Ekonomi Lesu Akibat Corona, Komisi XI DPR Dukung Langkah Ini
A
A
A
JAKARTA - Pelambatan ekonomi akibat dampak penyebaran virus Corona (COVID-19) mulai dirasakan sejumlah lini usaha di Tanah Air. Komisi XI DPR mendukung adanya intervensi pasar agar kegiatan produksi tetap berjalan.
Saat ini dampak penyebaran COVID-19 paling dirasakan di sektor pariwisata. Penurunan dratis kunjungan wisatawan asal China membuat lesu bisnis perhotelan, sektor transportasi, kerajinan, hingga sektor kuliner di sejumlah destinasi wisata utama seperti Bali, Lombok, hingga Bunaken.
Selain sektor pariwisata, kegiatan ekspor-impor Indonesia-China juga mengalami gangguan serius. Ekspor-impor bahan baku antar kedua negara bakal mempengaruhi sektor produksi di sejumlah lini usaha
“Kami mendukung langkah pemerintah untuk melakukan intervensi pasar agar kegiatan produksi bisa tetap berjalan sehingga pertumbuhan ekonomi tetap terjaga,” ujar Wakil Ketua Komisi XI Fathan Subchi saat dihubungi wartawan di Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) telah menyiapkan langkah menghadapi dampak virus Corona terhadap pasar keuangan. BI pun memutuskan menurunkan giro wajib minimum (GWM) valuta asing (valas) untuk bank umum konvensional (BUK) menjadi 4% yang semula 8% dari dana pihak ketiga (DPK), berlaku mulai 16 Maret 2020.
Adapun GWM rupiah untuk BUK diturunkan sebesar 50 basis poin. Penurunan ini ditujukan bagi perbankan yang melakukan kegiatan pembiayaan ekspor dan impor dalam pelaksanaannya telah berkoordinasi dengan pemerintah. Kebijakan ini mulai diterapkan pada 1 April 2020 dan berlaku selama sembilan bulan.
Dia menjelaskan kegiatan ekspor dengan China merupakan salah satu urat nadi perekonomian Indonesia. China merupakan tujuan utama ekspor berbagai produk Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga Oktober 2019, China masih tetap menjadi tujuan ekspor nomor satu dengan nilai mencapai USD2,77 miliar.
“Isolasi di beberapa kota China akan membuat konsumsi masyarakat serta kinerja industri di negara tersebut melambat. Perekonomian China diperkirakan melambat di bawah 5% pada kuartal I/2020. Dipastikan permintaan bahan baku dari Indonesia akan menurun tajam,” katanya.
Di sisi lain, kata Fathan sejumlah industri dalam negeri juga tergantung pada impor bahan baku dari China serta Korea. Disrupsi produksi bahan baku di China akibat corona membuat suplai bahan baku untuk beberapa industri di tanah air terganggu.
“Saat ini pasar dalam kondisi kekurangan suplai bahan baku dan bahan pendukung produksi karena disrupsi produksi di China. Adanya stimulus tersebut akan memudahkan pengusaha dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan bahan baku,” katanya.
Saat ini dampak penyebaran COVID-19 paling dirasakan di sektor pariwisata. Penurunan dratis kunjungan wisatawan asal China membuat lesu bisnis perhotelan, sektor transportasi, kerajinan, hingga sektor kuliner di sejumlah destinasi wisata utama seperti Bali, Lombok, hingga Bunaken.
Selain sektor pariwisata, kegiatan ekspor-impor Indonesia-China juga mengalami gangguan serius. Ekspor-impor bahan baku antar kedua negara bakal mempengaruhi sektor produksi di sejumlah lini usaha
“Kami mendukung langkah pemerintah untuk melakukan intervensi pasar agar kegiatan produksi bisa tetap berjalan sehingga pertumbuhan ekonomi tetap terjaga,” ujar Wakil Ketua Komisi XI Fathan Subchi saat dihubungi wartawan di Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) telah menyiapkan langkah menghadapi dampak virus Corona terhadap pasar keuangan. BI pun memutuskan menurunkan giro wajib minimum (GWM) valuta asing (valas) untuk bank umum konvensional (BUK) menjadi 4% yang semula 8% dari dana pihak ketiga (DPK), berlaku mulai 16 Maret 2020.
Adapun GWM rupiah untuk BUK diturunkan sebesar 50 basis poin. Penurunan ini ditujukan bagi perbankan yang melakukan kegiatan pembiayaan ekspor dan impor dalam pelaksanaannya telah berkoordinasi dengan pemerintah. Kebijakan ini mulai diterapkan pada 1 April 2020 dan berlaku selama sembilan bulan.
Dia menjelaskan kegiatan ekspor dengan China merupakan salah satu urat nadi perekonomian Indonesia. China merupakan tujuan utama ekspor berbagai produk Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga Oktober 2019, China masih tetap menjadi tujuan ekspor nomor satu dengan nilai mencapai USD2,77 miliar.
“Isolasi di beberapa kota China akan membuat konsumsi masyarakat serta kinerja industri di negara tersebut melambat. Perekonomian China diperkirakan melambat di bawah 5% pada kuartal I/2020. Dipastikan permintaan bahan baku dari Indonesia akan menurun tajam,” katanya.
Di sisi lain, kata Fathan sejumlah industri dalam negeri juga tergantung pada impor bahan baku dari China serta Korea. Disrupsi produksi bahan baku di China akibat corona membuat suplai bahan baku untuk beberapa industri di tanah air terganggu.
“Saat ini pasar dalam kondisi kekurangan suplai bahan baku dan bahan pendukung produksi karena disrupsi produksi di China. Adanya stimulus tersebut akan memudahkan pengusaha dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan bahan baku,” katanya.
(kri)