Indonesia Ajak Dunia Internasional Dorong Penghapusan Kekerasan Anak
A
A
A
NEW YORK - Indonesia menyuarakan penghapusan kekerasan anak dalam forum internasional. Forum tersebut bertajuk The Global Partnership to End Violence Against Children dan The Side Event Of The High-Level Political Forum 2019 “Safe To Learn Leaders Event”.
Acara ini merupakan rangkaian kegiatan di New York, Amerika Serikat yang diikuti 47 negara, di antaranya Meksiko, Gana, dan Oman. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise menegaskan pentingnya kemitraan global dalam upaya penghapusan kekerasan terhadap anak.
“Kekerasan dalam bentuk apa pun tetap menjadi tantangan terbesar bagi anak-anak secara global. Hal serupa juga terjadi pada anak-anak Indonesia yang tidak hanya mengalami kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan emosional: diabaikan, diintimidasi, dan didiskriminasi,” katanya melalui siaran pers yang diterima SINDOnews, Kamis (18/7/2019).
Yohana mengatakan Pemerintah Indonesia berkomitmen mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDG's) poin 16.2. Yani mengakhiri pelecehan, eksploitasi, perdagangan dan semua bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap anak-anak.
“Studi analisis kami menunjukkan bahwa faktor kunci kekerasan terhadap anak adalah kemiskinan, rendahnya kesadaran akan penegakan hukum, pergeseran paradigma pengasuhan anak dan kekerasan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, kami berencana untuk meninjau ulang kebijakan dan peraturan yg telah dikeluarkan, serta memasukkan unsur kekerasan psikis/emosional,” ujarnya.
Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja 2018 (SNPHAR 2018) menyebutkan, 2 dari 3 anak dan remaja perempuan dan laki-laki di Indonesia pernah mengalami kekerasan sepanjang hidupnya. Mayoritas kekerasan dilakukan oleh teman sebaya.
“Kami ingin mengusulkan Kemitraan Global untuk meningkatkan kolaborasi dengan menciptakan jaringan dan terlibat dengan ASEAN Commission on Promotion and Protection of the Rights and Women and Children (ACWC). ACWC telah memfasilitasi Deklarasi ASEAN untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak, dengan bidang-bidang fokus, seperti perdagangan anak dan pornografi anak,” lanjut Yohana.
Menurut Yohana, kemitraan global dapat mempromosikan strategi untuk melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan, khususnya sektor swasta. “Sehingga, kami dapat memperluas kemitraan potensial dengan para donatur dan organisasi di sektor teknologi dan industri hiburan,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu Yohana juga menyetujui usulan Uni Emirat Arab (UAE) agar Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan terkait upaya untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak di ke depan.
Acara ini merupakan rangkaian kegiatan di New York, Amerika Serikat yang diikuti 47 negara, di antaranya Meksiko, Gana, dan Oman. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise menegaskan pentingnya kemitraan global dalam upaya penghapusan kekerasan terhadap anak.
“Kekerasan dalam bentuk apa pun tetap menjadi tantangan terbesar bagi anak-anak secara global. Hal serupa juga terjadi pada anak-anak Indonesia yang tidak hanya mengalami kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan emosional: diabaikan, diintimidasi, dan didiskriminasi,” katanya melalui siaran pers yang diterima SINDOnews, Kamis (18/7/2019).
Yohana mengatakan Pemerintah Indonesia berkomitmen mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDG's) poin 16.2. Yani mengakhiri pelecehan, eksploitasi, perdagangan dan semua bentuk kekerasan dan penyiksaan terhadap anak-anak.
“Studi analisis kami menunjukkan bahwa faktor kunci kekerasan terhadap anak adalah kemiskinan, rendahnya kesadaran akan penegakan hukum, pergeseran paradigma pengasuhan anak dan kekerasan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, kami berencana untuk meninjau ulang kebijakan dan peraturan yg telah dikeluarkan, serta memasukkan unsur kekerasan psikis/emosional,” ujarnya.
Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja 2018 (SNPHAR 2018) menyebutkan, 2 dari 3 anak dan remaja perempuan dan laki-laki di Indonesia pernah mengalami kekerasan sepanjang hidupnya. Mayoritas kekerasan dilakukan oleh teman sebaya.
“Kami ingin mengusulkan Kemitraan Global untuk meningkatkan kolaborasi dengan menciptakan jaringan dan terlibat dengan ASEAN Commission on Promotion and Protection of the Rights and Women and Children (ACWC). ACWC telah memfasilitasi Deklarasi ASEAN untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak, dengan bidang-bidang fokus, seperti perdagangan anak dan pornografi anak,” lanjut Yohana.
Menurut Yohana, kemitraan global dapat mempromosikan strategi untuk melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan, khususnya sektor swasta. “Sehingga, kami dapat memperluas kemitraan potensial dengan para donatur dan organisasi di sektor teknologi dan industri hiburan,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu Yohana juga menyetujui usulan Uni Emirat Arab (UAE) agar Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan terkait upaya untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak di ke depan.
(poe)