PDIP: Kepala Daerah Kami Dididik, Bukan Bajakan dari Parpol Lain

Senin, 05 Agustus 2019 - 20:12 WIB
PDIP: Kepala Daerah...
PDIP: Kepala Daerah Kami Dididik, Bukan Bajakan dari Parpol Lain
A A A
JAKARTA - Keberhasilan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memenangi dua pemilu berturut-turut dinilai tak bisa dilepaskan dari sistem organisasi yang dibangun dengan menempatkan kader kepala daerah yang terbaik.

Langkah kaderisasi itu kemudian diinstitusionalkan dalam sekolah partai yang berlangsung hingga saat ini.

Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto dalam diskusi bertajuk Kesiapan PDI Perjuangan menuju Pilkada 2020 dan Testimoni Para Kepala Daerah yang digelar di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta, Senin (5/8/2019).

Hasto menceritakan awal perjalanan PDIP ketika berada di luar pemerintahan pada tahun 2004. Menurut Hasto, pihaknya mulai pada 2005 memfungsikan platfom pemerintahan daerah dengan mengumpulkan para kepala daerah yang berprestasi.

"Termasuk Pak Jokowi. Hasilnya Hasta Prasetya yang pada 2010 menjadi Dasa Prasetya partai," kata Hasto saat membuka diskusi.

Dari situ, lanjut Hasto, PDIP kemudian gencar menggelar kegiatan sekolah partai dengan cara menghadirkan kepala daerah berprestasi dari PDIP untuk menjadi narasumber. Bahkan, PDIP juga mengundang kepala daerah di luar partainya seperti Ridwan Kamil untuk berbagi pengalaman.

"Inilah upaya kami menampilkan wajah politik yang membangun peradaban lewat mencetak kader partai yang baik. Kepala daerah kami itu dididik, bukan kepala daerah yang dibajak dari parpol lain. Ini akhirnya menghasilkan kerja yang baik juga. Kami memeroleh hasil baik di pilkada yang senapas dengan pemilu legislatif dan pilpres," tutur Hasto.

Senada dengan Hasto, Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDIP, Bambang DH mengatakan partainya terus memperbaiki pola-pola rekrutmen calon kepala daerah sekaligus pola kaderisasi.

Berbagai disiplin ilmu diterapkan seperti psikotest, fit and proper test, hingga pelatihan-pelatihan."Kita cek semuanya. Dari ideologinya, pemahaman atas wilayah yang dipimpin, dan komitmen terhadap Konstitusi negara kita," tutur Bambang.

Hasilnya, sambung dia, PDIP memenangkan 50,37% pilkada serentak, dan hasilnya menjadi modal memenangkan pertarungan Pilpres lalu. Kata Bambang, di kongres V di Bali pada 8-10 Agustus mendatang, partainya akan membahas kembali cara mengoreksi sehingga sistem yang ada semakin sempurna.

"Itu nanti akan kita tentukan di kongres," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Poltracking Hanta Yudha mengakui pada Pemilu 2019, PDIP adalah partai yang paling solid mendukung pasangan Jokowi-KH Ma'ruf Amin sekaligus berhasil mencatat rekor sebagai partai politik (Parpol) pemenang pemilu dua kali berturut-turut.

"Data survei kami, pemilih paling solid dari Pak Jokowi, yang angkatnya di atas 95 persen adalah PDI Perjuangan. Begitu pun di pasangan 02, paling solid adalah Gerindra. Nah kalau Nasdem, dan Golkar relatif terbelah, tak terlalu kuat soliditasnya," kata Hanta Yudha.

Hanta menilai tingkat pelembagaan ataui institusionalisasi parpol terkuat di Indonesia dipegang oleh PDIP. Sangat solid karena nyaris tanpa ada pertumbukan antarfaksi. Selain itu, PDIP punya figur kuat dalam wujud Megawati sebagai jangkar utama soliditas. Figur Jokowi menjadi pemberi credit poin, dan para kepala daerahnya.

Hadir dalam diskusi tersebut, empat kepala daerah berperestasi yang diusung DPP PDI Perjuangan (PDIP). Yakni Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, Walikota Semarang Hendrar Prihadi, Bupati Puncak Willem Wandik, dan Bupati Boven Digul Benediktus Tambonop. Dari Unsur DPP PDIP hadir Bambang DH. Sementara Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yudha.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0769 seconds (0.1#10.140)