Prabowo-Jokowi menuju 2014

Senin, 16 Juli 2012 - 14:33 WIB
Prabowo-Jokowi menuju 2014
Prabowo-Jokowi menuju 2014
A A A
KEMENANGAN Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama atas lima pasangan calon lain dalam Pilkada DKI Jakarta kemarin, seperti hasil hitung cepat (quick count) semua lembaga survei, tak hanya mengejutkan, tetapi sekaligus juga membuka mata kita akan potensi keberhasilan Prabowo Subianto dalam Pemilu Presiden 2014.

Lho mengapa, apa hubungannya? Bukankah Prabowo yang mengantar Jokowi? Sudah menjadi pengetahuan publik, pengusungan Jokowi-Ahok adalah prakarsa Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra tersebut. Prabowo pula yang secara publik paling gencar mempromosikan Jokowi-Ahok. Selain itu, sebelum Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati akhirnya “memerintahkan” Jokowi bertarung untuk Jakarta-1, Prabowo tak hanya membujuk Mega agar memberi lampu hijau bagi Wali Kota Solo tersebut, tetapi juga menyodorkan Basuki sebagai pasangan Jokowi.

Prabowo tak sekadar “kepincut” dengan keberhasilan Jokowi memimpin Solo, tetapi lebih jauh dari itu mantan Komandan Kopassus tersebut juga ingin melanjutkan koalisi atau kolaborasi politik antara PDIP dan Gerindra seperti telah dimulai dalam Pilpres 2009. Prabowo sadar benar bahwa Gerinda tak mungkin sendiri mengusung dirinya sebagai calon presiden jika ambang batas pencalonan presiden masih besar (minimum 20% suara hasil pemilu DPR) seperti berlaku pada pemilu yang lalu. Satu-satunya parpol relatif besar yang bisa diharapkan Prabowo adalah PDIP pimpinan Megawati.

Proyek Prabowo
Agak sulit dipungkiri begitu besarnya kontribusi Prabowo dalam mengusung Jokowi-Ahok. Termasuk dalam mengajukan Ahok, mantan Bupati Belitung Timur, sebagai pasangan Jokowi. Bagi Prabowo, sosok Ahok, keturunan Tionghoa yang juga mantan anggota Komisi II DPR dari Partai Golkar itu, diperlukan Prabowo untuk mengikrarkan diri sebagai seorang pluralis.

Seperti diketahui, kekerasan rasial terhadap etnik Tionghoa pada kerusuhan besar 1998 sering dihubungkan dengan nama putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo tersebut. Jadi, pasangan Jokowi-Ahok pada dasarnya dapat dikatakan sebagai “proyek Prabowo” dalam rangka dua skenario uji coba. Pertama, uji coba koalisi atau kolaborasi politik antara PDIP dan Gerindra, yang hendak dilanjutkan kembali dalam Pilpres 2014. Jika skenario uji coba ini benar, calon wakil presiden yang mendampingi Prabowo kelak diharapkan berasal dan atau diusung serta didukung oleh PDIP. Kedua, uji coba atas strategi politik dan “nilai jual" Prabowo sendiri.

Meskipun sumber dukungan bagi Jokowi-Ahok mungkin sebagian besar berasal dari pesona Jokowi sebagai wali kota yang berhasil dan merakyat, Prabowo tentu yakin bahwa sebagian suara bagi pasangan baju kotak-kotak berasal dari pendukung Prabowo, sosok purnawirawan bintang tiga yang kini menduduki peringkat teratas elektabilitas capres 2014 versi beberapa lembaga survei.

Artinya, bagi Prabowo, kemenangan Jokowi-Ahok bukan semata-mata keberhasilan PDIP dan Gerindra, dua parpol pengusung pasangan tersebut, melainkan justru merupakan pertanda awal keberhasilan dirinya selaku arsitek pengusungan wali kota dan mantan bupati tersebut.

Gerindra-PDIP
Apabila Jokowi-Ahok pada akhirnya terpilih sebagai gubernur dan wagub DKI Jakarta pada pilkada putaran kedua pada 20 September mendatang, koalisi PDIP-Gerindra dalam pencalonan Pilpres 2014 akan semakin kokoh. Itu artinya, Prabowo bakal menjadi capres dari koalisi parpol oposisi ini dengan cawapres dari PDIP. Apalagi elektabilitas Megawati semakin merosot dan belum ada tokoh internal partai banteng yang bisa menyamai popularitas putri Bung Karno tersebut.

Terlepas dari soal rekam jejak Prabowo yang dianggap kontroversial, terutama ketika menjadi Komandan Jenderal Kopassus dan perannya dalam periode krisis serta transisi politik 1998, tulisan ini hendak menggarisbawahi semakin menguatnya momentum politik bagi mantan mantu Soeharto itu. Kita bisa saja suka atau tidak atas sosok Prabowo, tetapi langkah dan strategi politiknya dalam mendorong pengusungan Jokowi-Ahok terbukti berhasil.

Karena itu, Prabowo tampaknya akan mengerahkan segenap sumber daya yang dimilikinya untuk menggenapkan kemenangan Jokowi-Ahok pada putaran kedua Pilkada Jakarta. Bagi Prabowo, kemenangan Jokowi-Ahok bakal semakin meratakan jalan bagi dirinya sebagai capres yang patut diperhitungkan pada Pemilu 2014. Jika pasangan Jokowi-Ahok konsisten dengan janji-janji perubahan dan bisa mengajak dukungan sebagian pasangan calon yang kalah, kemungkinan besar harapan Prabowo akan menjadi kenyataan.

Prabowo-Jokowi
Apabila Jokowi-Ahok memenangkan Pilkada Jakarta putaran kedua, langkah berikutnya yang mungkin dilakukan Prabowo adalah mempersiapkan Jokowi sebagai cawapres pendampingnya untuk Pemilu 2014. Di tengah krisis kepemimpinan PDIP pascamerosotnya popularitas Megawati, sulit dibantah tidak ada tokoh partai banteng yang begitu fenomenal selain Jokowi.

Satu-satunya kendala yang dihadapi Prabowo adalah jika Megawati tetap “ngotot” menjadi capres 2014 kendati sudah gagal dalam Pemilu 2004 ketika berpasangan dengan Hasyim Muzadi dan gagal pula dalam Pemilu 2009 tatkala berpasangan dengan Prabowo. Karena itu, daripada gagal untuk ketiga kalinya, tak ada pilihan lain bagi Mega kecuali mendukung Jokowi untuk mendampingi Prabowo.

Barangkali, itulah makna penting kemenangan Jokowi- Ahok bagi Prabowo yakni munculnya Jokowi sebagai tokoh fenomenal baru yang hampir bisa dipastikan akan dipinang Prabowo sebagai cawapres Pilpres 2014.Ibarat kata pepatah, “sekali (Prabowo) mendayung, dua tiga pulau (tujuan) terlampau”, tentu dengan catatan Jokowi-Ahok benar-benar menang pada putaran kedua.

SYAMSUDDIN HARIS
Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4766 seconds (0.1#10.140)