di dalam keluarga saling bersinergi.
"Tentu juga saya harus mengatakan kami memang keluarga politik. Tadi dikatakan Qodari (pengamat politik) dari dahulu sudah ada penugasan-penugasan dari ketum berkaitan tugas saya, saat ingin melaksanakan tugas dari ketum untuk menjadikan Taufiq Kiemas (sebagai) Ketua MPR, saya bisa katakan, tandem di antara kami bertiga dilakukan secara sinergis dari dulu," terangnya.
"Pada saat mendukung Bu Mega, Pak Taufiq Kiemas menugaskan saya. Contohnya kongres terakhir, kita akan melihat bagaimana terjadi dinamika sangat kencang dan tajam. Bahwa sepertinya terjadi dua faksi antara Taufiq dan Mega sebagai calon ketum akan datang," lanjutnya seraya sesekali menyeka wajahnya dengan tisu.
Ia juga mengenang kalau dirinya pernah berpesan kepada Taufiq agar tidak terlalu aktif dalam kegiatan kongres PDIP di Bali lantaran memiliki penyakit jantung. "Saya bilang papa dari pagi sampai malam jangan pulang-pulang ke arena kongres (karena punya penyakit jantung)," jelasnya.
"Saya jadinya kesayangan bapak ibu dengan cara masing-masing. Bapak lebih frontal, ekpresif, sementara ibu saya kan tenang kalem bisa nahan emosi," kenangnya.
Kenangan yang juga tak dapat dilupakan adalah sifat Almarhum Taufiq yang memiliki perhatian tinggi kepada keluarga seperti yang ia rasakan saat kongres PDIP di Bali beberapa waktu lalu.
"Bapak pergi dari kongres dari pagi sampai malam. Taufiq Kiemas itu sering telpon, udah umur segini bisa 15 kali ditelpon sehari. Telpon-telpon terus, memang begitu, itulah bapak saya dan itu jadi satu hal yang kami semua kehilangan," pungkasnya.
(kri)