DPR tuding data BPS soal BLSM tak akurat
A
A
A
Sindonews.com - Anggota Komisi VIII DPR, Muhammad Baghowi mengatakan, data yang digunakan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk penerimaan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) adalah data kependudukan 2012. Dalam hal, ini data yang terdapat di masyarakat berubah seiring dengan tingkat kesejahteraan mereka.
Dia mencontohkan, seperti halnya masyarakat yang bekerja serabutan saat dia membangun suatu proyek, tentunya mereka mempunyai penghasilan, namun setelah selesai, maka dia akan kembali menganggur.
"Angka kemiskinan antara yang miskin dan rentan miskin itu sangat berdekatan, maka data setiap harinya berubah," kata Baghowi kepada wartawan, Selasa (25/6/2013).
Menurutnya, data 60 juta masyarakat miskin yang diberikan BPS dipastikan terdapat sistem data yang error. Tetapi hal ini akan tetap diperbarui setiap harinya agar dapat akurat. Saat ini, diyakini BPS sedang melakukan pengupgradan data terkait dengan penerimaan BLSM dan kompensasi lainnya.
Lanjut dia, data yang dimiliki BPS adalah data yang paling akurat dimiliki sebagai lembaga indepen. Dibandingkan data yang dimiliki LSM ialah data yang parsial. "Melakukan sensus tentu membutuhkan anggaran dan tenaga yang tidak sedikit. Untuk itu diantara data penduduk yang ada BPS-lah yang saat ini dapat dipercaya," ucapnya.
Baghowi mengatakan, jika terjadi penyimpangan hal ini menjadi koreksi pelaksana langsung BLSM. Kementerian Sosial (Kemensos) dalam hal ini yang menggunakan data BNP2K yang diserahkan langsung ke BPS. "Jika ada penyimpangan maka itu data dari Kemensos," ucap Baghowi.
Saat ini BPS sedang melakukan pendataan untuk mengupgrade data masyarakat miskin di 2013 untuk dipergunakan pada 2014. Hal ini dilakukan karena melihat taraf kesejahteraan masyarakat yang berubah seiap harinya.
"Banyak yang hari ini miskin besok tidak dan sebaliknya. Untuk itu BPS sedang melakukan upgrading data dengan mekanisme baru yang dimiliki," tegasnya.
Dia mencontohkan, seperti halnya masyarakat yang bekerja serabutan saat dia membangun suatu proyek, tentunya mereka mempunyai penghasilan, namun setelah selesai, maka dia akan kembali menganggur.
"Angka kemiskinan antara yang miskin dan rentan miskin itu sangat berdekatan, maka data setiap harinya berubah," kata Baghowi kepada wartawan, Selasa (25/6/2013).
Menurutnya, data 60 juta masyarakat miskin yang diberikan BPS dipastikan terdapat sistem data yang error. Tetapi hal ini akan tetap diperbarui setiap harinya agar dapat akurat. Saat ini, diyakini BPS sedang melakukan pengupgradan data terkait dengan penerimaan BLSM dan kompensasi lainnya.
Lanjut dia, data yang dimiliki BPS adalah data yang paling akurat dimiliki sebagai lembaga indepen. Dibandingkan data yang dimiliki LSM ialah data yang parsial. "Melakukan sensus tentu membutuhkan anggaran dan tenaga yang tidak sedikit. Untuk itu diantara data penduduk yang ada BPS-lah yang saat ini dapat dipercaya," ucapnya.
Baghowi mengatakan, jika terjadi penyimpangan hal ini menjadi koreksi pelaksana langsung BLSM. Kementerian Sosial (Kemensos) dalam hal ini yang menggunakan data BNP2K yang diserahkan langsung ke BPS. "Jika ada penyimpangan maka itu data dari Kemensos," ucap Baghowi.
Saat ini BPS sedang melakukan pendataan untuk mengupgrade data masyarakat miskin di 2013 untuk dipergunakan pada 2014. Hal ini dilakukan karena melihat taraf kesejahteraan masyarakat yang berubah seiap harinya.
"Banyak yang hari ini miskin besok tidak dan sebaliknya. Untuk itu BPS sedang melakukan upgrading data dengan mekanisme baru yang dimiliki," tegasnya.
(maf)