Ini empat pilar perdamaian di Timur Tengah

Kamis, 27 Juni 2013 - 15:39 WIB
Ini empat pilar perdamaian...
Ini empat pilar perdamaian di Timur Tengah
A A A
Sindonews.com - Untuk menciptakan perdamaian di kawasan Timur Tengah, Republik Indonesia (RI) terus mempererat hubungan bilateral dengan negara Timur Tengah. Salah satunya dengan Aljazair.

Menurut Kepala Subbidang Ekubang I Direktorat Timur Tengah Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Darmawan Suparno, kebijakan luar negeri Indonesia adalah menerapkan empat pilar yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian di Timur Tengah.

"Empat pilar itu ialah, menciptakan Timur Tengah sebagai kawasan yang damai, kawasan yang sejahtera, dalam proses demokratisasi kawasan yang memiliki nilai-nilai demokrasi serta kawasan yang bebas dari senjata nuklir dan senjata pemusnah massa," kata Darmawan dalam seminar Proyeksi Hubungan Kerjasama RI-Aljazair Kedekatan Histori dan Peluang Peningkatan Hubungan Bilateral, Kamis (27/6/2013) di Pascasarjana UGM, Jogyakarta.

Ia berharap, empat pilar tersebut bisa menjadi dasar bersama (Indonesia-Timur Tengah) untuk menciptakan perdamaian di semenanjung Arab Saudi tersebut.

"Empat pilar inilah yang menjadi dasar kerja sama maupun penelitian, tentang negara Timur Tengah yang kami lakukan," ujar Darmawan.

Darmawan mengaku, hubungan diplomatik RI-Aljazair yang sudah terjalin selama 50 tahun karena kedua negara memiliki kesamaan yakni sama-sama menentang penjajahan dan menciptakan perdamaian.

"Selain itu kami sama-sama memiliki penduduk mayoritas Islam. Namun, kami sendiri merasa perlu masukan agar kerjasama dengan Aljazair dan negara Timur Tengah lainnya bisa lebih terjalin," imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dosen Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM Dr Siti Muti'ah Setiawati MA mengatakan, prospek hubungan RI-Aljazair selama ini sudah mencakup perspektif sejarah, politik dan ekonomi. Namun, kerja sama yang telah ada tersebut dapat ditingkatkan dalam bidang pariwisata dan pengelolaan lingkungan.

"Wisatawan Indonesia banyak yang pergi ke Mesir dan Maroko, tapi tidak singgah ke Aljazair. Sedangkan wisatawan Aljazair banyak yang hanya singgah di Malaysia dan Singapura, tetapi enggan ke Indonesia. Karenanya, bagaimana agar faktor pariwisata ini bisa tergarap dan menguntungkan kedua negara," ujarnya.

Meski memiliki prospek hubungan bilateral yang cukup menjanjikan, menurut Siti masih ada tantangan hubungan kedua negara, jarak yang jauh dan persoalan sensitif politik dalam negeri masing-masing negara.

"Seperti yang diketahui, Indonesia mempunyai persoalan disintegrasi yang berakibat lepasnya wilayah Timor Timur dan ancaman Papua akan menyusul. Sedangkan Aljazair mempunyai persoalan demokrasi ketika kemenangan partai FIS dianulir tahun 1991," tuturnya.
(stb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5830 seconds (0.1#10.140)