Millennial, Gen Z is Coming

Senin, 23 Desember 2019 - 07:35 WIB
Millennial, Gen Z is Coming
Millennial, Gen Z is Coming
A A A
Hasanuddin AliFounder and CEO Alvara Research Center

MAJALAH
Time baru-baru ini menganugerahkan Person Of The Year 2019 kepada Greta Thunberg, seorang gadis remaja aktivis lingkungan asal Swedia. Greta oleh Time dianggap mampu menginspirasi dunia lewat berbagai aksinya untuk membangkitkan kesadaran bersama akan bahaya perubahan iklim yang mengancam dunia di masa depan.

Greta Thunberg yang baru berusia 16 tahun adalah salah satu wajah Gen Z kita hari ini. Gen Z adalah adik generasi milenial. Bila milenial adalah generasi yang lahir 1981-1997, maka Gen Z adalah mereka yang lahir 1998-2010. Mereka saat ini berusia 9-21 tahun. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah Gen Z di Indonesia saat ini 29,23% (BPS, 2017) bandingkan dengan generasi milenial sebesar 33,75% dan Gen X sebesar 25,74%.

Dengan demikian, mulai saat ini keberadaan Gen Z tidak bisa dikesampingkan karena secara jumlah sangat besar dan memiliki pengaruh besar. Bila selama ini banyak kalangan lebih banyak membicarakan generasi milenial, maka tahun depan, 2020, sudah seharusnya kita juga memasukkan Gen Z dalam perbincangan kita sehari-hari. Ke depannya, kita memiliki tiga generasi yang dominan, yakni Gen Z, milenial, dan Gen X. Gap perbedaan antargenerasi itu nyata adanya, baik dari sisi perilaku maupun karakter. Harus diakui bahwa perbedaan perilaku antargenerasi ini terjadi terutama didorong oleh teknologi internet. Gen X adalah generasi yang sebagian besar masa remajanya hidup di era 80-an dan 90-an. Awalnya memang tidak terlalu mengenal internet sehingga dalam dunia digital mereka ini sebenarnya adalah "imigran".

Milenial adalah generasi pertama yang secara cepat mengadopsi teknologi internet sehingga bisa dikatakan sebagai generasi pertama yang layak menyandang sebutan sebagai generasi internet. Konsumsi Gen Z lebih tinggi dibandingkan dua generasi sebelumnya, terutama didorong oleh penggunaan gadget , sehingga banyak orang mengatakan Gen Z adalah mobile generation .

Perbedaan antargenerasi juga bisa kita lihat dari apa saja topik-topik pembicaraan yang mereka lakukan. Gen Z dan milenial muda ketika berkumpul bersama teman-teman mereka ternyata lebih banyak berbincang soal musik, teknologi, pendidikan, olahraga, dan film. Sementara untuk generasi yang lebih tua; milenial dewasa dan Gen X lebih banyak membicarakan topik-topik yang lebih serius, seperti sosial politik, ekonomi, budaya, dan agama.

Konsumen Gen Z lebih kritis dan rasional dibandingkan konsumen milenial dan Gen X. Mereka cenderung mencari informasi melalui internet sebelum melakukan pembelian produk. E-commerce menjadi mal baru bagi Gen Z. Selama enam bulan terakhir mayoritas milenial dan Gen Z pernah membeli produk via e-commerce . Untuk traveling , 1 dari 3 Gen Z dan milenial melakukan liburan keluar kota tiap tahunnya, dengan Yogyakarta dan Jakarta sebagai destinasi utama.

Selain itu, perbedaan perilaku antargenerasi yang mencolok bisa kita lihat dari bagaimana pola pengeluaran uang mereka dalam satu bulan. Temuan riset Alvara Research Center menunjukkan bahwa pengeluaran untuk telekomunikasi dan leisure semakin tinggi di usia muda. Bahkan, di Gen Z lebih dari 20% dari total pengeluaran mereka dalam satu bulan hanya untuk telekomunikasi dan leisure . Hal ini didorong perilaku konsumsi internet mereka lebih banyak untuk video streaming yang lebih boros paket data. Selain itu, semakin muda kecenderungan mereka untuk jalan-jalan juga semakin tinggi.

Berdasarkan analisis psikografi yang dilakukan Alvara Research Center menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia bisa dikelompokkan menjadi tiga tipologi. Tipologi terbesar adalah mereka yang masuk dalam kategori Climbers (59,9%), diikuti oleh tipologi Achievers (22,3%), dan Socializers (17,8%).

Climbers adalah mereka yang berpendapat bahwa kesuksesan harus diraih, bukan pemberian. Mereka suka mencoba hal-hal baru, juga suka mengikuti berita-berita terkini termasuk isu soal lingkungan dan kemanusiaan. Achievers adalah mereka yang menganggap dirinya tidak memiliki masalah dengan keuangan, memiliki beragam investasi, dan sudah puas dengan kehidupan pribadinya. Sementara Socializers adalah mereka yang lebih suka berkumpul dengan temannya, aktif mengikuti gaya hidup terbaru, dan menganggap bahwa internet lebih banyak manfaatnya dibandingkan dampak buruknya.

Bila kita bedah tiga topologi tersebut dengan tiga generasi yang kita bahas di atas, maka sangat terlihat jelas ada pola yang membedakan antargenerasi tersebut. Gen Z dan milenial muda lebih dekat dengan tipologi Socializer s, artinya memang Gen Z dan milenial muda memiliki karakter dan psikografi hampir sama. Di sisi lain, milenial dewasa dan Gen X muda ternyata lebih dekat dengan tipologi Climbers , kedua generasi ini merangkak berjuang meniti karier kehidupannya. Sementara Gen X tua lebih dekat dengan tipologi Achievers . Gen X tua menjadi satu-satunya generasi yang merasa sudah mapan dalam hidupnya.

Dengan melihat kontrasnya perbedaan antargenerasi di Indonesia, maka pendekatan terhadap masing-masing generasi tentu juga harus berbeda. Untuk Gen Z dan milenial muda, pendekatan yang cocok adalah hal lebih ceria dan berwarna. Entertainment dan lifestyle sangat cocok untuk Gen Z dan milenial muda.

Bagi milenial, terutama milenial dewasa, pendekatan yang tepat adalah hal yang memberikan kemudahan bagi mereka dan membantu memberikan solusi atas persoalan kehidupan mereka. Convenience adalah kata kunci bagi milenial. Beberapa perusahaan dan produk sudah menjalankan strategi ini, misal transportasi daring atau perbankan yang memberikan subsidi DP untuk membeli rumah baru.

Bagi Gen X, karena generasi mereka secara keuangan sudah mapan, maka pendekatan yang tepat untuk mereka adalah pendekatan yang mampu menggugah untuk menyalurkan aktualisasi diri, termasuk di dalamnya aktivitas budaya dan sosial kemasyarakatan.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3048 seconds (0.1#10.140)