Sektor Pertanian Andalan Hadapi Krisis

Jum'at, 20 Maret 2020 - 07:00 WIB
Sektor Pertanian Andalan Hadapi Krisis
Sektor Pertanian Andalan Hadapi Krisis
A A A
Kuntoro Boga Andri

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan

Di tengah krisis ekonomi akibat wabah endemi Covid-19 yang menjangkiti sebagian besar negara di dunia, nilai ekspor pertanian terus mengalami kenaikan. sektor pertanian juga merupakan satu-satunya sektor nonmigas yang paling bertahan dari berbagai gejolak dan ancaman krisis, seperti saat wabah Covid-19 mengancam ekonomi Indonesia.

Seperti yang disampaikan oleh Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Yunita Rusanti di Jakarta, Senin (16/3), bahwa kenaikan ini terjadi disaat sektor migas turun sebesar 0,02% akibat krisis yang terjadi.

Kenaikan signifikan ekspor tercatatat sebesar 0,91% month of month (mom) dan 28,04% year of year (yoy) dari total USD0,30 miliar pada Februari 2020. Kenaikan periode ini terjadi karena peningkatan produk pertanian seperti biji kakao, sarang burung, tanaman obat, aromatik, dan subsektor rempah-rempah mengalami peningkatan volume dan nilai yang signifikan.

Yunita mengatakan, kenaikan ekspor pertanian juga berdampak langsung pada kenaikan ekspor keseluruhan Indonesia ada Februari 2020 yang mengalami kenaikan 2,24% atau setara USD13,94 miliar.

Di tengah lesunya ekonomi nasional dan dunia, neraca perdagangan pertanian kita, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, volume dan nilai ekspor produk pertanian sejak November-Desember 2019 meningkat masing-masing 8,66% dan 10,90% dibandingkan periode November-Desember 2018. Peningkatan terjadi yaitu dari 7,73 juta ton menjadi 8,40 juta ton dan dari USD4,67 miliar menjadi USD5,18 miliar.

Kinerja positif tersebut berlanjut pada 2020. Di tengah tren penurunan ekspor nasional, sektor pertanian mengalami peningkatan ekspor tertinggi year on year dibandingkan sektor lainnya. BPS mencatat ekspor pertanian Januari 2020 meningkat 4,54% dibandingkan bulan sebelumnya.

Kementerian Pertanian di bawah komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menetapkan target bahwa ekspor pertanian harus meningkat hingga tiga kali lipat dalam lima tahun kedepan.

Sebagai langkah awal, pemerintah memfasilitasi peningkatan kapasitas produksi pertanian kita. Ekspor hanya bisa dilakukan jika produksi pangan lokal surplus atau melebihi kebutuhan masyarakat. Peningkatan kapasitas produksi diupayakan dengan menurunkan biaya pertanian menuju pertanian berbiaya rendah dan peningkatan efisiensi, pengembangan dan penerapan mekanisasi dibarengi dengan akselerasi pemanfaatan inovasi teknologi, serta ekspansi pertanian melalui perluasan dan optimalisasi lahan.

Langkah penting lainnya adalah meningkatkan standar kualitas pertanian kita sehingga bisa diterima oleh mancanegara. Para pelaku usaha tani harus pintar dan cermat membaca kebutuhan pasar luar negeri, termasuk menangkap peluang pasar yang belum terjamah sebelumnya.

Rem Impor dan Akselerasi Ekspor

Langkah pemerintah untuk meningkatkan ekspor turut disertai dengan komitmen menekan impor. Sungguh menarik jika menyelisik pernyataan Menteri Pertanian setiap kali ditanya tentang kebijakan impor. Syahrul menyebutkan bahwa impor tidak haram, namun kebijakan itu diambil bila segala upaya kegiatan produksi dalam negeri sudah dilakukan, dan kita kekurangan stok bahan pangan.

Pakar ekonomi Rizal Ramli bahkan tegas menyampaikan sektor pertanian adalah solusi yang tepat untuk menghadapi wabah Covid-19. Sektor pertanian, kata dia, memiliki kekuatan nilai ekonomi yang membuat negara ini tetap bertahan dari ancaman krisis global.

Seperti yang sering disampaikan oleh Mentan, pemerintah melalui layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus pertanian senilai Rp50 triliun mendorong peningkatan produksi dan kualitas pertanian. Fasilitas ini didukung dengan layanan penyediaan benih, bibit dan subsidi pupuk, serta peningkatan akselerasi ekspor pertanian.

Paradigma baru dalam pembangunan pertanian yang berorientasi pada kesejahteraan petani ini kita harapkan secara kontinu bisa berdampak pada ekonomi nasional, khususnya penurunan kemiskinan dan kesenjangan antara kota dan desa. Perhatian besar Presiden Joko Widodo terhadap petani telah terbukti sejak periode sebelumnya. Tingkat kemiskinan menurun dan gini rasio sebagai indikator ketimpangan kota-desa juga semakin mengecil.

Menurunnya jumlah penduduk miskin perdesaan juga diikuti oleh menurunnya tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat, khususnya di perdesaan yang ditandai oleh menurunnya indeks gini ratio. Pada September 2013, gini ratio sekitar 0,324 terus menurun dan September 2018 menjadi 0,319.

Pada Maret 2019, pemerataan pendapatan di perdesaan kembali membaik yang ditandai oleh menurunnya gini ratio menjadi 0,317. Pada akhir 2019, ketimpangan pendapatan masyarakat di perdesaan turun kembali, dengan gini ratio sebesar 0,315.

Mentan Syahrul Yasin Limpo sebelumnya mengungkapkan bahwa sektor pertanian dalam arti luas merupakan sektor yang paling tangguh, terutama dalam mengatasi krisis ekonomi. Mengenai hal ini pada kesempatan lainnya, Presiden Joko Widodo juga menyampaikan agar masyarakat Indonesia tidak meremehkan sektor pertanian sebagai sebuah kebutuhan melawan berbagai krisis. Sektor pertanian, kata dia, adalah sektor yang tangguh dalam membantu stabilitas ekonomi.

Presiden berharap sektor pertanian dapat berkontribusi lebih besar, baik dari segi ekspor maupun peningkatan pendapatan masyarakat. Menurut Presiden, sektor pertanian memberikan kontribusi besar bagi pembangunan ekonomi, baik dalam kontribusi ekspor maupun meningkatkan pendapatan masyarakat.
(zil)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7027 seconds (0.1#10.140)