Menyelisik Prioritas Presiden Jokowi

Rabu, 30 Oktober 2019 - 08:30 WIB
Menyelisik Prioritas Presiden Jokowi
Menyelisik Prioritas Presiden Jokowi
A A A
Adjat Wiratma
Doktor Manajemen Pendidikan

MENTERI Kabinet Indonesia Maju telah resmi dilantik. Mereka akan bekerja lima tahun ke depan menjabarkan visi-misi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin tentang mimpi dan cita-cita 2045, yakni Indonesia tumbuh menjadi negara yang keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah.Prioritas pembangunan adalah sumber daya manusia (SDM). Menteri-menteri terkait perlu segera berhitung tentang biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai program yang dilaksanakan. Ini penting karena membangun SDM tidak sama dengan membangun jalan tol yang dua atau tiga tahun sudah dapat dinikmati hasilnya. Pembangunan SDM itu bicara kualitas manusia, 20 bahkan 30 tahun ke depan. Semangat pembangunan SDM yang digadang-gadangkan itu pun harus berhadapan dengan postur anggaran yang ada.

Strategi dalam hal pendidikan vokasi misalnya, keterampilan apa yang ingin dicapai Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun ke depan, yang mana diyakini akan menjadikan Indonesia sebagai negara yang diperhitungkan dalam bidang tersebut. Pembangunan manusia masa depan tentu tidak bisa disamakan dengan kondisi sekarang. Kita boleh saja ingin “menguasai semua,” namun dalam persaingan global setiap negara harus mempunyai keahlian khusus yang diandalkan sebagai lokomotif. Itu yang akan membawa sektor lain ikut tertarik maju.

Kita bisa mengambil contoh Korea Selatan. Negara ini maju dalam sektor industri elektronik dan automotif yang mampu mengalahkan Jepang, yang tersohor dalam dua sektor itu sebelumnya. Apakah Indonesia memiliki visi mengalahkan Korea Selatan dalam bidang itu, atau China dalam bidang perdagangan, atau negara-negara Eropa dan Amerika? Untuk menjawab itu, Indonesia harus memiliki target yang jelas.

Sejumlah ahli ekonomi meramalkan Indonesia akan tumbuh dan bisa menjadi negara dalam posisi lima besar dunia jika pengelolaannya diperbaiki. Namun, tidak sedikit yang meragukannya karena kualitas SDM masih rendah. terutama pada dimensi “high level human resources”, yakni mereka para lulusan perguruan tinggi.

Lagi-lagi yang perlu dilakukan dalam mewujudkan ekonomi maju adalah perbaikan pada sektor pendidikan. Berdasarkan referensi yang dikemukakan para ahli, negara di era kompetisi saat ini harus mempunyai intellectual capital yang terdiri atas tiga komponen utama.

Pertama, modal manusia (human capital). Ini terdiri atas manusia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan, serta punya kemampuan untuk mengembangkan inovasi dan kreativitas. Kedua, modal sosial (social capital). Ini merupakan struktur, jejaring kerja, standar prosedur operasional agar setiap modal manusia yang terlibat dapat saling memberikan kontribusi.

Ketiga, modal organisasi (organization capital). Ini sebagai wadah untuk menghimpun dan mendayagunakan modal manusia. Intelektual kapital dibutuhkan untuk memperoleh dan mempertahankan keunggulan kompetitif negara. Pertanyaannya, sudahkah Indonesia memiliki keunggulan kompetitif ?

Ada tiga sektor yang perlu menjadi fokus utama dalam pembangunan SDM, yakni keterkaitan antara sistem kependudukan, sistem pendidikan, sistem kesehatan dan sistem ketenagakerjaan. Indonesia boleh saja bangga dengan bonus demografi, namun jika tidak dikendalikan secara benar justru akan menjadi bencana demografi.

Ledakan jumlah penduduk akan sangat berpengaruh pada penyediaan anggaran, layanan kesehatan, penyediaan pangan, dan lainnya. Maka penting pemerintah dapat mengendalikan persoalan kependudukan ini. Bicara kependudukan, imbasnya juga sangatlah kompleks, meliputi masalah penyebaran warga, kemiskinan, kesempatan kerja, permukiman, kesehatan, gizi, pendidikan, kejahatan, pencemaran lingkungan, krisis ekonomi, kelaparan, urusan sandang, air bersih, dan banyak hal lain, termasuk menyangkut fasilitas umum dan fasilitas sosial.

Jadi membangun SDM jangka pendek dan panjang, memang bukan hanya soal memasukkan orang ke sekolah atau menggratiskan kuliah. Karena saat ini angka pengangguran mereka yang mengenyam pendidikan cukup tinggi, lulusan kejuruan justru yang lebih banyak yang tidak terserap.

Pendidikan adalah fondasi yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, serta memastikan berjalannya roda ekonomi dan sosial. Dengan pendidikan yang baik, ekonomi masyarakat akan meningkat, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan juga membaik. Fungsi utama pendidikan dalam kaitan dengan kehidupan ekonomi adalah mempersiapkan kaum muda untuk mengisi lapangan kerja produktif, meningkatkan kemampuan mereka agar dapat menghadapi permasalahan yang ada, semua itu didapat dari pendidikan mental, sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bermanfaat.

Strategi pendidikan yang perlu dilakukan di antaranya peningkatan pemerataan kesempatan pendidikan. Semua warga negara diberikan akses pendidikan yang sama. Layanan pendidikan juga termasuk menyediakan guru berkualitas untuk semua sekolah di mana pun berada, sehingga guru-guru berkualitas tidak hanya bisa ditemukan di sekolah-sekolah yang berada di kota besar saja.

Selanjutnya, tentang peningkatan relevansi pendidikan dengan pembangunan. Salah satu konsep klasik yang digunakan adalah link and match antara materi ajar dan kebutuhan di lapangan. Hal ini untuk menjawab tingginya angka pengangguran lulusan sekolah.

Salah satu yang mendesak adalah implementasi kewirausahaan pada tingkat pendidikan menengah dan atas, hingga dengan sendirinya akan mendorong para lulusan untuk tidak bersikap pasif dan putus asa saat tidak mampu melanjutkan pendidikan, tetapi akan terangsang untuk mencari berbagai alternatif yang bisa mereka lakukan. Mulailah fokus pada peningkatan kualitas pendidikan, tidak lagi berkutat di aspek kuantitas.

Dorongan Investasi

Indonesia selalu menyebut dirinya kaya akan sumber daya alam (SDA). Namun, banyak yang belum dijamah atau bahkan habis dijamah pihak lain. Banyak potensi di daerah yang tidak diolah karena minimnya pengetahuan dan keterampilan manusianya.

Membangun SDM untuk SDA ini adalah hanya salah satu contoh, bagaimana pemerintah memfokuskan bidang pembangunan manusia untuk satu tujuan. Untuk hal ini maka jelas memulainya yakni dari masyarakat daerah, peningkatan keterampilan dan pengetahuan pada bidang yang disesuaikan dengan SDA yang dimiliki.

Sekalipun harus diakui, pembangunan SDM untuk SDA bukanlah langkah visioner. Karena SDA akan habis, dan saat ini yang dituntut adalah menaklukkan dunia, maka perlu menilik sektor yang tidak dimiliki negara lain agar Indonesia dapat menjadi yang terdepan.

Perlu didorong adanya investasi baru yang mendorong pada peningkatan SDM. Saat ini tuntutan pendapatan pekerja terus meningkat, namun keahlian pekerja tidak meningkat karena industri yang ada bertahan dengan cara kerja lama. Jika dibiarkan maka akan menjadi beban ekonomi.

Contohnya saja saat negara lain sudah menggunakan komputer untuk membuat satu produk, industri di Indonesia masih dengan cara manual. Hadirnya investasi sektor baru, seperti automotif dengan teknologi listrik, ini akan mendorong tenaga kerja Indonesia untuk memiliki ilmu baru dan dengan sendirinya akan mengembangkan diri dengan meningkatkan pengetahuan. Sebaliknya, walaupun diperbanyak pelatihan namun industrinya belum ada maka pengetahuan yang dimiliki tidak bisa digunakan, salah-salah pekerja dimaksud justru lari ke negara lain yang sudah menyediakan sektor industri sesuai kemampuannya.

Mengonkretkan Visi-Misi Jokowi

Dibutuhkan para pembantu presiden untuk dapat mengonkretkan pembangunan manusia yang akan diwujudkan dalam jangka pendek lima tahun, dan tentu juga strategi jangka panjang yang berkelanjutan dengan semangat visi Indonesia Emas 2045. Menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi merupakan tantangan Indonesia.

Sebaran penduduk, daya tampung lingkungan serta ragam kebudayaan yang ada memengaruhi proses pendidikan dan SDM. Kondisi ini perlu upaya besar, strategis, cermat, dan cerdas untuk meraih pertumbuhan ekonomi.

Kuncinya, SDM Indonesia yang berkualitas hanya akan didapat jika terjadi sinkronisasi dan sinergitas sistem kependudukan, sistem pendidikan, sistem kesehatan, sistem ketenagakerjaan yang holistis dan komprehensif.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3480 seconds (0.1#10.140)