King Maker

Sabtu, 05 Januari 2013 - 07:47 WIB
King Maker
King Maker
A A A
Tahun politik 2013 sudah dimulai. Aroma memanasnya tensi politik nasional sudah menyengat. Sejumlah pihak memperkirakan kegaduhan demi kegaduhan politik yang berbalut kasus hukum dan kasus-kasus lain akan menjadi sentra isu di tahun ular air 2013.

Dalam situasi ini semua kemungkinan bisa terjadi. Semua segmen kehidupan sangat mungkin dipolitisasi demi melemahkan dan menyingkirkan lawan, menaikkan citra diri di mata publik dengan segala cara dengan harapan mendulang popularitas setinggi mungkin.

Pragmatisme politik akan semakin mewarnai peristiwa setahun ini di antara isu-isu lain, termasuk penegakan hukum, perekonomian maupun kesejahteraan sosial.

Yang tak kalah seru adalah mencermati sepak terjang tokohtokoh yang sudah berminat mengincar kursi RI-1 baik yang sudah terang-terangan menyatakan ambisinya, yang diam-diam tapi mau maupun yang masih malu-malu menunggu momentum yang tepat.

Pemilu 2014 adalah isu besar yang akan terus menjadi berita besar. Tokoh-tokoh nasional baik stok lama maupun tokoh baru yang merasa memiliki modal popularitas sudah berhitung dan menyusun strategi jitu untuk menjaring dukungan sebanyak mungkin.

Manuver-manuver elite yang tidak biasa akan sering kita lihat. Tokoh yang biasa kaku dan formal akan berupaya menjadi luwes dan mendadak dekat dengan rakyat. Akan banyak kebijakankebijakan populis yang keluar. Satu sisi ini kelihatan menguntungkan dan prorakyat, tetapi di sisi lain hal seperti ini mengandung jebakan -jebakan.

Bursa capres akan semakin riuh lengkap dengan berbagai macam kreasi meraih untuk simpati. Namun ada satu yang perlu menjadi perhatian juga, yaitu bursa menjadi king maker atau sang penentu permainan politik menjelang 2014.

Tokoh-tokoh senior yang sudah kenyang makan asam garam politik memiliki modal pengalaman untuk menjadi king maker. Taufiq Kiemas, Megawati Soekarnoputri,dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah tiga di antara sekian banyak tokoh yang potensial menjadi king maker.

Apalagi belakangan SBY dan Taufiq semakin intens menjalin komunikasi sehingga menimbulkan kesan yang mengarah pada koalisi Demokrat-PDIP pada Pemilu 2014. Tapi terlalu prematur untuk menyimpulkan seperti itu. Yang jelas, kalau ingin menjadi king maker, salah satu syaratnya setiap manuver dan gerakannya tidak boleh gampang terbaca.

Dia harus benar-benar mampu membaca situasi dan kondisi politik dengan jeli sehingga keputusan yang diambil mampu mengunci lawan-lawannya. Di era reformasi peran Gus Dur kerap dijuluki king maker karena manuver dan gerakannya yang tak mudah ditebak.

Gus Dur mampu memasuki wilayah lawan dan mengubahnya menjadi kawan, demikian pula sebaliknya dengan konteks sosial politik saat itu di mana kesadaran politik masyarakat belum seperti sekarang.

Dalam konteks literasi politik publik yang semakin baik seperti sekarang, tugas king maker tidak akan mudah. Kata kuncinya,masyarakat sekarang sudah tidak lagi sebagai penonton pasif yang hanya menjadi objek penderita saja.

Publik adalah aktor dalam politik yang juga sangat potensial menjadi king maker. Gerakan politik yang dipicu peran penting media sosial dan publikasi media massa sangat mampu meruntuhkan dominasi elite dalam perebutan bursa the real king makerpada Pemilu 2014.

Secanggih apa pun elite menyusun skenario politik tingkat tinggi, cepat atau lambat akan terbaca juga oleh publik. Jika skenario itu mengingkari akal sehat,publik akan melawan dan mementah kan itu dalam waktu cepat.

Jadi bursa king maker Pemilu 2014 akan semakin menarik karena dimensinya makin luas dan kompetisinya semakin ketat
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7385 seconds (0.1#10.140)