Mencari Penyebab Kereta Terguling
A
A
A
PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) terus bekerja keras memulihkan jalur kereta commuter line atau KRL setelah terjadi musibah kecelakaan kereta terguling di daerah Kebon Pedes, Kota Bogor, Jawa Barat kemarin. Kerja keras hingga tadi malam terus dilakukan agar pelayanan terhadap masyarakat pengguna KRL bisa kembali dioptimalkan. Gerbong kereta rute Jatinegara - Bogor terguling di Kebon Pedes, Bogor , antara Stasiun Bogor dan Stasiun Cilebut siang kemarin. Dalam kejadian itu penumpang terluka sebanyak 17 orang. Penyebab kecelakaan tersebut masih diinvestigasi.
Kasus kereta terguling jelang Stasiun Bogor ini menyebabkan ribuan penumpang KRL kemarin gagal diangkut. Masyarakat yang hendak menuju Bogor maupun dari Bogor yang hendak menuju Jakarta terpaksa menggunakan moda transportasi lain.
Kasus kereta terguling ini merupakan yang kesekian kalinya terjadi. Ini kembali menyadarkan kita bahwa moda transportasi yang paling aman dan minim risiko kecelakaan seperti KRL pun bisa saja mengalami musibah. Publik kini menanti apa sesungguhnya yang menyebabkan kecelakaan yang mengakibatkan sejumlah gerbong KRL tersebut rusak parah. Investigasi sangat penting dilakukan karena dari hasilnya nanti akan diketahui penyebab kereta terguling. Hasil itu sekaligus akan jadi bahan evaluasi demi mencegah kejadian serupa berulang. Hasil dari investigasi perlu segera dijelaskan ke publik dan dilakukan dengan transparan.
Ada dua hal yang ditengarai jadi pemicu kecelakaan KRL ini, bisa karena faktor internal, bisa pula eksternal. Juru bicara PT KCI Eva Chairunisa menyebut faktor internal memungkinkan terjadi karena human error atau gangguan jaringan aliran listrik atau persinyalan. Dalam beberapa kasus sebelumnya gangguan bisa dideteksi dengan cepat dan bisa diinformasikan kepada pihak stasiun atau penumpang.
Faktor eksternal antara lain bencana alam atau sabotase oleh pihak lain semisal menaruh benda berupa balok atau benda berbahaya lain di badan rel yang bisa menjadi penghalang. Saat kereta melindas penghalang ini, di situlah kecelakaan bisa terjadi. Untuk mencegah hal ini terjadi lagi, uji kelayakan secara berkala terhadap jalur rel mutlak dilakukan. Uji kelaikan dilakukan oleh Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
Di lain pihak Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri menegaskan bahwa uji kelaikan dilaksanakan secara berkala. Namun, apa pun itu, yang terpenting adalah mengungkap penyebab kecelakaan tersebut. Dari situ dirumuskan strategi jangka panjang agar musibah seperti ini tak terulang lagi. Untuk saat ini KRL menjadi andalan untuk mengangkut penumpang. Kapasitas penggunaan KRL saat ini mencapai sekitar 1,2 juta per harinya. Ke depan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut bahwa penumpang KRL mendatang akan meningkat menjadi 1,5 juta hingga 2 juta penumpang dalam sehari. Berdasarkan data PT KCI jumlah penumpang KRL sepanjang 2017 lalu mencapai 315,8 juta orang.
Saat ini yang perlu didorong adalah percepatan pemulihan jalur KRL, termasuk mengangkat badan gerbong yang terguling. Bagaimanapun KRL merupakan moda transportasi andalan bagi warga Jabodetabek dalam melakukan mobilitas sehari-hari. Hari ini rencananya jalur KRL sudah kembali beroperasi setelah dilakukan pemulihan oleh pekerja siang malam.
Selain itu investigasi menyeluruh mesti dilakukan untuk mengungkap penyebab kecelakaan. Apalagi ini pertama kalinya insiden kecelakaan kereta melibatkan tiang listrik aliran atas (LLA) yang roboh. Investigasi harus mengungkap penyebab kejadian karena ini juga berkaitan dengan kepercayaan masyarakat pengguna KRL. Perlu penjelasan yang memadai agar masyarakat bisa kembali menggunakan moda KRL tanpa perlu merasa trauma.
Selain itu perlu menjamin hak-hak penumpang, baik dengan mengembalikan pembayarannya setelah mereka tidak bisa menggunakan KRL maupun pembayaran asuransi bagi mereka yang mengalami luka.
Kasus kereta terguling jelang Stasiun Bogor ini menyebabkan ribuan penumpang KRL kemarin gagal diangkut. Masyarakat yang hendak menuju Bogor maupun dari Bogor yang hendak menuju Jakarta terpaksa menggunakan moda transportasi lain.
Kasus kereta terguling ini merupakan yang kesekian kalinya terjadi. Ini kembali menyadarkan kita bahwa moda transportasi yang paling aman dan minim risiko kecelakaan seperti KRL pun bisa saja mengalami musibah. Publik kini menanti apa sesungguhnya yang menyebabkan kecelakaan yang mengakibatkan sejumlah gerbong KRL tersebut rusak parah. Investigasi sangat penting dilakukan karena dari hasilnya nanti akan diketahui penyebab kereta terguling. Hasil itu sekaligus akan jadi bahan evaluasi demi mencegah kejadian serupa berulang. Hasil dari investigasi perlu segera dijelaskan ke publik dan dilakukan dengan transparan.
Ada dua hal yang ditengarai jadi pemicu kecelakaan KRL ini, bisa karena faktor internal, bisa pula eksternal. Juru bicara PT KCI Eva Chairunisa menyebut faktor internal memungkinkan terjadi karena human error atau gangguan jaringan aliran listrik atau persinyalan. Dalam beberapa kasus sebelumnya gangguan bisa dideteksi dengan cepat dan bisa diinformasikan kepada pihak stasiun atau penumpang.
Faktor eksternal antara lain bencana alam atau sabotase oleh pihak lain semisal menaruh benda berupa balok atau benda berbahaya lain di badan rel yang bisa menjadi penghalang. Saat kereta melindas penghalang ini, di situlah kecelakaan bisa terjadi. Untuk mencegah hal ini terjadi lagi, uji kelayakan secara berkala terhadap jalur rel mutlak dilakukan. Uji kelaikan dilakukan oleh Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
Di lain pihak Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri menegaskan bahwa uji kelaikan dilaksanakan secara berkala. Namun, apa pun itu, yang terpenting adalah mengungkap penyebab kecelakaan tersebut. Dari situ dirumuskan strategi jangka panjang agar musibah seperti ini tak terulang lagi. Untuk saat ini KRL menjadi andalan untuk mengangkut penumpang. Kapasitas penggunaan KRL saat ini mencapai sekitar 1,2 juta per harinya. Ke depan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut bahwa penumpang KRL mendatang akan meningkat menjadi 1,5 juta hingga 2 juta penumpang dalam sehari. Berdasarkan data PT KCI jumlah penumpang KRL sepanjang 2017 lalu mencapai 315,8 juta orang.
Saat ini yang perlu didorong adalah percepatan pemulihan jalur KRL, termasuk mengangkat badan gerbong yang terguling. Bagaimanapun KRL merupakan moda transportasi andalan bagi warga Jabodetabek dalam melakukan mobilitas sehari-hari. Hari ini rencananya jalur KRL sudah kembali beroperasi setelah dilakukan pemulihan oleh pekerja siang malam.
Selain itu investigasi menyeluruh mesti dilakukan untuk mengungkap penyebab kecelakaan. Apalagi ini pertama kalinya insiden kecelakaan kereta melibatkan tiang listrik aliran atas (LLA) yang roboh. Investigasi harus mengungkap penyebab kejadian karena ini juga berkaitan dengan kepercayaan masyarakat pengguna KRL. Perlu penjelasan yang memadai agar masyarakat bisa kembali menggunakan moda KRL tanpa perlu merasa trauma.
Selain itu perlu menjamin hak-hak penumpang, baik dengan mengembalikan pembayarannya setelah mereka tidak bisa menggunakan KRL maupun pembayaran asuransi bagi mereka yang mengalami luka.
(wib)