Camp 35 Yala, Sembuhkan Pecandu Narkoba dalam Waktu 35 Hari
A
A
A
THAILAND - Peredaran dan penyalahgunaan narkoba merupakan masalah serius yang dihadapi semua negara di dunia, termasuk Thailand. Untuk mengatasi persoalan tersebut, selain memperketat penjagaan di wilayah perbatasan, Pemerintah Thailand juga mendirikan Camp 35.
Camp atau pusat rehabilitasi yang berada dalam markas militer di Provinsi Yala, Thailand Selatan ini diperuntukkan bagi para pengedar dan pengguna narkoba yang umumnya adalah anak-anak muda. Dipilihnya markas militer sebagai tempat rehabilitasi karena dinilai aman, tidak mendapat gangguan, mudah diawasi dan memiliki fasilitas yang lengkap sehingga mereka merasa aman saat mengikuti rehab selama 35 hari.
Asisstent District Chief Officer, Chakrit Jara-ae menjelaskan, pembentukkan Camp 35 ini bertujuan untuk mengembalikan para pecandu narkoba agar bisa kembali hidup normal di masyarakat. "Ini merupakan salah satu kegiatan untuk mengembangkan dan memberdayakan anak-anak muda yang merupakan generasi bangsa," katanya, Kamis (5/9/2019).
Saat ini, tercatat ada sebanyak 60 orang yang mengikuti kegiatan di Camp 35. Tidak ada perempuan dalam camp ini, mereka yang mengikuti rehabilitasi seluruhnya adalah laki-laki. Mayoritas dari mereka beragama Islam yakni, 46 orang sedangkan sisanya beragama Budha.
Karena 90% muslim, maka kegiatan dilakukan sejak pagi hari mulai dari bangun pagi, salat subuh, olahraga, makan, mengikuti pengajian dan sebagainya. Termasuk pelatihan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan dan pengetahuan tentang hukum dari aparat kepolisian.
”Sore hari ada kegiatan olahraga, ada juga kerajinan. Kegiatan itu diulang setiap hari supaya kalau mereka keluar dari sini ada bekal keterampilan. Ini dilakukan selama 35 hari, setelah itu selesai pelatihannya,” ujarnya.
Mereka yang datang ke camp ini, kata dia, ada yang kesadaran sendiri, namun ada juga yang diserahkan oleh orang tuanya kepada tim di lapangan yang sedang bertugas memberikan pemahaman mengenai bahaya narkoba di masyarakat.
”Mereka (tim) turun ke lapangan bertemu orang tua. Ada juga orang tua yang mengakui dan menyatakan kalau anaknya pecandu narkoba. Selanjutnya, anaknya dibawa ke camp ini untuk mengikuti rehabilitasi,” katanya.
Ketika bertemu masyarakat, petugas menggunakan pendekatan emosional kepada orang tua dan anak-anak muda dalam memberikan penjelasan mengenai kegiatan di Camp 35. "Setelah tertarik, akhirnya mereka mendaftar sendiri. Mereka disadarkan bahwa mereka adalah tulang punggung negara. Jadi mereka merasa dihargai dan punya harga diri dan akhirnya mereka ikut rehabilitasi,” katanya.
Ni Aziz (26), salah seorang peserta rehabiltasi mengaku senang karena banyak pemuda yang ingin mengubah kehidupannya menjadi lebih baik lagi. Apalagi, para guru di Camp 35 ini selalu berupaya membentuk dan melatih anak-anak muda menjadi pemimpin negara di masa yang akan datang.
”Saya bangga, bapak telah datang mengunjungi kami, saya seperti bermimpi. Saya sangat berterima kasih. Saya terlibat narkoba karena terpengaruh pergaulan. Setelah ada surat, saya dengan ikhlas datang ke sini,” ujarnya.
Camp atau pusat rehabilitasi yang berada dalam markas militer di Provinsi Yala, Thailand Selatan ini diperuntukkan bagi para pengedar dan pengguna narkoba yang umumnya adalah anak-anak muda. Dipilihnya markas militer sebagai tempat rehabilitasi karena dinilai aman, tidak mendapat gangguan, mudah diawasi dan memiliki fasilitas yang lengkap sehingga mereka merasa aman saat mengikuti rehab selama 35 hari.
Asisstent District Chief Officer, Chakrit Jara-ae menjelaskan, pembentukkan Camp 35 ini bertujuan untuk mengembalikan para pecandu narkoba agar bisa kembali hidup normal di masyarakat. "Ini merupakan salah satu kegiatan untuk mengembangkan dan memberdayakan anak-anak muda yang merupakan generasi bangsa," katanya, Kamis (5/9/2019).
Saat ini, tercatat ada sebanyak 60 orang yang mengikuti kegiatan di Camp 35. Tidak ada perempuan dalam camp ini, mereka yang mengikuti rehabilitasi seluruhnya adalah laki-laki. Mayoritas dari mereka beragama Islam yakni, 46 orang sedangkan sisanya beragama Budha.
Karena 90% muslim, maka kegiatan dilakukan sejak pagi hari mulai dari bangun pagi, salat subuh, olahraga, makan, mengikuti pengajian dan sebagainya. Termasuk pelatihan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan dan pengetahuan tentang hukum dari aparat kepolisian.
”Sore hari ada kegiatan olahraga, ada juga kerajinan. Kegiatan itu diulang setiap hari supaya kalau mereka keluar dari sini ada bekal keterampilan. Ini dilakukan selama 35 hari, setelah itu selesai pelatihannya,” ujarnya.
Mereka yang datang ke camp ini, kata dia, ada yang kesadaran sendiri, namun ada juga yang diserahkan oleh orang tuanya kepada tim di lapangan yang sedang bertugas memberikan pemahaman mengenai bahaya narkoba di masyarakat.
”Mereka (tim) turun ke lapangan bertemu orang tua. Ada juga orang tua yang mengakui dan menyatakan kalau anaknya pecandu narkoba. Selanjutnya, anaknya dibawa ke camp ini untuk mengikuti rehabilitasi,” katanya.
Ketika bertemu masyarakat, petugas menggunakan pendekatan emosional kepada orang tua dan anak-anak muda dalam memberikan penjelasan mengenai kegiatan di Camp 35. "Setelah tertarik, akhirnya mereka mendaftar sendiri. Mereka disadarkan bahwa mereka adalah tulang punggung negara. Jadi mereka merasa dihargai dan punya harga diri dan akhirnya mereka ikut rehabilitasi,” katanya.
Ni Aziz (26), salah seorang peserta rehabiltasi mengaku senang karena banyak pemuda yang ingin mengubah kehidupannya menjadi lebih baik lagi. Apalagi, para guru di Camp 35 ini selalu berupaya membentuk dan melatih anak-anak muda menjadi pemimpin negara di masa yang akan datang.
”Saya bangga, bapak telah datang mengunjungi kami, saya seperti bermimpi. Saya sangat berterima kasih. Saya terlibat narkoba karena terpengaruh pergaulan. Setelah ada surat, saya dengan ikhlas datang ke sini,” ujarnya.
(whb)