Jubir TKN: Survei Kaleng-kaleng Biasa Jelang Pemilu
A
A
A
JAKARTA - Hasil survei Litbang Kompas ditanggapi santai oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin. Juru Bicara TKN Arya Sinulingga mengatakan, semakin mendekati waktu pemilu akan semakin bermuculan beragam hasil survei yang kredibel maupun abal-abal.
Dia mengaku tak mempersoalkannya secara serius. "Menjelang pemilu biasa bermunculan hasil survei yang asli maupun yang kaleng-kaleng. Jadi apa pun hasilnya tak terlalu mempengaruhi kami karena fakta justru menunjukkan pasangan 01 semakin jauh meninggalkan 02," ujar Arya, Rabu (20/3/2019).
Arya menyerahkan kepada masyarakat untuk menilai sendiri mana lembaga survei yang faktual mana yang kaleng-kaleng. Menurutnya masyarakat sudah cerdas dan bisa menilai.
Sebab, kata Arya, masyarakat pun masih ingat peristiwa yang terjadi pada Pemilu 2014. "Kita tentu masih ingat ada lembaga survei yang memberikan hasil yang menyesatkan, sehingga ada calon presiden dan timnya yang tertipu hingga sujud syukur," ucap Arya.
Terkait dengan hasil survei Kompas, menurut Arya ada anomali besar. Sebab fakta yang diungkap mayoritas lembaga survei lain malah menunjukkan bahwa pasangan nomor urut 01 akan menang tebal pada Pilpres 2019.
Berbeda dengan survei Kompas, hasil survei sejumlah lembaga seperti LSI, SMRC, Cyrus Network, dan Indikator Politik malah menunjukkan keunggulan jauh Jokowi-Ma'ruf di atas 50%. Hasil ini bahkan diperkuat hasil survei lembaga independen internasional, Roy Morgan yang menunjukkan Jokowi unggul 58% berbanding Prabowo yang hanya meraih 42% suara.
Walau begitu Arya tetap menggariskan bahwa survei Kompas tetap menegaskan keunggulan pasangan 01 atas 02 yang mencapai double digit. "Angka ekstrapolasi Kompas 46,8 persen adalah angka kemenangan 01 paling pesimis," kata Arya.
Keyakinan itu juga tak terlepas kenyataan bahwa di kantong suara pasangan 02 justru suara pasangan 01 semakin meroket. Fakta nyata yang sulit dibantah adalah hasil Pilkada Jawa Barat yang menunjukkan kemenangan pasangan yang diusung parpol pro pemerintah.
Tapi dia memaklumi adanya perbedaan hasil survei Kompas dengan lembaga lain. Sebab Kompas sejatinya memang bukan lembaga yang berangkat sebagai sebuah institusi survei politik melainkan media massa.
"Kami menyadari setiap survei pasti memiliki tingkat subjektivitas dan objektivitasnya masing-masing. Mulai dari jumlah sampling, sebaran wilayah, dan tentunya siapa yang mendanai survei itu," jelas Arya.
Meski tak sesuai fakta di lapangan, dia melihat bahwa hasil survei ini justru baik untuk semakin meningkatkan semangat dan kerja keras. Namun Arya berpesan kepada lembaga survei agar tidak memberikan harapan palsu kepada pasangan capres 02.
"Jangan sampai ada kembali yang tertipu dan melakukan sujud syukur yang tertukar untuk kedua kalinya," tutup Arya.
Dia mengaku tak mempersoalkannya secara serius. "Menjelang pemilu biasa bermunculan hasil survei yang asli maupun yang kaleng-kaleng. Jadi apa pun hasilnya tak terlalu mempengaruhi kami karena fakta justru menunjukkan pasangan 01 semakin jauh meninggalkan 02," ujar Arya, Rabu (20/3/2019).
Arya menyerahkan kepada masyarakat untuk menilai sendiri mana lembaga survei yang faktual mana yang kaleng-kaleng. Menurutnya masyarakat sudah cerdas dan bisa menilai.
Sebab, kata Arya, masyarakat pun masih ingat peristiwa yang terjadi pada Pemilu 2014. "Kita tentu masih ingat ada lembaga survei yang memberikan hasil yang menyesatkan, sehingga ada calon presiden dan timnya yang tertipu hingga sujud syukur," ucap Arya.
Terkait dengan hasil survei Kompas, menurut Arya ada anomali besar. Sebab fakta yang diungkap mayoritas lembaga survei lain malah menunjukkan bahwa pasangan nomor urut 01 akan menang tebal pada Pilpres 2019.
Berbeda dengan survei Kompas, hasil survei sejumlah lembaga seperti LSI, SMRC, Cyrus Network, dan Indikator Politik malah menunjukkan keunggulan jauh Jokowi-Ma'ruf di atas 50%. Hasil ini bahkan diperkuat hasil survei lembaga independen internasional, Roy Morgan yang menunjukkan Jokowi unggul 58% berbanding Prabowo yang hanya meraih 42% suara.
Walau begitu Arya tetap menggariskan bahwa survei Kompas tetap menegaskan keunggulan pasangan 01 atas 02 yang mencapai double digit. "Angka ekstrapolasi Kompas 46,8 persen adalah angka kemenangan 01 paling pesimis," kata Arya.
Keyakinan itu juga tak terlepas kenyataan bahwa di kantong suara pasangan 02 justru suara pasangan 01 semakin meroket. Fakta nyata yang sulit dibantah adalah hasil Pilkada Jawa Barat yang menunjukkan kemenangan pasangan yang diusung parpol pro pemerintah.
Tapi dia memaklumi adanya perbedaan hasil survei Kompas dengan lembaga lain. Sebab Kompas sejatinya memang bukan lembaga yang berangkat sebagai sebuah institusi survei politik melainkan media massa.
"Kami menyadari setiap survei pasti memiliki tingkat subjektivitas dan objektivitasnya masing-masing. Mulai dari jumlah sampling, sebaran wilayah, dan tentunya siapa yang mendanai survei itu," jelas Arya.
Meski tak sesuai fakta di lapangan, dia melihat bahwa hasil survei ini justru baik untuk semakin meningkatkan semangat dan kerja keras. Namun Arya berpesan kepada lembaga survei agar tidak memberikan harapan palsu kepada pasangan capres 02.
"Jangan sampai ada kembali yang tertipu dan melakukan sujud syukur yang tertukar untuk kedua kalinya," tutup Arya.
(kri)