Tren Kualitas Pemimpin Daerah di Indonesia Makin Baik

Jum'at, 25 Oktober 2019 - 07:26 WIB
Tren Kualitas Pemimpin...
Tren Kualitas Pemimpin Daerah di Indonesia Makin Baik
A A A
JAKARTA - Tren kualitas para kepala daerah di Indonesia menunjukkan arah yang semakin positif. Melalui program-program visionernya yang mampu dijalankan dengan terarah, peran dan kontribusi pemimpin daerah dalam memajukan bangsa terbukti besar. Beberapa kepala daerah memang mengusung program dengan skala kecil.

Namun program kecil yang tepat sasaran dan mampu dirasakan langsung oleh masyarakat memiliki nilai kemanfaatan besar. Gambaran semakin meningkatnya kualitas kepala daerah tersebut terungkap dari hasil Indonesia Visionary Leader (IVL) Season 5 yang digelar SINDO MEDIA. Ajang paparan visi para pemimpin lokal Season 5 ini diikuti 13 orang, baik gubernur, wali kota maupun bupati.

Mereka adalah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji, Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan, Bupati Tulang Bawang Winarti, Bupati Agam Indra Catri, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Wali Kota Tanjungpinang Syahrul, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, Bupati Bone Bolango Hamim Pou, Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman, Bupati Trenggalek Muhammad Nur Arifin, Bupati Banjar Khalilurrahman, dan Bupati Sampang Slamet Junaidi.

Gubernur Kalbar Sutarmidji yang mengusung Program Tanah Objek Reformasi Agraria (TORA) misalnya terbukti mampu memberikan kepastian hukum kepada masyarakat mengenai status tanah. Selain itu program ini juga efektif dalam memberikan kesempatan kepada warga untuk mengolah lahan yang tepat sasaran dan produktif sebagai implementasi program desa mandiri.

Atas program visioner dan implementatifnya itu, Sutarmidji pun diganjar penghargaan Best Overall atau pencapaian nilai tertinggi dalam IVL Season 5 ini. Sutarmidji unggul dalam empat kategori penilaian, yakni kemajuan visi, upaya menggerakkan perekonomian, komunikasi politik serta aspek kepemimpinan.

Di depan empat dewan juri IVL, Sutarmidji juga membeberkan potensi Kalbar lain seperti crude palm oil (CPO), bauksit, kelapa sawit, karet, dan kelapa yang telah memberikan nilai lebih bagi perekonomian nasional. Dari potensi yang dimiliki ini, pendapatan daerah meningkat dan kesejahteraan warga juga naik. "Kalau kita bicara investasi, Kalimantan Barat itu penghasil CPO terbesar di Indonesia,” ujar Sutarmidji.

Melalui konsep Bergerak Bersama, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi juga terbukti mampu memimpin ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini menjadi lebih baik. Penerapan konsep tersebut untuk memacu laju pembangunan Kota Semarang dan mengatasi faktor-faktor yang menjadi penghambat pembangunan.

Bergerak Bersama artinya Pemerintah Kota Semarang menyadari tidak akan bisa mengolah kota dengan baik jika tidak didukung stakeholder yang lain. “Kami ibaratkan ada dukungan atau peran pemerintah, ada dari penduduk dengan segala ketokohannya, tokoh akademisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, kemudian perusahaan dengan CSR-nya, dan yang terakhir adalah teman-teman pewarta," ujar Hendi-panggilan akrab Hendrar Prihadi.

Konsep Bergerak Bersama muncul karena Hendrar tidak bisa serta-merta mengandalkan Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah (APBD) yang belum maksimal untuk membantu membangun Kota Semarang yang lebih baik meski setiap tahunnya mengalami kenaikan.

Konsep Bergerak Bersama pun menghasilkan berbagai hal positif mulai dari pembangunan infrastruktur yang lebih merata, penambahan investasi berkali-kali lipat hingga lompatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mengungguli kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Dari data yang dipaparkan, sisi ekonomi dan kerja layak, pertumbuhan ekonomi naik dari 5,97% pada 2012 menjadi 6,52% pada 2018. Lalu pertumbuhan investasi meningkat dari 0,9 triliun pada 2011 menjadi 27,5 triliun pada 2018. Angka kemiskinan menurun dari 5,68% pada 2011 menjadi 4,15% pada 2018. Juga turunnya luas wilayah kumuh dari 416 hektare pada 2015 menjadi 112 hektare pada 2018.

Wilayah rawan banjir juga turun 41,02% pada 2011 turun menjadi 17,4% pada 2018. Kondisi jalan rusak 54% pada tahun 2011 lalu turun menjadi 10,5% pada 2018. Atas kemampuannya mengubah tata kota menjadi lebih baik ini, Hendi mendapat penghargaan Best in City Transformation. Bupati Agam Indra Catri juga berprestasi dalam upayanya melibatkan peran masyarakat secara positif dalam pembangunan.

Karena daerahnya tak punya tambang yang melimpah dan hanya punya keindahan alam, Indra memfokuskan pembangunan pada sumber daya manusia (SDM). Upayanya mendapat respons positif baik masyarakat yang tinggal di kampung maupun
yang merantau di berbagai wilayah di Indonesia. Pada IVL ini, Bupati Indra diganjar penghargaan Best in Civic Engagement.

Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Akmal Malik yang menjadi salah satu juri IVL Season 5 mengungkapkan, Sutarmidji, Hendi, dan Indra, adalah di antara contoh kepala daerah yang visioner. Akmal mengingatkan bahwa pemerintah bukan aksi tunggal dalam pembangunan. Keberhasilan pembangunan juga sangat tergantung peran pemimpin yang dapat menggugah kebersamaan.

“Saya termasuk yang percaya bahwa keberhasilan sebuah sistem itu akan dipengaruhi seberapa bagus aktornya. Siapa aktornya? Kepala daerah,” katanya. Dia mengaku menemukan banyak pemimpin lokal visioner dalam IVL Season 5 yang bertema “Memacu Visi Menuju Kedigdayaan Investasi” tersebut.

Meskipun mengakui setiap pemimpin memiliki cara dan gaya masing-masing dalam mengelola pemerintahannya di daerah, Akmal memberikan saran agar ke depan SINDO MEDIA juga menyasar Indonesia bagian timur yang dia yakini memiliki banyak kepala daerah yang potensial. “(Mereka) visioner. Memang ada yang makro. Ada yang fokus pada hal-hal tertentu saja. Tapi saya katakan tadi, mereka memiliki visi yang bagus untuk membangun daerahnya,” tandas dia.

Dorongan agar para pemimpin di pemerintahan mampu memastikan program-programnya bisa dirasakan langsung oleh warga juga menjadi penekanan Presiden Joko Widodo sebagaimana disampaikan pada pidato pelantikannya sebagai presiden, Minggu (20/10). Jokowi ingin para pemimpin tak sekadar berpikir menyelesaikan programnya tanpa mengetahui sejauh mana hasilnya dirasakan baik oleh masyarakat.

Ketua Pembina Indonesia Institute for Corporate (IICD) Andi Ilham Said juga mengakui dari penjurian selama dua hari, dia menilai rata-rata kepala daerah mampu menangkap apa yang dibutuhkan masyarakatnya. Hal ini tergambar dari visi, misi, dan program yang diperuntukkan bagi kebutuhan masyarakatnya.

“Jadi meskipun programnya kelihatan kecil ataupun sepele tapi itu yang diperlukan warganya. Ini kenapa program kabupaten kecil di Sumatera berbeda dengan program di yang Surabaya. Materinya sangat beda. Tapi kita paham itu yang dibutuhkan masyarakat,” ungkap Andi.

Ajang IVL ini, menurut Andi, sangat prestisius karena menantang kepala daerah untuk berani dan terbuka dengan apa yang dilakukannya. Sebagai juri, Andi mengaku tidak hanya menggali dari apa yang disampaikan kepala daerah tetapi juga memverifikasinya dari sumber lain.

“Kalau kepala daerah sudah berani datang artinya berani dikompetisikan. Itu hal luar biasa. Ini akan membangun budaya pemimpin yang terbuka dan transparan. Ini menjadi hal positif dan penyeimbang terhadap berita miring soal kepala daerah,” paparnya.

Selain Akmal dan Andi, dua juri yang dihadirkan dalam IVL Season 5 adalah Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto dan Rektor Universitas Paramadina Firmanzah.

Gun Gun yang juga pakar komunikasi politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan, seorang kepala daerah harus memiliki konsep yang komprehensif dan jelas mengenai peluang-peluang yang mungkin bisa dikerjasamakan dengan pihak lain. Kepala daerah juga dituntut memiliki jaringan (networking) dalam membangun daerahnya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1409 seconds (0.1#10.140)