Perempuan Penentu Bangsa Unggul

Jum'at, 13 Maret 2020 - 06:14 WIB
Perempuan Penentu Bangsa Unggul
Perempuan Penentu Bangsa Unggul
A A A
Perempuan Penentu Bangsa Unggul
Ali Khomsan, Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB


APA yang terjadi terhadap perempuan akan berdampak besar pada kesejahteraan umat manusia. Anggapan bahwa perempuan adalah pewaris pasif dari pertumbuhan dan pembangunan sosial sudah semakin berkurang.

Perempuan adalah pemain kunci yang akan menentukan baik-buruknya keluarga. Bangsa yang unggul diawali oleh terbentuknya keluarga yang berkualitas. Walaupun telah ada upaya-upaya untuk melindungi perempuan dan menjamin persamaan di bidang ekonomi dan sosial, namun diskriminasi sebenarnya masih tetap berlangsung.

Berita perkosaan dan kekerasan terhadap perempuan yang sering muncul di media massa adalah indikasi seringnya kaum perempuan menjadi korban. Di banyak tempat, anak perempuan memperoleh pendidikan, pangan, dan pelayanan kesehatan yang lebih sedikit dibandingkan anak laki-laki. Di beberapa negara sedang berkembang kira-kira seperenam bayi perempuan yang meninggal disebabkan karena kelalaian dan diskriminasi.

Sementara masalah perempuan dewasa yang sampai kini masih cukup menonjol di berbagai belahan dunia adalah menyangkut tingginya angka kematian ibu karena komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan.

Praktik aborsi yang tidak aman telah membawa perempuan ke jurang kematian tanpa dapat dicegah. Di bidang pendidikan percepatan perempuan untuk melek huruf tidak secepat kaum pria. Hal ini akan berimplikasi serius mengingat bahwa kesehatan dan kematian anak lebih banyak dipengaruhi oleh pendidikan ibu dibandingkan pendidikan ayah.

Bukti-bukti menunjukkan bahwa semakin membaiknya pendidikan yang dimiliki perempuan menyebabkan turunnya angka kematian bayi dan membaiknya status gizi anak. Wajib belajar 9 tahun yang diprogramkan pemerintah telah diwujudkan. Untuk provinsi dengan sumberdaya melimpah seperti DKI wajib belajar 12 tahun niscaya menjadi hal yang sangat mungkin dilaksanakan.

Beasiswa S1-S3 untuk perempuan dapat menjadi progam andalan untuk mengangkat derajat kaum hawa. Semoga semakin berkurang ekspor TKI perempuan yang hanya menjadi asisten rumah tangga di negeri jiran. Tenaga kerja yang bekerja di luar diharapkan adalah tenaga trampil seperti bidan, perawat dll.

Mendidik pria adalah mendidik satu orang, tetapi mendidik perempuan adalah adalah mendidik bangsa. Caring behavior yang dimiliki seorang ibu merupakan faktor determinan yang sangat menentukan tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak ini adalah ciri kualitas sumber daya keluarga. Selain itu, ada faktor eksternal yang turut berperan yakni status sosial ekonomi keluarga yang mencakup pendapatan, pendidikan, interaksi sosial dan nilai-nilai dalam keluarga.

Untuk bisa mengembangkan caring behavior yang sehat maka prasyarat yang penting adalah pendidikan ibu. Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih giat mencari dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan memelihara anak. Mereka juga akan menaruh perhatian lebih besar pada konsep sehat yang harus dicapai oleh seluruh anggota keluarganya sehingga anak-anak akhirnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Perempuan adalah aktor ekonomi yang berperan penting dalam mendukung keluarga sejahtera di berbagai negara. Peran mereka tidak hanya terbatas di sektor pertanian, tetapi juga di industri. Pertumbuhan industri di suatu negara ditandai dengan partisipasi kaum perempuan untuk bekerja di sektor tersebut. Jadi perempuan telah berjasa besar menggerakkan napas industri yang akhirnya membawa kemajuan bangsa.

Perempuan di zaman praindustri adalah ibu-ibu rumahtangga yang bertanggung jawab mengelola urusan domestik keluarganya. Dalam perjalanannya dan seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan industri, maka kaum perempuan akhirnya memasuki dunia kerja profesional yang menuntut banyak curahan waktu dan tenaga. Cost yang harus diambil adalah hilangnya atau berkurangnya kesempatan untuk mengasuh anak-anaknya, termasuk hilangnya kesempatan untuk menyusui dengan ASI secara cukup.

Saat ini tuntutan ekonomi dirasakan semakin berat. Kaum perempuan mau tidak mau harus menjatuhkan pilihan untuk bekerja membantu suaminya. Rumah tangga dengan dua pilar ekonomi ini diharapkan dapat menjamin anak-anaknya meraih kehidupan yang lebih baik kelak. Bukan suatu kesalahan apabila perempuan bekerja. Perempuan pekerja secara matematis mendapat beban yang lebih berat dibandingkan kaum pria karena selain sebagai pekerja, kaum perempuan ini juga melaksanakan tugas-tugas domestik sebagai ibu rumah tangga.

Perempuan perlu memperoleh perhatian. Apabila kebijakan-kebijakan pembangunan berfokus pada kaum perempuan, maka peran ekonomi perempuan akan muncul secara lebih signifikan. Setiap dolar bantuan negara donor yang dialokasikan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja perempuan akan meningkatkan produktivitas mereka dan memperkuat partisipasi perempuan dalam penentuan pengambilan keputusan. Perempuan harus diberdayakan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut produksi, reproduksi, dan distribusi.

Beberapa studi menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga tidak melulu tergantung pada penghasilan yang diperoleh, tetapi juga sangat ditentukan oleh siapa yang mencari nafkah dan mengontrol pengeluaran rumahtangga. Kaum perempuan, dibandingkan kaum pria, ternyata cenderung mengalokasikan uang untuk belanja pangan keluarganya. Oleh karena itu kesetaraan gender, khususnya di bidang ekonomi dan pengambilan keputusan, akan berdampak besar pada kesejahteraan keluarga. Di negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang menjunjung tinggi asas demokrasi dan hak asasi manusia, telah sejak lama dicanangkan program yang berorientsi untuk memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan ibu hamil/menyusui.

Khususnya perempuan yang berasal dari keluarga miskin, mereka memperoleh hak bantuan makanan tambahan secara rutin tiap bulan. Kebijakan bantuan makanan tambahan untuk ibu hamil didasari oleh keinginan negara agar perempuan-perempuan tersebut melahirkan bayi-bayi yang sehat. Kemudian pada saat periode menyusui mereka juga memperoleh bantuan pangan yang akan menjamin kontinuitas produksi ASI sehingga bayi bisa memperoleh susu secara cukup.

Dengan demikian, AS telah meletakkan dasar-dasar untuk menciptakan generasi muda yang tangguh dan berkualitas melalui pemberdayaan perempuan di bidang gizi. Sumberdaya keluarga yang berkualitas pada akhirnya akan sangat ditentukan oleh kaum perempuan. Upaya-upaya untuk meningkatkan tingkat pendidikan perempuan, memberi kesempatan dalam berbagai sektor pekerjaan, serta memudahkan akses mereka untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan gizi akan berdampak besar pada kualitas bangsa secara keseluruhan.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3546 seconds (0.1#10.140)