Ketangguhan Pakde dan Keuletan Bude

Jum'at, 15 Maret 2019 - 13:15 WIB
Ketangguhan Pakde dan...
Ketangguhan Pakde dan Keuletan Bude
A A A
Edi Purwanto
Wartawan SINDOnews

PAKDE kata singkatan dari bapak gede. Artinya bapak gede alias pakde, kakak dari orang tua-orang tua kita. Kalau adiknya bapak disebut paklik, bapak cilik. Demikian pula dengan sapaan bude. Ibu gede. Begitu utak-atik orang Jawa.

Dulu Pakde sekarang Bude. Setahun yang lalu, slogan itu sudah terdengar dalam kampanye Bude Khofifah Indar Parawansa. Bersama Paklik Emil Elestianto Dardak-karena jauh lebih muda dari Pakde Karwo, Bude Khofifah benar-benar ngoyo untuk menang.

Dua kali maju menjadi calon gubernur pada 2008, dan 2013, bukan perkara mudah untuk maju ketiga kalinya. Butuh tekad dan modal yang kuat agar terpilih.

Suara-suara sumbang di bawah waktu itu melihat Bude Khofifah terlihat ambisius. Demikian pula dengan Paklik Emil. Karena Bude pada waktu itu gagal dua kali. Sedangkan Paklik Emil hitungannya juga baru menjabat sebagai Bupati Trenggalek.

Tapi karena para pemimpin partai sudah berkehendak apalah artinya suara rakyat. Bude Khofifah dan Paklik Emil akhirnya bersanding mau melawan Gus Ipul dan Bulik Puti.

Pada Pilgub 2008, Bude berpasangan dengan mantan Pangdam V/Brawijaya Mudjiono. Pilgub berjalan dua putaran. Pasangan yang disingkat KaJi ini kandas melawan Pakde Karwo dan Gus Ipul. KarSa meraup suara 7.729.944 (50,20%), dan KaJi meraup 7.669.721 (48,80%).

Bude Khofifah menggugat ke MK dan berbuah keputusan putaran ketiga, yaitu pemungutan ulang di Sampang dan Bangkalan. Hasil akhirnya, KarSa menang dengan 50,11 persen suara sementara Ka-Ji dengan 49,89 suara.

Bude Khofifah lagi-lagi tak gentar menghadapi persaingan Pilgub 2013. Kala itu, Bude Khof menggandeng mantan Kapolda Jatim Irjen Pol Herman S Sumawiredja. Kali ini Bude Khof kembali harus menelan pil pahit.

Bersaing dengan KarSa, Pakde Bambang DH (BDH)-Said Abdullah, Bude Khof tetap berhasil membentengi suara pendukungnya. Pakde KaRsa meraup 8.195.816, sementara suara Bude Khof mengalami penurunan sekitar 1 juta suara dari 7.729.944 menjadi 6.525.015. Adapun pakde BDH mengumpulkan suara 2.200.069.

Keuletan Bude Khof dalam mengamankan modal suara (muslimat NU/ibu-ibu) kembali terbukti. Kali ini, suara yang dulunya mengalir ke KarSa terpecah. Sebagian besar mengalir ke Bude Khof dengan Paklik Emil, sisanya mengalir ke Gus Ipul. Pada Pilgub 2018, Bude Khof mengumpulkan 10.465.218 suara, sementara Gus Ipul berhasil 9.076.014. Pakde dengan ketangguhannya berhasil meredam dua kali Bude Khof.

Walaupun pada akhirnya, Demokrat juga menyerahkan suaranya kepada Bude Khofifah pada 2018. Kemenangan bude ini juga bisa ditengarai karena peran besar Pakde Karwo.

Sangat gamblang, pertarungan Pakde dan Bude menguras pikiran, tenaga dan dana. Bila dijumlahkan, dana yang dikeluarkan untuk Pilgub 2008, 2013, dan 2018, bisa menyentuh Rp3 triliun. Pada Pilgub 2008 yang berlangung tiga putaran menelan Rp800 miliar, 2013 menyentuh angka Rp943 miliar. Dan yang terakhir pada 2018 dianggarkan Rp1,2 triliun.

Pakde Karwo dan Bude Khof -tanpa mengurangi rasa hormat kepada Gus Ipul- adalah putra-putri terbaik Jawa Timur. Pakde Karwo secara langsung mengajarkan kesabaran, ketangguhan, kepada masyarakat Jawa Timur. Sementara Bude Khof mengajaran keuletan seorang ibu. Ibarat besi cor, Bude Khof ulet tidak bisa dipatahkan.

Mungkin ada deal antara Pakde dengan Bude. Kita tidak tahu. Mungkin itu rahasia antara Pakde dan Bude. Tapi keduanya telah mengajarkan karakter sejati rakyat Jawa Timur. Mereka harus tangguh dan ulet. Jangan gampang menyerah dalam mengejar cita-cita. Matur nuwun Pakde. Saiki wayahe Bude menepati janji-janjinya. Selamat bekerja.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0758 seconds (0.1#10.140)