Ray Rangkuti: Saya Menduga 60 Persen Kursi Kabinet Diisi Wakil Partai
A
A
A
JAKARTA - Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti mengaku pesimistis bahwa Presiden Jokowi akan berhasil menyusun komposisi menteri kabinet yang mayoritas dari unsur profesional dan hanya memberikan 45 persen jatah kepada perwakilan partai politik koalisi.
Terlebih, kata Ray, muncul isu jelang penyusunan kabinet untuk periode kedua nanti Jokowi akan mengakomodir kepentingan politik Partai Gerindra dan Partai Demokrat.
"Dalam situasi dukungan pemilih Jokowi atasnya yang makin melemah, dan satunya sikap parpol dalam hal berhadapan dengan presiden, saya kira, posisi presiden saat ini cukup lemah," kata Ray saat dihubungi Sindonews, Jumat (11/10/2019).
Menurut Ray, jika situasi ini terus dipelihara oleh Jokowi, rasanya akan kesulitan keluar dari makin menguatnya dominasi partai-partai, khususnya PDIP, terhadap kekuasaannya. Dengan begitu, kemampuan Jokowi untuk bertahan atau negosiasi akan melemah. Itulah yang terlihat akhir-akhir ini yang dihadapi Jokowi.
Sebaliknya, Ray menganggap, Jokowi tidak seperti di awal priode pemerintahannya yang terlihat piawai mengatur ritme daftar keinginan partai. Kali ini, Jokowi terkesan seperti ditekan, dan rasanya akan begitu terus sampai lima tahun yang akan datang jika Jokowi tidak segera melakukan konsolidasi dukungan publik.
"Dalam situasi seperti ini, komposisi partai akan didominasi wakil partai politik. Saya malah menduga 60% kursi kabinet akan diisi oleh wakil partai. Jika Gerindra juga bergabung, bahkan bisa mencapai 65%," ungkapnya. (Baca juga: Pengamat Dorong Jokowi Libatkan Rakyat Dalam Penilaian Calon Menteri )
Maka Ray menambahkan, dalam situasi seperti ini, tidak lagi semua pihak bisa berbicara ideal. Yang bisa diharapkan wakil-wakil partai di kabinet memperlihatkan loyalitas tunggal mereka kepada presiden.
"Jadi tidak mendua. Mereka harus mengamankan kebijakan presiden bukan partai. Dalam hal ini, tentu, Jokowi harus benar-benar selektif memastikan calon anggota kabinet yang benar-benar loyalitasnya kepada presiden," tandasnya.
Terlebih, kata Ray, muncul isu jelang penyusunan kabinet untuk periode kedua nanti Jokowi akan mengakomodir kepentingan politik Partai Gerindra dan Partai Demokrat.
"Dalam situasi dukungan pemilih Jokowi atasnya yang makin melemah, dan satunya sikap parpol dalam hal berhadapan dengan presiden, saya kira, posisi presiden saat ini cukup lemah," kata Ray saat dihubungi Sindonews, Jumat (11/10/2019).
Menurut Ray, jika situasi ini terus dipelihara oleh Jokowi, rasanya akan kesulitan keluar dari makin menguatnya dominasi partai-partai, khususnya PDIP, terhadap kekuasaannya. Dengan begitu, kemampuan Jokowi untuk bertahan atau negosiasi akan melemah. Itulah yang terlihat akhir-akhir ini yang dihadapi Jokowi.
Sebaliknya, Ray menganggap, Jokowi tidak seperti di awal priode pemerintahannya yang terlihat piawai mengatur ritme daftar keinginan partai. Kali ini, Jokowi terkesan seperti ditekan, dan rasanya akan begitu terus sampai lima tahun yang akan datang jika Jokowi tidak segera melakukan konsolidasi dukungan publik.
"Dalam situasi seperti ini, komposisi partai akan didominasi wakil partai politik. Saya malah menduga 60% kursi kabinet akan diisi oleh wakil partai. Jika Gerindra juga bergabung, bahkan bisa mencapai 65%," ungkapnya. (Baca juga: Pengamat Dorong Jokowi Libatkan Rakyat Dalam Penilaian Calon Menteri )
Maka Ray menambahkan, dalam situasi seperti ini, tidak lagi semua pihak bisa berbicara ideal. Yang bisa diharapkan wakil-wakil partai di kabinet memperlihatkan loyalitas tunggal mereka kepada presiden.
"Jadi tidak mendua. Mereka harus mengamankan kebijakan presiden bukan partai. Dalam hal ini, tentu, Jokowi harus benar-benar selektif memastikan calon anggota kabinet yang benar-benar loyalitasnya kepada presiden," tandasnya.
(pur)