Race Yes, Racism No
A
A
A
Faisal Ismail
Guru Besar Pascasarjana FIAI
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Sudah menjadi ketetapan hukum Allah (sunnatullah) bahwa manusia di dunia ini diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Terdapat kelompok manusia (suku) yang diidentifikasi berasal dari keturunan yang sama dan mempunyai ciri-ciri fisik yang sama pula.
Kelompok suku yang berasal dari keturunan sama dengan ciri-ciri fisik yang sama ini disebut ras. Jenis ras ini tidak sama dengan jenis ras lain yang mempunyai ciri-ciri fisik yang berbeda. Mengutip Patrick Hans dalam Encyclopedic World Dictionary (terbitan Librairie du Liban, Beirut, 1974, hlm 1.289), ras (race) adalah (1) a group of persons connected by common descent, blood, and heredity; (2) a group of tribes or peoples forming an ethnic stock; (3) the distinguishing characterisstcs of special ethnic stock; (4) the state of belonging to certain ethnic stock.
Artinya: (1) sekelompok orang yang dihubungkan dengan kesamaan keturunan dan pertalian darah secara turun-temurun; (2) sekelompok orang yang membentuk suatu keturunan etnik; (3) ciri-ciri khas yang terdapat pada keturunan etnis yang bersifat khusus; (4) suatu keadaan yang terdapat pada keturunan etnik tertentu.
Paling tidak, di dunia ini terdapat tiga jenis ras, yaitu ras Mongolid dengan ciri berkulit kuning, ras Negroid dengan ciri berkulit hitam, dan ras Kaukasoid dengan ciri berkulit putih. Keragaman ras dengan ciri-ciri fisik yang berbeda-beda itu merupakan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah agar manusia bisa saling mengenal satu sama lain.
Dalam Alquran Surat Al-Hujurat ayat 13 Allah berfirman: "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu kenal mengenal."
Jadi keberagaman ras dan kebinekaan bangsa, etnis, dan suku yang ditandai dengan perbedaan warna kulit dan rambut merupakan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah dalam menciptakan manusia.
Pluralitas ras dan keberagaman bangsa, suku, dan etnis harus diterima sebagai realitas sosial yang Allah maksudkan sebagai ciri-ciri fisik agar manusia saling mengenal satu sama lain. Setelah saling kenal melalui keberagaman ciri-ciri fisiknya, manusia tentu menjalin kedekatan, persahabatan, perdamaian, kerja sama, toleransi, dan kerukunan.
Keberadaan ras, bangsa, suku, dan etnis dengan perbedaan ciri-ciri fisik yang merupakan sunnatullah ini harus diterima oleh umat manusia sebagai realitas keberagaman sosial dan realitas kebinekaan kultural. Ide persamaan dan prinsip kesamaan derajat manusia sangat ditekankan dan diajarkan oleh Allah dalam Alquran.
Racism No
Race yes, tetapi racism no. Mengapa rasisme harus dicegah, ditolak, dan tidak dapat dibenarkan untuk dilakukan? Karena rasisme/rasialisme sebagaimana didefinisikan oleh Patrick Hans dalam kamus di atas: (1) the belief that human being races have distinctive characteristics which determine their cultures, usually involving the idea that one’s own race is superior and has the right to rule or dominate others; (2) offensive or aggressive behaviour to members of another race stemming from such a belief; (3) a policy or system of government and society based upon it.
Artinya: (1) kepercayaan bahwa sekelompok ras manusia mempunyai karakteristik khas yang menentukan kebudayaan mereka, biasanya melibatkan ide bahwa kebudayaan mereka lebih super dan memiliki hak untuk memerintah atau menguasai kebudayaan lain; (2) perilaku ofensif atau agresif terhadap kelompok ras lain yang ditimbulkan oleh kepercayaan seperti itu; (3) suatu kebijakan atau sistem pemerintahan dan masyarakat yang didasarkan pada kepercayaan seperti itu.
Dari definisi sebagaimana dikemukakan oleh Patrick Hans di atas, dapat disimpulkan bahwa rasisme/rasialisme adalah paham, cara berpikir, dan pandangan dari seseorang/sekelompok orang (ras, etnis, atau suku) yang merasa dan mengklaim diri mereka lebih super, lebih bermartabat, lebih terhormat, lebih tinggi derajatnya, dan lebih mulia dari orang/kelompok orang lain.
Orang/kelompok orang yang berpandangan seperti ini bersifat sombong, congkak, dan arogan seraya mencibir, mengolok-olok, mencemooh, melecehkan, dan merendahkan orang-orang dari suku, etnis, atau ras lain.
Alquran empat belas setengah abad silam sudah mencegah dan melarang ucapan, perilaku, dan perbuatan rasis-rasialis ini. Di hadapan Allah, derajat manusia adalah sama. Allah melarang keras manusia berbuat rasis dan berperilaku rasialis: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (kaum yang diperolok-olok itu) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olok perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan yang diperolok-olok itu lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan janganlah memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman (QS Al-Hujurat: 11).
Rasisme pernah terjadi di masa Arab pra-Islam (jahiliyah). Kabilah-kabilah Arab tertentu mengklaim diri mereka lebih dalam berbagai hal, lebih tinggi derajat mereka, dan lebih mulia dari kabilah-kabilah Arab yang lain. Kabilah Arab yang merasa super ini melecehkan, merendahkan, dan menguasai kabilah Arab lain yang mereka pandang rendah.
Nabi Muhammad SAW berhasil melenyapkan segala bentuk rasisme. Setelah melaksanakan haji wada’, Nabi dalam khotbahnya menegaskan tidak ada perbedaan antara ras Arab dan ras non-Arab ('ajam).
Rasisme dapat menimbulkan akibat fatal yang tidak dikehendaki. Contohnya adalah kerusuhan yang meletus di Papua beberapa waktu lalu. Kerusuhan di Papua mengakibatkan terjadinya perusakan dan pembakaran di beberapa kota, termasuk di Sorong. Pemicunya berawal dari dugaan ucapan rasis-rasialis terhadap mahasiswa asal Papua yang sedang belajar di Surabaya (Jawa Timur).Insiden di Jawa Timur tersebut menyulut emosi masyarakat Papua. Akibatnya, meletus demonstrasi massa besar-besaran yang berujung pada perusakan dan pembakaran yang menyebabkan banyak kerugian.
Derajat manusia di hadapan Tuhan adalah sama dan yang membedakannya hanyalah kadar dan kualitas takwanya. Rasisme harus dicela, dicegah, dilawan, dan diberantas. Perbedaan ras, suku, dan etnis bukan untuk saling merendahkan, tetapi harus diterima sebagai keberagaman untuk saling mengenal dan menghargai.
Guru Besar Pascasarjana FIAI
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Sudah menjadi ketetapan hukum Allah (sunnatullah) bahwa manusia di dunia ini diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Terdapat kelompok manusia (suku) yang diidentifikasi berasal dari keturunan yang sama dan mempunyai ciri-ciri fisik yang sama pula.
Kelompok suku yang berasal dari keturunan sama dengan ciri-ciri fisik yang sama ini disebut ras. Jenis ras ini tidak sama dengan jenis ras lain yang mempunyai ciri-ciri fisik yang berbeda. Mengutip Patrick Hans dalam Encyclopedic World Dictionary (terbitan Librairie du Liban, Beirut, 1974, hlm 1.289), ras (race) adalah (1) a group of persons connected by common descent, blood, and heredity; (2) a group of tribes or peoples forming an ethnic stock; (3) the distinguishing characterisstcs of special ethnic stock; (4) the state of belonging to certain ethnic stock.
Artinya: (1) sekelompok orang yang dihubungkan dengan kesamaan keturunan dan pertalian darah secara turun-temurun; (2) sekelompok orang yang membentuk suatu keturunan etnik; (3) ciri-ciri khas yang terdapat pada keturunan etnis yang bersifat khusus; (4) suatu keadaan yang terdapat pada keturunan etnik tertentu.
Paling tidak, di dunia ini terdapat tiga jenis ras, yaitu ras Mongolid dengan ciri berkulit kuning, ras Negroid dengan ciri berkulit hitam, dan ras Kaukasoid dengan ciri berkulit putih. Keragaman ras dengan ciri-ciri fisik yang berbeda-beda itu merupakan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah agar manusia bisa saling mengenal satu sama lain.
Dalam Alquran Surat Al-Hujurat ayat 13 Allah berfirman: "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu kenal mengenal."
Jadi keberagaman ras dan kebinekaan bangsa, etnis, dan suku yang ditandai dengan perbedaan warna kulit dan rambut merupakan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah dalam menciptakan manusia.
Pluralitas ras dan keberagaman bangsa, suku, dan etnis harus diterima sebagai realitas sosial yang Allah maksudkan sebagai ciri-ciri fisik agar manusia saling mengenal satu sama lain. Setelah saling kenal melalui keberagaman ciri-ciri fisiknya, manusia tentu menjalin kedekatan, persahabatan, perdamaian, kerja sama, toleransi, dan kerukunan.
Keberadaan ras, bangsa, suku, dan etnis dengan perbedaan ciri-ciri fisik yang merupakan sunnatullah ini harus diterima oleh umat manusia sebagai realitas keberagaman sosial dan realitas kebinekaan kultural. Ide persamaan dan prinsip kesamaan derajat manusia sangat ditekankan dan diajarkan oleh Allah dalam Alquran.
Racism No
Race yes, tetapi racism no. Mengapa rasisme harus dicegah, ditolak, dan tidak dapat dibenarkan untuk dilakukan? Karena rasisme/rasialisme sebagaimana didefinisikan oleh Patrick Hans dalam kamus di atas: (1) the belief that human being races have distinctive characteristics which determine their cultures, usually involving the idea that one’s own race is superior and has the right to rule or dominate others; (2) offensive or aggressive behaviour to members of another race stemming from such a belief; (3) a policy or system of government and society based upon it.
Artinya: (1) kepercayaan bahwa sekelompok ras manusia mempunyai karakteristik khas yang menentukan kebudayaan mereka, biasanya melibatkan ide bahwa kebudayaan mereka lebih super dan memiliki hak untuk memerintah atau menguasai kebudayaan lain; (2) perilaku ofensif atau agresif terhadap kelompok ras lain yang ditimbulkan oleh kepercayaan seperti itu; (3) suatu kebijakan atau sistem pemerintahan dan masyarakat yang didasarkan pada kepercayaan seperti itu.
Dari definisi sebagaimana dikemukakan oleh Patrick Hans di atas, dapat disimpulkan bahwa rasisme/rasialisme adalah paham, cara berpikir, dan pandangan dari seseorang/sekelompok orang (ras, etnis, atau suku) yang merasa dan mengklaim diri mereka lebih super, lebih bermartabat, lebih terhormat, lebih tinggi derajatnya, dan lebih mulia dari orang/kelompok orang lain.
Orang/kelompok orang yang berpandangan seperti ini bersifat sombong, congkak, dan arogan seraya mencibir, mengolok-olok, mencemooh, melecehkan, dan merendahkan orang-orang dari suku, etnis, atau ras lain.
Alquran empat belas setengah abad silam sudah mencegah dan melarang ucapan, perilaku, dan perbuatan rasis-rasialis ini. Di hadapan Allah, derajat manusia adalah sama. Allah melarang keras manusia berbuat rasis dan berperilaku rasialis: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (kaum yang diperolok-olok itu) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olok perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan yang diperolok-olok itu lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan janganlah memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman (QS Al-Hujurat: 11).
Rasisme pernah terjadi di masa Arab pra-Islam (jahiliyah). Kabilah-kabilah Arab tertentu mengklaim diri mereka lebih dalam berbagai hal, lebih tinggi derajat mereka, dan lebih mulia dari kabilah-kabilah Arab yang lain. Kabilah Arab yang merasa super ini melecehkan, merendahkan, dan menguasai kabilah Arab lain yang mereka pandang rendah.
Nabi Muhammad SAW berhasil melenyapkan segala bentuk rasisme. Setelah melaksanakan haji wada’, Nabi dalam khotbahnya menegaskan tidak ada perbedaan antara ras Arab dan ras non-Arab ('ajam).
Rasisme dapat menimbulkan akibat fatal yang tidak dikehendaki. Contohnya adalah kerusuhan yang meletus di Papua beberapa waktu lalu. Kerusuhan di Papua mengakibatkan terjadinya perusakan dan pembakaran di beberapa kota, termasuk di Sorong. Pemicunya berawal dari dugaan ucapan rasis-rasialis terhadap mahasiswa asal Papua yang sedang belajar di Surabaya (Jawa Timur).Insiden di Jawa Timur tersebut menyulut emosi masyarakat Papua. Akibatnya, meletus demonstrasi massa besar-besaran yang berujung pada perusakan dan pembakaran yang menyebabkan banyak kerugian.
Derajat manusia di hadapan Tuhan adalah sama dan yang membedakannya hanyalah kadar dan kualitas takwanya. Rasisme harus dicela, dicegah, dilawan, dan diberantas. Perbedaan ras, suku, dan etnis bukan untuk saling merendahkan, tetapi harus diterima sebagai keberagaman untuk saling mengenal dan menghargai.
(rhs)