Waspada Cuaca Ekstrem
A
A
A
MEMASUKI pekan pertama November 2019, hujan mulai mengguyur sejumlah wilayah di Tanah Air. Di Jakarta hujan mulai mengguyur sejumlah wilayah kemarin meskipun dengan intensitas yang masih ringan.
Di Kota Depok, Jawa Barat, hujan yang turun sejak sore hari membuat sejumlah kawasan terendam. Tidak hanya menggenangi permukiman warga, banjir setinggi 400-500 cm itu juga menggenangi jalan raya sehingga menimbulkan kemacetan, di antarnya di Jalan Margonda.
Hujan juga mulai turun di banyak wilayah di Indonesia sejak beberapa hari terakhir. Peralihan musim dari kemarau ke hujan ini harus diwaspadai semua pihak. Meskipun hujan baru permulaan dan puncaknya diperkirakan baru terjadi pada Januari-Februari 2020, ancaman cuaca ekstrem akibat peralihan musim perlu diwaspadai dan diantisipasi dampaknya lebih awal.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap cuaca ekstrem tiba beberapa kondisi yang umum terjadi di antaranya hujan lebat disertai petir, terjangan angin puting beliung, angin kencang, hujan es hingga gelombang tinggi di pesisir pantai dan ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan tanah bergerak.
Setiap pemerintah daerah (pemda) tentu sudah menyiapkan langkah antisipasi dalam menghadapi cuaca ekstrem ini. Berbagai mitigasi bencana juga sudah disiapkan, terutama pada pemda yang daerahnya jadi langganan diterjang bencana seperti banjir atau tanah longsor.
Jakarta termasuk kota yang tak pernah lepas dari bencana banjir setiap musim hujan tiba. Karena itu Pemprov DKI Jakarta pun terus mengantisipasi, melakukan pembenahan, di antaranya melanjutkan program normalisasi sungai yang selama ini pembangunan fisiknya sempat terhambat pembebasan lahan. Pada 2020 Pemprov DKI menyiapkan anggaran Rp600 miliar untuk pembebasan lahan demi normalisasi sungai-sungai yang ada di Ibu Kota. Di APBD tahun ini anggaran pembebasan lahan mencapai Rp850 miliar.
Pemprov DKI memberi perhatian pada normalisasi sungai sepanjang 33 km karena itu merupakan salah satu upaya pengendalian banjir yang selalu menjadi momok. Tak hanya Jakarta, kota-kota besar di Indonesia pun banyak yang masih bermasalah dengan banjir. Karena itu penting untuk melakukan edukasi ke masyarakat.
Drainase atau saluran air di lingkungan masing-masing tidak boleh tersumbat. Sampah-sampah harus dibersihkan agar tidak terjadi genangan. Masyarakat juga perlu diimbau untuk memangkas pohon-pohon besar agar tidak tumbang. Mungkin terdengar sepele, tetapi langkah sederhana seperti itu mampu membuat masyarakat memiliki kewaspadaan yang tinggi agar terhindar dari risiko bencana. Selain itu masalah kesehatan juga penting untuk diperhatikan berhubung beberapa penyakit seperti diare sering muncul seiring dengan masuknya musim hujan.
Jika Kota Jakarta lebih identik dengan bencana banjir, daerah lain di Indonesia tentu memiliki karakter bencana masing-masing. Misalnya di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah, yang umum terjadi adalah bencana tanah longsor. Indonesia memang dikenal sebagai negara yang masuk kategori rawan bencana alam. Karena itu kita perlu terus belajar meminimalkan risiko. Kewaspadaan dan langkah antisipasi sangat diperlukan demi menghindari jatuhnya korban jiwa.
Terlepas dari berbagai program pembangunan infrastruktur fisik yang dilakukan oleh pemda masing-masing, tak kalah penting untuk dilakukan adalah membangun kesadaran masyarakat agar lebih peduli dengan ancaman bencana. Diharapkan setiap pemda mengantisipasi bencana dengan mengedukasi publik. Perlu disosialisasi langkah mitigasi seperti apa yang bisa dilakukan warga saat bencana datang. Kesadaran masyarakat agar tanggap bencana sangat penting untuk meminimalkan jatuhnya korban.
Di wilayah timur Indonesia, pada peralihan musim ini kewaspadaan perlu lebih ditingkatkan terutama berkaitan dengan aktivitas pelayaran. Gelombang tinggi pada saat cuaca ekstrem seperti sekarang ini kerap menimbulkan kecelakaan fatal.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memberi peringatan dini soal gelombang tinggi di perairan Indonesia. Peringatan tersebut dikeluarkan BMKG pada Senin (4/11/2019) melalui laman resmi maritim.bmkg.go.id . Peringatan BMKG berlaku sejak Selasa hingga Jumat (8/11/2019).
Peringatan BMKG ini menjadi alarm yang tidak boleh diabaikan, baik masyarakat yang beraktivitas menggunakan perahu nelayan, kapal tongkang, terutama yang mengangkut penumpang seperti kapal ferry. Tidak hanya bagi masyarakat yang melakukan aktivitas di laut, masyarakat yang tinggal di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi juga diimbau waspada.
Di Kota Depok, Jawa Barat, hujan yang turun sejak sore hari membuat sejumlah kawasan terendam. Tidak hanya menggenangi permukiman warga, banjir setinggi 400-500 cm itu juga menggenangi jalan raya sehingga menimbulkan kemacetan, di antarnya di Jalan Margonda.
Hujan juga mulai turun di banyak wilayah di Indonesia sejak beberapa hari terakhir. Peralihan musim dari kemarau ke hujan ini harus diwaspadai semua pihak. Meskipun hujan baru permulaan dan puncaknya diperkirakan baru terjadi pada Januari-Februari 2020, ancaman cuaca ekstrem akibat peralihan musim perlu diwaspadai dan diantisipasi dampaknya lebih awal.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap cuaca ekstrem tiba beberapa kondisi yang umum terjadi di antaranya hujan lebat disertai petir, terjangan angin puting beliung, angin kencang, hujan es hingga gelombang tinggi di pesisir pantai dan ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan tanah bergerak.
Setiap pemerintah daerah (pemda) tentu sudah menyiapkan langkah antisipasi dalam menghadapi cuaca ekstrem ini. Berbagai mitigasi bencana juga sudah disiapkan, terutama pada pemda yang daerahnya jadi langganan diterjang bencana seperti banjir atau tanah longsor.
Jakarta termasuk kota yang tak pernah lepas dari bencana banjir setiap musim hujan tiba. Karena itu Pemprov DKI Jakarta pun terus mengantisipasi, melakukan pembenahan, di antaranya melanjutkan program normalisasi sungai yang selama ini pembangunan fisiknya sempat terhambat pembebasan lahan. Pada 2020 Pemprov DKI menyiapkan anggaran Rp600 miliar untuk pembebasan lahan demi normalisasi sungai-sungai yang ada di Ibu Kota. Di APBD tahun ini anggaran pembebasan lahan mencapai Rp850 miliar.
Pemprov DKI memberi perhatian pada normalisasi sungai sepanjang 33 km karena itu merupakan salah satu upaya pengendalian banjir yang selalu menjadi momok. Tak hanya Jakarta, kota-kota besar di Indonesia pun banyak yang masih bermasalah dengan banjir. Karena itu penting untuk melakukan edukasi ke masyarakat.
Drainase atau saluran air di lingkungan masing-masing tidak boleh tersumbat. Sampah-sampah harus dibersihkan agar tidak terjadi genangan. Masyarakat juga perlu diimbau untuk memangkas pohon-pohon besar agar tidak tumbang. Mungkin terdengar sepele, tetapi langkah sederhana seperti itu mampu membuat masyarakat memiliki kewaspadaan yang tinggi agar terhindar dari risiko bencana. Selain itu masalah kesehatan juga penting untuk diperhatikan berhubung beberapa penyakit seperti diare sering muncul seiring dengan masuknya musim hujan.
Jika Kota Jakarta lebih identik dengan bencana banjir, daerah lain di Indonesia tentu memiliki karakter bencana masing-masing. Misalnya di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah, yang umum terjadi adalah bencana tanah longsor. Indonesia memang dikenal sebagai negara yang masuk kategori rawan bencana alam. Karena itu kita perlu terus belajar meminimalkan risiko. Kewaspadaan dan langkah antisipasi sangat diperlukan demi menghindari jatuhnya korban jiwa.
Terlepas dari berbagai program pembangunan infrastruktur fisik yang dilakukan oleh pemda masing-masing, tak kalah penting untuk dilakukan adalah membangun kesadaran masyarakat agar lebih peduli dengan ancaman bencana. Diharapkan setiap pemda mengantisipasi bencana dengan mengedukasi publik. Perlu disosialisasi langkah mitigasi seperti apa yang bisa dilakukan warga saat bencana datang. Kesadaran masyarakat agar tanggap bencana sangat penting untuk meminimalkan jatuhnya korban.
Di wilayah timur Indonesia, pada peralihan musim ini kewaspadaan perlu lebih ditingkatkan terutama berkaitan dengan aktivitas pelayaran. Gelombang tinggi pada saat cuaca ekstrem seperti sekarang ini kerap menimbulkan kecelakaan fatal.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memberi peringatan dini soal gelombang tinggi di perairan Indonesia. Peringatan tersebut dikeluarkan BMKG pada Senin (4/11/2019) melalui laman resmi maritim.bmkg.go.id . Peringatan BMKG berlaku sejak Selasa hingga Jumat (8/11/2019).
Peringatan BMKG ini menjadi alarm yang tidak boleh diabaikan, baik masyarakat yang beraktivitas menggunakan perahu nelayan, kapal tongkang, terutama yang mengangkut penumpang seperti kapal ferry. Tidak hanya bagi masyarakat yang melakukan aktivitas di laut, masyarakat yang tinggal di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi juga diimbau waspada.
(shf)