Dampak Virus Corona bagi Industri Pariwisata

Jum'at, 03 April 2020 - 13:13 WIB
Dampak Virus Corona...
Dampak Virus Corona bagi Industri Pariwisata
A A A
Ferryal Abadi
Dosen Magister Manajemen, Kalbis Institute Jakarta

Virus Covid-19 yang lebih populer disebut virus corona telah menginfeksi lebih dari 90.000 orang yang menyebabkan 3.000 lebih orang meninggal. Sekitar 77 negara telah terjangkit virus ini dan Indonesia termasuk di dalamnya.

Virus yang awalnya berasal dari Wuhan dan Hubei, China ini telah menimbulkan rasa khawatir masyarakat dunia. Selain China sebagai negara yang terbesar warganya terserang Covid-19 ini ada Korea Selatan, Jepang, Italia, dan Iran yang juga cukup mengkhawatirkan dengan jumlah korban terinfeksi meningkat.

Salah satu dampak akibat wabah virus Covid-19 adalah perekonomian suatu negara. Di saat banyak negara sedang membangun ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi tiba-tiba harus terhenti akibat virus Covid-19. Seluruh negara berusaha menghadapi dan menanggulangi virus ini agar tidak meluas yang menyebabkan lumpuhnya suatu kota seperti kota-kota di China.

Saat ini banyak industri atau perusahaan berusaha melawan dampak disrupsi akibat dari revolusi industri 4.0. Perusahaan-perusahan seperti ritel, perbankan dan perusahaan manufaktur banyak yang melakukan perubahan strategi dan perubahan struktur tenaga kerja.

Belum selesai berjuang akibat disrupsi kini perusahaan-perusahaan harus berjuang melawan efek dari virus Covid-19. Pekerja yang sakit dan keterbatasan bahan baku produksi miniminal menjadi alasan perusahaan harus mengatisipasi efek dari virus covid-19.

Berdasarkan laporan McKinsey Februari 2020 minimal ada 6 sektor industri yang berdampak akibat virus Covid-19 termasuk di Indonesia yaitu pariwisata, penerbangan, otomotif, oil and gas, consumer goods, dan elektronik. Jika virus ini dikendalikan maka pemulihan ekonomi bisa berada di kuarter 2 dan kuarter 3 tahun ini.

Industri pariwisata dan industri penerbangan sangat berkaitan erat. Indonesia sebagai tujuan wisata dunia seperti Jakarta, Bali, Yogyakarta, dan daerah lainnya akan mengalami penurunan wisatawan asing. Banyak penerbangan yang membatalkan jadwal penerbangan khususnya dari atau menuju China. Padahal wisatawan dari China jumlahnya melebihi 1 juta orang di tahun 2019 dan di Januari 2020 terdapat 181.281 wisatawan dari China mengalami kenaikan 17.58 % dibandingkan Januari 2019.

Wisatawan negara lain banyak yang menunda berpergian karena jika menggunakan pesawat maka pesawat dan bandara adalah tempat berkumpulnya orang dari berbagai negara. Bandara di seluruh dunia sebagai pintu masuk utama wisatawan menjaga dengan ketat agar bisa mendekteksi orang yang terpapar virus Covid-19.

Arab Saudi melarang sementara untuk jamaah Indonesia untuk melaksanakan ibadah umrah. Ini menambah beban berat bagi tour dan travel yang memang hanya menjalani usaha umroh. Biaya tiket, hotel dan katering yang sudah di setorkan kepada pihak terkait di Arab Saudi menjadi tidak pasti.

Karena itu pemerintah memberikan insentif bagi maskapai penerbangan dengan memberikan diskon 50% bagi masyarakat yang akan berpergian ke kota-kota tujuan wisata di Indonesia. Pertamina pun memberikan diskon harga avtur kepada maskapai agar tidak menjadi beban berat. Tujuannya memang wisatawan domestik karena untuk menghandalkan wisatawan asing sangat sulit.

Tapi apakah masyarakat Indonesia memanfaat kesempatan ini untuk melakukan perjalanan padahal kini sudah ada 2 orang yang positif terkena virus Covid-19 di kota Depok, Jawa Barat. Setelah pengumuman Presiden Joko Widodo bahwa ada yang terkena virus covid-19 masyarakat lebih berhati-hati untuk menjaga agar tidak tertular virus covid-19 ini.

Masyarakat banyak yang membeli bahan makanan di supermarket untuk berjaga-jaga jika ada larangan keluar rumah. Masker menjadi barang langkah dan mahal. Bahkan di berita penumpang kereta komuter dan bis transjakarta banyak yang menggunakan masker walau kata Menteri Kesehatan penggunaan masker hanya bagi yang sakit saja.

Masyarakat saat ini masih menunggu perkembangan situasi dan kondisi Covid-19. Efek diskon maskapai penerbangan banyak yang belun memanfaatkannya. Masyarakat akan berpergian seperlunya saja seperti jika ada tugas kantor atau ada keperluan penting dengan sanak saudara.

Untuk berpergian dalam rangka wisata sepertinya belum berdampak. Masyarakat masih menunda untuk berwisata. Uang atau dana masyarakat masih di simpan dibank untuk jaga-jaga jika ada resesi ekonomi. Dana untuk berobat jika sakit atau terkena virus Covid-19 walau di tanggung pemeritah jika terkena positif virus Covid-19.

Industri manufaktur akibat kelangkaan bahan baku dari China bisa berefek pengurangan tenaga kerja di pabrik-pabrik. Masyarakat cenderung akan banyak berdiam dirumah agar lebih aman sampai menunggu apakah penyebaran Covid-19 ini meluas dan menambah korban yang positif terinfeksi di wilayah Indonesia lainnya.

Ketika industri wisata pengalami penurunan maka selain industri transportasi akan berdampak ke perhotelan, rumah makan dan pusat oleh-oleh ataupun souvenir. Suplai bahan makanan akan berkurang sehingga petani dan peternak pun akan terkena dampaknya. Perajin suvenir akan mengalami penurunan penjualan.

Belum lagi efek bagi masyarakat di sekitarnya seperti tukang parkir dan pedagang kecil seperti tukang bakso, minuman, dan mi instan. Multiplayer effect ini yang akan menyebabkan lesunya perekonomian khususnya di daerah-daerah wisata.

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus bisa mengantisipasi semua ini. Kepercayaan masyarakat dalam hal kemampuan pemerintah mengendalikan virus Covid-19 menjadi perhatian utama. Jika tidak bisa mengendalikan virus Covid-19 maka keaadannya akan makin buruk.

Jika kepercayaan masyarakat tinggi maka minimal wisatawan domestik akan kembali menggeliat dan tumbuh. Momen Ramadhan dan Lebaran bisa menjadikan momentum pemulihan masyarakat ber wisata karena akan mudik pulang kampung tetapi bila pemerintah tidak bisa mengendalikan virus Covid-19 maka lebaran tahun ini bisa saja jumlah pemudik turun drastis dan perekonomian dalam keadaan lampu kuning.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0680 seconds (0.1#10.140)